"Berkat Jaka, aku jadi mengenal dunia sastra dan seisinya."
― ❁ ―
ㅤ"SUKA novel?" Aku melirik Jaka yang tengah sibuk membaca novel-novel yang ada di hadapannya. Sebentar, ia menoleh, kemudian mengangguk pelan atas pertanyaanku. Lantas sibuk dengan buku di genggamannya lagi. Wajahnya kembali serius, seakan-akan Jaka tengah bermain peran di dalamnya. Lagi, diriku menghela napas. Jaka sibuk dengan dunianya sekarang. "Emang rame?" tanyaku lagi.
ㅤKali ini, Jaka menutup novel yang baru saja ia baca. Kepalanya mendongak, mengangguk lagi. "Suka novel atau semacamnya nggak?" Ia berbalik melontarkan pertanyaan yang sama ke arahku. Kontan, kepalaku menggeleng cepat. "Oh? Gue kira lo suka yang berbau sastra."
ㅤ"Karena gue males baca buku yang tebelnya udah kayak buku pelajaran. Banyak banget," keluhku soal novel pada Jaka. Kulihat, ia hanya terkekeh, seraya menaruh beberapa buku yang ia pilih di atas meja kasir. "Ibarat kayak baca puku pelajaran aja, kan? Isinya tulisan semua. Membosankan."
ㅤ"Kata siapa?" Jaka menautkan alisnya sebelah, seraya melangkah keluar toko begitu menyelesaikan pembayaran. "Seperti kata pepatah; 'don't judge the book by its cover'. Itu berarti, lo nggak bisa menilai sesuatu hanya dari satu sisi aja. Tapi sisi yang lainnya juga harus lo lihat," lanjutnya, membuatku kontan tak bergeming.
ㅤIni menarik. Ketika kamu bertemu dengan seseorang yang menyukai hal berbau sastra, sementara kamu sendiri tidak tertarik. Lalu kemudian seseorang tersebut berusaha meracuni kamu untuk masuk ke dunia yang sama karena ingin membuatmu penasaran.
ㅤWell, karena Jaka, aku juga jadi ikut penasaran sekarang. Memangnya, sastra itu seramai apa sampai-sampai orang di sekitarku pun menyukai hal-hal berbau tulisan seperti novel, komik, dan lain-lain?
ㅤTiba-tiba, Jaka mengeluarkan satu novel yang baru saja ia beli dari dalam kantong plastik. Satu novel tebal dengan cover sederhana berwarna biru cerah bergambar rintik hujan dan awan-awan yang menghias di bagian bawah. Menyodorkan novel tersebut ke arahku, aku pun bingung. Menautkan alis sebelah, aku menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya.
ㅤ"Judulnya 'Hujan', punya Tere Liye," Jaka menyahut pelan, seakan menjawab pertanyaan tersiratku barusan. "Gue pinjemin itu biar lo nggak mati penasaran soal novel, dunia sastra, dan seisinya. Kalau seandainya lo tertarik sama buku itu, ambil aja bukunya. And it will be yours."
ㅤMataku sukses tak berkedip tatkala Jaka mengucapkan kalimat terakhirnya. Hari ini, Jaka sukses meracuni-ku ke suatu dunia yang baru. Aku tidak tahu pasti, mengapa ia begitu antusias menggoda-ku untuk masuk ke dunia sastra. Tapi yang jelas, hari ini berbeda dari biasanya. Perkenalanku dengan Jaka membawa perubahan. Setidaknya, untuk hari ini aku harus berterima kasih pada Tuhan karena telah mempertemukanku dengan Jaka meski hanya lewat sebuah ketidaksengajaan.
ㅤ"Punya pensil atau pulpen?" tanya Jaka tiba-tiba, membuatku langsung tersentak. Aku mengangguk pelan, segera mengeluarkan sebuah pulpen dari dalam tas kecilku. Jaka mengambilnya, kemudian tampak menuliskan sesuatu didalam buku tersebut. Dalam diam, aku bertanya-tanya. Dia lagi nulis apaan, sih?
ㅤTak lama, ia kembali menyerahkan pulpen hitam itu padaku. Penasaran, aku segera membuka novel tersebut di halaman pertama. Dan, got it! Aku menemukan tulisannya.
' Milik Jaka dan Khansa.
Tapi akan jadi milik Khansa kalau dia baca novel ini sampai selesai. :)'
ㅤJaka sukses membuat aku membatu untuk kesekian kalinya. []
🌼 🍃 🌼
a.n
Anyone! Oh iya, menurut kalian ini ceritanya gimana? Lebay nggak? Atau kurang bumbu-bumbu manis? HAHA :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Destination
FanficㅤApa bagian tersulit dalam kehidupan? Bagi Jaka dan Khansa ada satu. ㅤMenentukan tujuan hidup dan hati.