Galang POV
Aku duduk di bangku kedua, yang katanya bangku ini adalah bangku yang ditempati oleh salah satu gadis berjilbab yang dibunuh itu. Sepertinya banyak siswa yang merasa kalau bangku ini terasa horor, bahkan mereka terus memperhatikanku ketika aku duduk dibangku ini, dengan saling berbisik pada temannya.
Entah itu saling berbisik karena membicarakan ketampananku atau membicarakan tentang horornya bangku ini. Entahlah hanya Allah yang tahu dan mereka.
Ku lihat ada sebuah pensil di atas mejaku. Aku mengambilnya, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang menghentikan gerakan tanganku.
"Jangan diambil!" Sahut seorang laki-laki, yang duduk di bangku sebelahku dan sekarang ia sedang menahan tanganku untuk memegang pensil itu. Aku melihat ke wajahnya, "tetep simpan pensil itu si situ!" Pintanya.
Aku mencoba melepaskan tangannya dari tanganku, "kenapa?" Tanyaku bingung.
"Pokoknya simpan aja pensil itu di situ, itu pensil milik cewek yang dulu duduk di bangku ini," jawab laki-laki yang menurutku wajahnya lumayan tampan, tapi sayangnya aku lebih tampan.
"Kenapa harus disimpan di sini? Sekarang kan ini bangku gue, lagian orangnya udah gak ada, buang aja," ucapku.
Namun tiba-tiba laki-laki ini menarik kerah bajuku, dia terlihat begitu marah sampai-sampai matanya menjadi merah, aku terbawa oleh tarikannya sehingga aku berdiri tepat di depannya dengan kerah yang masih ia remas dengan penuh nafsu.
"Lo jangan ngomong sembarangan!!! Jaga mulut lo!!!" Teriak laki-laki ini. Apa dia sudah gila? Dia tidak tahu, dia ini sedang berhadapan dengan siapa sekarang?
Semua orang di kelas ini menjadi ribut, ada beberapa siswa yang menarik laki-laki ini agar dia kembali duduk.
"Tenang-tenang val..!" Ucap salah seorang siswa.
"Rival!!! Duduk ke bangku kamu, jangan membuat kegaduhan di jam pelajaran Bapak!!!" Bentak Pak Wira wali kelas, kelas ini.
Dengan napas yang masih tak beraturan, Rival kembali duduk ke bangkunya dengan tatapan mata yang masih tajam menatapku.
Sebenarnya apa masalah dia? Aku hanya ingin membuang pensil yang sepertinya sudah habis ini, dia masih saja terus melotot melihatku. Semua siswa yang menahan Rival tadi, kembali ke tempat duduknya masing-masing.
Aku melihat lagi ke arah pensil itu. Ada apa dengan pensil itu? Aku mencoba mengambil kembali pensil itu.
Brakkk....
Rival langsung memukul meja, melihatku mengambil pensil ini.
"Rival!!!! Kenapa lagi kamu ini?" Tanya Pak Wira dengan bentakan.
Rival membuang pandangannya diriku. Entahlah aku masih tidak mengerti, apa maksud dia sebenarnya? Tapi apa hubungan dia dengan perempuan berjilbab yang terbunuh itu? Apa jangan-jangan dia ada sangkut pautnya?
Aku kembali melihat ke arah Rival, dia kini menunduk, dengan wajah yang masih menyimpan amarah. Aku menjadi penasaran, apakah kematian perempuan ini ada hubungannya dengan Rival? Sepertinya aku harus mencari tahunya.
Dan apa juga pentingnya pensil ini untuk Rival?
"Ya sudah, sekarang kita mulai pelajaran hari ini," ucap Pak Wira.
Aku tidak fokus untuk belajar, aku ingin sekali memata-matai Rival ini. Informasi apa yang bisa kudapatkan darinya? Apa jangan-jangan dialah yang telah membunuh perempuan itu? Ini harus diselidiki.
Jam istirahat tiba, ingin sekali aku mengikuti Rival, ya siapa dia sebenarnya? Dan apa hubungan dia dengan pensil yang ada di mejaku tadi, juga apa hubungan dia dengan perempuan yang terbunuh itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓
Mystery / Thriller(completed) (sudah terbit ) Sekuel dari school scandal Edisi Galang dan Qonita mengungkap kebenaran. {Thriller, spiritual, romance} Awal Penulisan 24-03-2018 Selesai 04-08-2018 Kusuma jaya seorang direktur yang diam-diam ternyata seorang yang senang...