{4}: Lain Hati

2.7K 507 59
                                    

"Bukan tidak ingin dikejar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan tidak ingin dikejar. Tapi, hati ini memang tidak diperuntukkan untuk kamu."

   
  

― ❁ ―


   
  
SETELAH 4 jam berlalu, akhirnya proses syuting untuk film pendekku selesai. Cukup melelahkan. Terlebih, baru kali ini kelompokku menghabiskan waktu yang cukup lama hanya untuk beberapa adegan saja. Menguras banyak keringat memang. Namun, selagi kelompokku mudah diatur, aku tetap enjoy saja. Karena pikiranku sekarang sudah melenceng keluar alias memikirkan liburan. Yup! Holiday is coming!

ㅤ"Sumpah, seminggu lagi ke Bali woi!" Rein berseru semangat begitu baru saja keluar dari toilet sekolah. Wajahnya begitu riang, seperti baru saja memenangkan hadiah jackpot. "Sen, Sa!" Ia memanggilku dan Sena tiba-tiba. Kontan, kami berdua mendongak, menatap Rein tak paham. "Kita harus belanja dulu!"

ㅤSena tampaknya tak tertarik dengan tawaran Rein, "Nggak. Ngabisin duit. Mending simpen buat jajan di Bali. Ya nggak, Sa?" Ia menyikut lenganku, membuatku aku langsung mengangguk pelan menanggapinya. "Lo juga ikut ke Bali kan, Sa?"

ㅤ"Ikut," aku mengangguk cepat. "Tapi ngomong-ngomong, gue belum nyiapin apa-apa. Mager banget."

ㅤ"Samaan, dong." Suara khas itu spontan membuat aku, Sena, dan Rein menoleh perlahan. Rupanya Jefri. Iya, benar. Dia teman satu kelompokku juga. Wajah Jefri tampak semangat. Sama halnya seperti Rein. "Kirain nggak bakal ikut, Sa."

ㅤAku tersenyum miring, "Ikut kok, Jef."

ㅤ"Seneng nggak, Jef, Khansa nya ikut?" Tiba-tiba, Keenan menyahut, sembari melirikku dan Jefri secara bergantian dengan senyuman jahil. Kedua alisku kontan menyatu, tak paham apa maksud Keenan.

ㅤ"A-apaan sih, Nan!" Jefri tampak mendumal kesal. Sementara aku hanya menggidikkan bahu malas, kemudian berbalik, lantas mengambil tas yang masih tersimpan di dekat ruang piket. "Nggak usah didengerin, Sa! Keenan emang anaknya gitu!" Aku bisa mendengar jelas teriakan Jefri dari arah belakang.

ㅤAku hanya mengangkat jariku membentuk kata 'O.K' ke arah Jefri, tanpa berbalik. Rasanya aku terlalu malas untuk menoleh, walau hanya untuk mengangguk. Salahkan diriku yang terlalu malas dalam hal apapun.

ㅤ"Balik, Sa?" Rein dan Sena tiba-tiba datang menghampiriku. Aku menoleh, mengangkat sebelah alis. "Lo mau balik sekarang?"

ㅤKepalaku manggut-manggut. "Udah selesai, kan?" tanyaku, memastikan. "Oh, iya, yang sisanya pada ke mana? Kok cuman ada tasnya aja?"

ㅤ"Joshua sama kawan-kawan masih di kantin. Lagi nongkrong gitu," Sena menjawab. Ada jeda yang cukup panjang setelah itu. "Lo mau pulang bareng kita atau―"

ㅤ"Khansa pulang bareng gue." Mataku sukses membulat tatkala Jefri datang menghampiri dan tiba-tiba menyeletuk seperti itu. Lalu, Jefri menatapku, tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Sa. Biar gue yang anter. Gue bawa mobil kok."

DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang