{23}: Sebuah Alibi

1.3K 365 18
                                    

"Nggak apa-apa, Sa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak apa-apa, Sa. Jaka bandel sekali-kali, boleh kan?"



― ❁ ―

 
  

SEJAK Khansa menerima ajakanku saat istirahat barusan, mendadak aku jadi semangat. Bagaimana tidak? Hari ini, aku akan mengajaknya untuk berkenalan dengan ibu. Yah, meski ibu sendiri sedang dirawat di rumah sakit, hal itu tak menyurutkan semangatku untuk membawa perempuan itu ke hadapan ibu. Lagipula, sudah sejak lama ibu penasaran dengan perempuan yang seringkali kuceritakan padanya.

ㅤNamun, ekspresiku mendadak berubah ketika mendapati Khansa yang sudah bersandar di dekat pintu kelasku, plus menggunakan masker. Aku menatapnya heran. Bingung mengapa tiba-tiba ia menggunakan masker. "Kenapa pake masker?" tanyaku, dengan sebersit rasa khawatir.

ㅤKhansa kontan mendongak, memandangku beberapa saat, sebelum akhirnya menggeleng singkat. "Jaka, kayaknya... h-hari ini gue nggak bisa ikut jenguk ibu lo," katanya, dengan nada merendah.

ㅤ"Kenapa?" Aku semakin cemas. Pasalnya, Khansa juga terlihat sedikit pucat hari ini. "Lo sakit lagi? Mau gue anter berobat ke dokter?"

ㅤ"Nggak usah," Khansa lagi-lagi menggeleng. Ia menolak tawaranku dengan halus. "Ini... nggak apa-apa. Cuman pusing biasa. Besok juga langsung sembuh."

ㅤ"Ya udah, biar gue anter pulang." Tanpa menunggu persetujuannya, aku segera menarik lengan Khansa, lantas menuntuk makhluk itu hingga ke tempat parkir. "Tadi pas istirahat kedua lo makan atau minum sesuatu yang macem-macem nggak di kantin?" tanyaku, memecah keheningan.

ㅤKhansa menggeleng, "Ng... nggak. Terakhir makan juga pas bareng lo doang. Pas istirahat pertama."

ㅤ"Hm," aku menggumam pelan, terdiam sejenak. "Terus, itu kenapa pake masker? Flu atau batuk lagi?"

ㅤ"Ah... itu... gue batuk-batuk lagi. Mungkin sisa-sisa pas sakit kemarin. Belum sembuh total," balasnya, lantas menggunakan helm yang kusodorkan ke arahnya. Ia melirikku sebentar. "Wajar. Gue kan jarang ke dokter kalau sakitnya nggak parah kayak begini. Jadi ya minum obat juga seadanya―uhuk!"

ㅤ"Ya udah," sejenak, aku memberi jeda seraya menyalakan mesin motorku. "Ntar kalau lo sakit ke dokter, jangan diem aja."

ㅤKulihat, Khansa hanya terkekeh pelan menanggapi ucapanku. "Ya udah, buruan jalan." Perempuan itu lantas menepuk pundakku, membuatku langsung melajukan motor meninggalkan kawasan sekolah dengan perlahan.

ㅤ"Khansa, gerimis!" Aku menyeru di tengah perjalanan, tepat saat aku merasakan rintik hujan mulai membasahi wajahku perlahan. "Lo pakai jaket, kan?!" tanyaku, meliriknya sekilas di spion.

DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang