{11}: Gagal

1.8K 466 112
                                    

"Di saat aku ingin menjauh, kenapa kamu mendekat?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di saat aku ingin menjauh, kenapa kamu mendekat?"

―❁―


SETELAH kurang lebih 10 menit pesawat lepas landas dari bandara, aku lantas menutup novelku, kembali memasukkannya dalam tas. Memejamkan mata. Mendadak, kepalaku terasa sedikit pusing. Tanganku pun rasanya dingin. Entah ini karena efek AC pesawat atau apa, tapi yang jelas, aku merasakan hawa-hawa tidak enak menyerang tubuhku.

ㅤ"Mau nggak?" Kontan, mataku terbuka perlahan begitu mendengar suara Jaka yang menyahut pelan. Laki-laki itu tiba-tiba menyodorkan sebuah kotak makanan berukuran kecil berisikan beberapa potong sandwich mini di dalamnya. "Tadi gue bawa dari rumah, kayaknya kebanyakan. Kalau mau, ambil aja," kata Jaka, menawarkan, seraya menaruh kotak tersebut di atas meja kecilku.

ㅤAku terdiam sejenak. Memandang kotak sandwich itu lekat-lekat. Kembali melirik Jaka, rupanya laki-laki itu kian serius dengan novel di hadapannya. Sesekali, ia melahap sandwich di tangan kanannya. Mendadak, rasa lapar menyerang. Sial, hanya karena melihat Jaka, kenapa aku jadi ikutan lapar?

ㅤ"Jaka...," panggilku, membuat makhluk itu lantas menolehkan kepala. Aku meneguk ludahku sejenak, berusaha untuk menghilangkan rasa gugup. "B-boleh minta sandwich-nya?"

ㅤJaka kontan diam, memandangku datar. Di detik selanjutnya, ia segera mengangguk, "kan memang buat lo," katanya, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya membaca novel. "Mau dihabisin juga nggak apa-apa."

ㅤ "Siapa yang buat?" tanyaku, kemudian mencomot sandwich tersebut, seraya kembali membuka topik obrolan ringan lagi dengannya―meskipun rasa pusing itu masih menjalar di kepalaku.

ㅤ"Ibu," Jaka membalas singkat. Menandai halaman novel yang terakhir ia baca dengan pembatas, ia memandangku sesaat. "Habisin aja. Lo juga lagi sakit, kan?"

ㅤDahiku spontan mengerut. Kenapa Jaka tahu gue lagi sakit?

ㅤ"Kok... lo tahu?" Mataku menyipit perlahan.

ㅤJaka memutar bola mata, segera menurunkan maskerku hingga ke bawah dagu. Kedua bola mataku sukses membulat kaget. "Tuh, kan. Pucat," gumamnya pelan, tetap menatapku dengan ekspresi datar. "Dari kemarin gue perhatiin di sekolah, lo suka batuk-batuk pas di kantin. Lo memang nggak lihat gue, tapi gue merhatiin dari jauh."

Strike number one, Jaka.

ㅤKamu berhasil membuat jantung ini hampir copot.

ㅤAku membuang pandanganku ke arah lain, tetap fokus menikmati sandwich ini, meskipun degupan jantung ini belum kembali normal. Aku memejamkan mataku sekilas. Memikirkan puluhan kalimat aneh yang sudah Jaka lontarkan dari hari pertama kita bertemu hingga sekarang. Dan hari ini, seorang Jaka Algifari sukses membuatku luluh lagi hanya karena rangkaian beberapa kata-kata. I hate it so much.

DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang