Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Padahal kita cuman temenan kan, Jak? Emang salah kalau kita jalan-jalan berdua kayak gini?" ㅤ ㅤ
ㅤ
―❁―
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ"JAKA!" Baru saja aku melangkahkan kakiku keluar kelas, tiba-tiba seseorang menyahuti namaku dari arah samping, lantas menarik tanganku dengan gesit hingga membuatku sedikit tersentak. Aku tertarik, kemudian mendapati Khansa yang sudah berada di hadapanku, sambil terus menarik lenganku. "Ikut gue!" Khansa berujar, menoleh sekilas.
ㅤSementara mengekori langkahnya, aku masih saja tercenung―bingung kenapa Khansa mendadak menarik tanganku seperti ini. Bagaimana jika Keenan melihatnya, kemudian salah paham? Pikiran negatif itu kini menggerayangi otakku. Aku tidak ingin Keenan sampai berpikiran yang tidak-tidak hanya karena melihat ini.
ㅤ"Sa, kita ma―"
ㅤ"Lo bawa motor?" Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, Khansa sudah memotongnya duluan. Kontan, kepalaku mengangguk pelan. Kulihat, sebuah senyuman kecil terukir di bibir Khansa. Dia terus menarikku hingga akhirnya kami sampai di parkiran sekolah. Aku terdiam, tepat saat Khansa melepaskan genggamannya. "Nah, sekarang cepet lo nyetirin motornya!"
ㅤ"H-hah?" Aku tersentak bingung. "M-mau ke mana?"
ㅤKhansa langsung menepuk bahuku. "Udah cepetan! Nggak usah banyak tanya!" pintanya, seraya melayangkan tatapan tajam. Astaga, bahkan baru kali ini aku melihat Khansa galak seperti ini. Aku menghembuskan napas kasar, segera menyalakan mesin motor dan memakai helm hitam di hadapanku. Khansa sudah duduk di belakangku, tampak antusias. "Kita ke Dufan sekarang ya, Jak!"
ㅤMataku sontak melotot di spion. Tapi Khansa tetap membalasnya dengan tatapan seakan bertanya 'apa yang salah?'
ㅤ"Ngapain ke Dufan?!"
ㅤKhansa hanya menampakkan cengirannya. "Main lah, Ka!" Gadis berambur sebahu itu kemudian menepuk bahuku lagi, memberi aba-aba padaku agar segera melajukan motor. "Udah cepetan jalan! Nggak usah banyak omong dan banyak protes. Pokoknya hari ini lo harus ikutin apa kata gue, ngerti?"
ㅤAku rasa menolak permintaan Khansa adalah hal yang percuma. Toh, lihat saja ekspresinya yang tampak antusias, seakan tengah merancanakan sesuatu di balik semua ini. Melajukan motorku perlahan, aku pun menghembuskan napas kasar, menatap bayangan wajahnya dari pantulan kaca spion sekilas. "Lo ngapain sih ke Dufan? Mau ketemu seseorang?"
ㅤKhansa menyengir lagi, menggeleng cepat. "Bukan," jawabnya singkat, kemudian sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Tadaaaa!" Khansa menyeru, mengangkat dua buah tiket di genggamannya ke hadapanku sekilas. "Yash! Dua tiket Dufan buat lo sama gue! Gimana? Mantap, kan? Hehe, hitung-hitung ini hiburan untuk lo, Jaka. Karena kita udah selesai ujian, jadi gue mau ngajak lo seneng-seneng."