Galang POV
Aku sangat bahagia mendapatkan kabar bahwa Qonita hamil, itu berarti aku akan menjadi seorang ayah. Betapa bahagianya aku. Terima kasih ya Allah.
Setelah dari dokter kandungan, aku mengantar Qonita pulang. Wajah Qonita tidak menunjukkan ekspresi yang bahagia sepertiku. Mungkin karena dia merasakan mual dan lain-lain. Biasa lah ibu hamil ada masa mengidam nya. Apapun akan aku lakukan, asal jangan meminta sesuatu yang sangat sulit dan aku tidak mampu.
Baru saja sampai rumah, Qonita sudah berlari lagi ke kamar mandi untuk muntah. Aku jadi merasa tidak tega padanya. Tak lama Qonita ke luar ia duduk di kursi, sementara aku membawakan segelas air putih untuknya, kemudian duduk di sebelahnya dan membantu meminumkannya.
"Besok lebih baik nggak usah masuk kerja dulu ya," pintaku, setelah selesai membantu Qonita minum, kemudian menyimpan gelasnya di meja.
"Aku merasa nggak enak Galang, aku masih terhitung baru di sana," jawab Qonita.
"Tapi ini masa awal kehamilan kamu, ini anak pertama kita sayang, aku mau ibunya sehat anaknya juga sehat."
Qonita malah tersenyum geli. "Galang, nggak ada yang sedang hamil muda terlihat sehat, mereka pasti merasa mual dan banyak hal lainnya."
"Gitu ya, aku nggak pernah hamil jadi nggak tahu," ucapku bercanda. Qonita kembali tersenyum.
Beberapa saat kami tertawa bersama, entah kenapa aku pun merasa sangat bahagia, ingin sekali aku memberi tahu orang-orang, bahwa aku akan jadi ayah. Yah, bagaimana kalau aku mengajak teman-teman SMA ku dulu ke sini.
"Sayang, gimana kalau kita ajak temen-temen SMA ke sini?" Usulku.
Qonita mengernyit, "dalam rangka apa?"
"Aku ingin memberi tahu kabar bahagia ini pada mereka, juga udah lama kan kita nggak bersilaturahim dengan mereka, apa salahnya?"
Qonita sempat melirik ke atas, beberapa detik kemudian melihat lagi ke arahku. "Terserah kamu aja, aku ikut."
Syukurlah kalau Qonita menyetujui, aku juga cukup merindukan teman-teman SMA ku dulu, apa kabar mereka?
Qonita kembali meminum air putih dalam gelas yang tadi, aku mengeluarkan ponselku untuk mengetik pesan undangan yang nanti akan dikirim ke semua teman SMA. Selesai ku ketik, aku kirim di group kelas dan beberapa ku kirim juga secara pribadi.
Selesai sudah aku mengirim, tinggal menunggu balasan mereka, tiba-tiba saja ponselku berdering dan muncul nama Tukimin di layar ponsel. Segera aku angkat, mungkin Tukimin kaget menerima undangan dari ku.
"Iya Min." Aku mengawali percakapan.
"Lang, Suryanto kabur, dia hilang, kita kehilang jejaknya," ucap Tukimin.
Apa? Suryanto hilang? Aku kira Imin akan menanyakan soal undangan dariku. Tapi, kenapa bisa Suryanto kabur? Dia adalah satu-satunya saksi kunci yang bisa mengungkapkan kejahatan Kusuma jaya.
"Kenapa dia bisa lolos begitu? Bagaimana penjagaan para polisi?" Tanyaku. Mendengar suara panik ku, Qonita melihat ke arahku dengan tangan yang masih memegang gelas.
"Ada beberapa polisi yang pingsan, gue rasa dia nggak sendirian, tapi ada orang yang membantu dia kabur."
"Cctv gimana?"
"Nah sepertinya orang yang membantu Suryanto, mengetahui jelas letak cctv, mereka benar-benar tidak muncul dalam cctv."
Kenapa bisa? Apa jangan-jangan pria mencurigakan itu? Iya pria mencurigakan itu, tidak ada di sekolah seharian ini, apa dia yang membantu Suryanto kabur?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓
Mystery / Thriller(completed) (sudah terbit ) Sekuel dari school scandal Edisi Galang dan Qonita mengungkap kebenaran. {Thriller, spiritual, romance} Awal Penulisan 24-03-2018 Selesai 04-08-2018 Kusuma jaya seorang direktur yang diam-diam ternyata seorang yang senang...