14. Pertarungan

17.8K 1.5K 52
                                    

Author POV

Rumah yang begitu megah, namun menyimpan banyak misteri di dalamnya. Belakangan ini Kusuma jaya kembali menyayat leher wanita dan mayat-mayatnya ia tumpuk di salah satu ruangan bawah tanah yang ia miliki. Ada mayat yang sudah membusuk, ada juga yang hanya tinggal tulang belulang.

Kusuma benar-benar merasa puas, selain karena semua rakyat tidak lagi marah padanya, Galang juga sudah seminggu lebih  ini tidak beraksi lagi, karena istrinya sakit. Kusuma merasa telah menemukan titik lemah Galang, yaitu wanita.

Saat ini Kusuma duduk dengan bersandar di kursi yang ada di ruangan santai ruangannya, sambil menonton televisi, yang menayangkan berita tentang ramainya umat Islam menuntut pengacara bernama Anwar agar dipenjara karena menghina islam. Tertawa bahagia muncul dari wajah seorang Kusuma jaya.

"Tono," panggil Kusuma. Tono yang sedari tadi duduk juga di sebelahnya sambil menonton berita hendak menjawab panggilan Kusuma.

"Iya tuan."

"Rencana kita berjalan mulus, tidak ada lagi orang yang menuntutku, termasuk polisi bernama Galang, dia tidak lagi melakukan aksinya. Ternyata istrinya kelemahannya," ucap Kusuma dengan senyum sinis nya.

"Benar tuan, tapi mungkin saja Galang akan meluncurkan kembali aksinya ketika istrinya sudah sembuh."

"Iya aku sudah memikirkan itu, sekarang dia tidak beraksi mungkin karena mengurus istrinya yang sakit, setelah sembuh pasti dia melakukan sesuatu lagi," ucap Kusuma. Kemudian ia duduk tegak. "Tapi aku sudah menyusun rencana, kalau Galang masih macam-macam, aku akan melakukan sesuatu lagi pada istrinya sampai dia benar-benar takluk padaku," lanjutnya dengan menggebu.

"Apapun rencana tuan, dengan senang hati saya akan selalu menjalankannya."

Kusuma kembali bersandar. "Sebenarnya aku ingin sekali menyayat leher istirnya, tapi kalau dia mati, aku tidak bisa lagi menghentikan aksi Galang, karena satu-satunya kelemahannya adalah istrinya," ucapannya, kemudian ia menghela napasnya panjang. "Terpaksa aku tahan dulu keinginanku, sampai waktu yang belum bisa ditentukan."

🔥🔥🔥

Galang POV

Aku dan Qonita mulai tinggal di rumah orang tuaku, ini demi keamanan Qonita. Namun ada sesuatu yang membuat hatiku resah, yaitu ketika Qonita mengajakku ke dokter kandungan, aku belum bisa mengatakan pada Qonita bahwa janin dalam rahimnya sudah tidak ada, bahwa Qonita mengalami keguguran. Sungguh aku tak kuasa. Aku tak mau melihat Qonita sedih.

Beberapa kali aku melihat Qonita mengusap-usap perutnya dan berbicara dengan bayi dalam perutnya yang sebenarnya tidak ada. Saat itu hatiku benar-benar merasa sakit, dadaku terasa sesak. Di sisi lain aku merasa aku sangat jahat, karena telah menyembunyikan kebenaran dari istriku sendiri, tapi aku tak kuasa mengatakan yang sebenarnya. Lalu sampai kapan aku menyembunyikan kebenaran ini? Lambat-laun pasti Qonita akan tahu yang sebenarnya.

Yah, aku harus segera memberitahu Qonita, sebelum Qonita menyimpan harapan lebih tinggi lagi. Bagaimana cara aku mengatakannya? Ah!! Rasanya kepalaku mau pecah memikirkannya, aku hanya tak mau melihat wajah Qonita sedih.

Ya Allah, seluruh tubuh Qonita sedang merasakan sakit, haruskah hatinya juga sakit?

Saat ini Qonita sedang duduk di atas ranjang sambil melipat pakaiannya yang nanti akan dimasukkan ke dalam lemari. Aku memperhatikannya dari jauh sambil duduk di kursi kamar yang ada di depan meja. Sebaiknya Qonita jangan mengerjakan pekerjaan apapun dulu untuk sekarang.

Aku berdiri kemudian menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Aku merebut pakaian yang sedang Qonita pegang secara paksa.

"Biar aku aja yang ngerjain," ucapku dan langsung melipat pakaiannya.

The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang