{12}: Senja

1.8K 465 70
                                    

"Sesuatu yang indah harus diabadikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesuatu yang indah harus diabadikan. Dan yang indah itu aku, kamu, dan senja."

   
  

―❁―
   
 
   

INILAH destinasi pertama kami begitu baru saja menginjakkan kaki di Bali. Mengunjungi Tanah Lot. Tempat dimana biasanya orang-orang menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan indah berupa matahari terbenam di pinggir pantai. Menyenangkan sekali, bukan?

ㅤ"Khansaaa, ayo foto!" Aku―yang saat itu sedang sibuk menikmati pemandangan di pinggir laut―lantas dikejutkan oleh suara Rein, yang tiba-tiba berlari menghampiriku. "Nah, kan, lo bawa polaroid, ayo foto! Tuh, suruh si Jefri aja fotoin kita!"

ㅤAku mendengus pelan, pasrah begitu saja saat Rein sudah mengambil alih kamera polaroid di tanganku. Bahkan, ia benar-benar menyuruh Jefri untuk mengambil foto kami berdua. Ah, kenapa harus Jefri, sih?

ㅤ"Senyum, Sa!" Jefri menyeru, membuatku lantas mengembangkan senyumku di ujung bibir. Sedikit terpaksa, karena memang aku tak ada niatan untuk mengambil foto menggunakan kamera tersebut. Terlebih lagi, kertas itu tersisa sedikit dan sengaja aku sisakan untuk... untuk mengambil foto dengan seseorang. Tidak perlu kesebut, pasti kalian sudah tahu siapa yang kumaksud, kan?

ㅤBegitu Jefri menekan tombol, tidak lama, sebuah kertas keluar dari dalam kotak tersebut. Rein dengan semangat segera mengambilnya, mengibas-ngibaskan sebentar ke atas. "Sa! Foto ini buat gue boleh? Lucu banget, soalnya! Lumayan buat disimpen di dompet. Hehehe," cengir Rein.

ㅤKontan, aku mengangguk. "Ambil aja," ucapku santai.

ㅤ"Nah sama Rein kan udah, sekarang giliran gue sama Khansa," celetuk Jefri tiba-tiba.

ㅤDengan cepat, aku menggeleng. "Kertasnya udah habis, Jef. Gue lupa nggak bawa lagi," balasku cepat, berusaha terlihat santai. Semoga saja alibi ini tidak ketahuan. "Itu kertas terakhir, makanya gue nggak pakai lagi kameranya."

ㅤRaut wajah kecewa Jefri. Namun, di detik selanjutnya, senyuman manis laki-laki itu kembali muncul. Aku mengepalkan tanganku erat-erat di belakang, memendam rasa kesal. Astaga, apalagi sekarang?

ㅤ"Pakai handphone gu―"

ㅤ"Oy!" Keenan tiba-tiba menyeru ke arah kami. Kami pun menoleh, menatap makhluk bule itu dengan dahi mengerut. "Ayo, buruan. Udah disuruh balik ke bus!"

Oke terima kasih, Keenan. Lo penyelemat lagi untuk hari ini.

ㅤ"Ntar, Keen! Gue mau foto sekali bareng Khansa!" Jefri tetap bersikukuh, membuatku sedikit jengkel. Dengan sedikit tergesa-gesa, ia menyodorkan ponsel hitam miliknya kepada Rein. "Siap! Jangan lupa senyumnya, hehehe."

ㅤ"Siap! Satu... dua...."

Ckrek!

ㅤ"Oke, nih," Rein segera mengembalikan ponsel milik Jefri. "Udah yuk, Sa, kita balik!"

DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang