"Nge-date."
ㅤ
ㅤㅤ
ㅤ― ❁ ―
ㅤㅤ
ㅤ
ㅤㅤBANYAK mereka yang bilang, jika di zaman sekarang, seringkali mereka menemukan orang-orang yang terlihat akrab di media sosial, namun jika di kehidupan nyata, justru terlihat seperti orang asing. Bahkan, begitu mereka berpapasan ataupun bertemu, tak ada tegur sapa sekalipun. Cuek, tidak peduli― persis seperti dua orang asing yang baru saja bertemu.
ㅤMungkin, ini yang sedang kurasakan sekarang bersama Khansa. Sejak insiden pesan saling kangen kemarin―yang sebenarnya cukup menggelikan―itu, aku dan Khansa tidak bertegur sapa jika bertemu di sekolah. Bahkan, jika kami tak sengaja berpapasan di suatu tempat, yang kulakuan hanyalah menatapnya sebentar, kemudian membuang pandangan ke arah lain. Rasanya cukup canggung. Padahal, di dunia lain―maksudku medsos―aku terlihat akrab sekali dengannya. Aku jadi aneh sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi pada diriku? Meskipun aku tahu, bukan hanya aku saja yang pernah merasakan ini.
ㅤTepat saat bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung mengenakan jaket hitamku, seraya menyambar tas abu dan menggendongnya di punggung. Hari ini, niatnya aku ingin bertemu makhluk itu. Tentu saja Khansa. Yah, tapi kembali lagi pada diriku sendiri. Aku belum mempunyai nyali yang cukup kuat untuk menyapanya kembali. Ini semua gara-gara pesan singkat LINE kemarin. Lagi, aku mengacak rambutku asal, sedikit frustasi memikirkan kalimat singkat yang Khansa kirimkan padaku.
ㅤKangen juga, sih. Tapi, kenapa jadi canggung begini.
ㅤEntah firasat apa yang membuat langkahku mendadak berbelok ke arah taman belakang. Namun, aku cukup yakin sekarang jika Khansa sedang menyendiri di sana. Yah, emoga saja firasatku ini benar.
ㅤSesuai dugaanku. Tepat saat aku sampai di taman belakang sekolah, aku melihat Khansa yang tengah menyendiri, seraya mengedarkan pandangannya ke arah lapangan belakang. Napasku mendadak tercekat. Apa yang harus kulakukan seandainya dia berhasil menyadari keberadaanku nanti?
ㅤDan kini, dia beralih memandangku. Ekspresinya cukup terjekut, sama halnya denganku. Namun, sebisa mungkin, aku menghilangkan rasa terkejutku, menggantinya dengan ekspresi datar, seray berusaha membuang rasa gugup jauh-jauh. Melangkah mendekat ke arahnya, degup jantungku kian tak normal. Oke, santai, Jaka. Santai.
ㅤKhansa mengangkat tasnya, kemudian mempersilakan aku untuk duduk di sampingnya. Dan kini, kami berdua terduduk di bangku yang sama, tapi tak mengatakan satu kata pun. Sejujurnya, aku benci suasana canggung seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destination
FanficㅤApa bagian tersulit dalam kehidupan? Bagi Jaka dan Khansa ada satu. ㅤMenentukan tujuan hidup dan hati.