"Bukan masalah gantinya! Tapi lo nggak tahu apa-apa tentang kamera ini!"
― ❁ ―
ㅤPELAJARAN olahraga kali ini cukup membuat energiku terkuras. Terlebih lagi, jam pelajaran ini dilakukan di jam terakhir. Kalian bayangkan saja bagaimana rasanya berolahraga saat teriknya matahari berlangsung? Panas iya, capek apalagi.ㅤNamun, semua rasa lelah hilang begitu saja tatkala bel pulang berbunyi. Pak Ardi dengan semangat segera mengakhiri pelajarannya, kemudian melesat begitu saja meninggalkan lapangan. Tetapi, ketika pandanganku mengedar, tak sengaja mataku menangkap sosok Jaka yang tengah sibuk memainkan kameranya di pinggir lapang. Kulihat, sesekali laki-laki itu mengambil beberapa objek dengan semangat. Dahiku lantas mengerut bingung. Kenapa Jaka belum pulang?
ㅤKemudian, langkahku tergerak untuk mendekat ke arahnya.
ㅤ"Kok belum pulang, heh?" tanyaku, menyapa Jaka yang masih sibuk mengotak-atik kamera di genggamannya. Ia mendongak sebentar, tersenyum miring―tak menjawab pertanyaanku. Aku mendecak, mendorong lengannya pelan. "Ditanya tuh dijawab, kali."
ㅤ"Minum dulu." Tiba-tiba, Jaka menyodorkan satu botol air mineral ke arahku. Alisku langsung menyatu, sedikit bingung. "Haus nggak? Kalau nggak, mending buat gue aja."
ㅤAku hanya menampakkan cengiranku. Mengambil botol tersebut, aku segera meminumnya dengan beberapa teguk. Ah, sungguh. Kenapa Jaka baik sekali, sih?
ㅤ"Pulang, Jaka," aku akhirnya berujar lagi setelah sepersekian lama terdiam. Dia hanya melirikku sekilas, kemudian sibuk lagi dengan kameranya. Lagi, aku hanya bisa menghela napas. Tumben sekali Jaka tidak banyak berbicara. "Mau sampai kapan diem di sini dan sibuk sendiri?" sindirku akhirnya.
ㅤJaka lantas menjatuhkan kameranya ke atas paha, kali ini menoleh ke arahku. "Justru gue lagi nungguin lo," ujarnya, menarik napas dalam-dalam. "Buruan ganti baju. Gue tunggu lo di sini."
ㅤAlisku terangkat. "Hah? Ngapain nungguin?"
ㅤ"Oh, nggak mau pulang bareng?" Jaka tiba-tiba saja beranjak, seraya menggendong tasnya. Namun, buru-buru aku menahan lengannya, hingga membuat laki-laki itu kembali terduduk. Aku mengulum senyum, mengangguk pelan kemudian bangkit. "Jangan lama-lama, ntar gue tinggal."
ㅤ"Oke."
ㅤTanpa berpikir panjang, aku langsung berlari ke kelas untuk mengambil pakaian seragam, kemudian menggantinya di toilet. Langkahku kali ini lebih semangat dari biasanya. Tentu saja! Ini karena pertama kalinya Jaka mengajakku pulang bersama. Jelas, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destination
FanfictionㅤApa bagian tersulit dalam kehidupan? Bagi Jaka dan Khansa ada satu. ㅤMenentukan tujuan hidup dan hati.