"Mau tukeran makanan nggak?"
ㅤ
ㅤ
― ❁ ―ㅤ
ㅤ
ㅤ"LAH, Jak, dicariin di perpustakaan taunya lo di sini." Suara Kevin lantas membuatku langsung mendongakkan kepala di saat aku sedang sibuk terdiam melamun sendiri di meja kantin. Rupanya Kevin tidak sendiri. Ada Khansa juga ikut mengekor di belakangnya. Kontan, aku tertegun sejenak menatapnya. Tumben.ㅤEntah kenapa saat pandangan kami tak sengaja bertemu, aku dan Khansa masih merasa canggung. Padahal, tadi pagi pun aku menjemput 'makhluk prioritas' ini ke rumahnya, kemudian berangkat bersama. Tapi kenapa rasa awkward itu masih ada? Bahkan, sepanjang perjalanan tadi pagi pun, aku tidak banyak bicara dengan Khansa. Hanya satu, dua kata saja. Sungguh, aku―sejujurnya―merindukan Khansa yang senang berceloteh, persis saat kami pertama kali bertemu waktu itu.
ㅤ"Nih, Khansa nyariin." Kulihat, Kevin langsung menarik lengan Khansa, hingga akhirnya makhluk berambut sebahu itu terduduk di hadapanku. Lagi-lagi, aku merasa sedikit salah tingkah. Ya ampun. Lo kenapa sih, Jak? Sehat? "Udah, ya. Gue balik dulu. Mau lanjutin tugas. Dah, Khansa!" Kevin pamit, kemudian pergi begitu saja meninggalkan kami yang masih berdiam-diaman di satu meja yang sama.
ㅤSatu menit.
ㅤDua menit.
ㅤ"Mau dibeliin makanan apa?" Secara spontan, pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku hingga memecah keheningan yang menyelimuti di antara kami. Khansa―yang sedari tadi hanya sibuk menunduk―kontan menengadah, menatapku beberapa saat.
ㅤKulihat, ia menggeleng. "Nggak usah. Bawa makanan, kok." Khansa langsung menaruh sebuah kotak bekal berwarna pink di hadapannya. Mengulum senyum, ia melirikku sebentar. "Sendirinya bawa makanan nggak? Atau... mau dibeliin?"
ㅤAku juga menggeleng, segera mengangkat kotak bekalku di atas meja. Lantas, senyuman miring teerkir di ujung bibirku. "Bawa juga," ujarku pelan, seraya membuka tutup bekal tersebut. "Bawa makanan apa?"
ㅤ"Dibawain sayur sama... udang saus tiram," ujar Khansa, kemudian melirikku sekilas. "Sendirinya?"
ㅤ"Bawa tumis kangkung sama ikan," Aku memperlihatkan kotak bekalku sebentar ke arah Khansa. "Mau nyobain nggak?"
ㅤ"Ini buatan siapa?" Khansa tiba-tiba bertanya.
ㅤ"Buatan sendiri."
ㅤMata Khansa membulat, sedikit tak percaya. "Serius? Ini buat makanan sendiri?" Perempuan itu berdecak kagum, menggeleng seakan tak percaya dengan omonganku barusan. Sementara aku hanya menanggapinya dengan kekehan kecil, tersenyum salah tingkah. "Jaka pinter masak juga, ternyata. Baru tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destination
FanficㅤApa bagian tersulit dalam kehidupan? Bagi Jaka dan Khansa ada satu. ㅤMenentukan tujuan hidup dan hati.