Qonita POV
Aku harus segera menuju hotel Orchid, aku harus memastikannya sendiri kebenarannya. Aku bergegas mencari angkutan umum yang menuju ke sana. Jalanan sangat macet, mungkin akan lebih cepat jika aku naik ojek, tapi aku tidak mau dibonceng oleh yang bukan mahram. Sudahlah daripada aku berpikir lama, lebih baik aku naik angkutan umum saja.
Sepanjang perjalanan, aku merasa gelisah. Aku kembali membuka layar ponselku, mungkin saja sekarang Tukimin akan mengangkat teleponku. Aku menekan nomornya, namun tak juga diangkat. Ya Allah aku harus bagaimana?
Tiba-tiba saja ponslku berdering dan terlihat nama ayah mertuaku di layar ponselku, dengan segera aku mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum pah.."
"Wa'alaikumussalam.. Qonita kamu dimana?"
Apakah ayah sudah menonton berita?
"Lagi di angkot pah."
"Kamu sudah menonton berita?"
Pasti ayah sudah tahu beritanya, apakah ayah sudah berada di hotel Orchid? Ya Allah aku menjadi sangat tegang.
"Iya pah sudah."
"Sekarang papah sudah berada di hotel Orchid, lebih baik kamu tidak usah ke sini, bahaya. Kamu pulang saja."
"Pah, apakah Galang benar-benar sudah tewas?" Tanyaku, namun aku tak mampu mendengar jawabannya. Sungguh aku belum siap jika itu kabar buruk, jantungku seakan mau lepas.
Ayah mertuaku diam tidak menjawab pertanyaanku. Tolong jangan katakan kalau ini petanda bahwa jawabannya iya. Badanku sudah terasa lemas. Aku sudah pasrah. "Ayah..." Lirihku.
"Qonita, maafkan papa, Galang memang sudah meninggal dunia."
Innalilahi wa innailaihi roji'un. Ya Allah kuatkan hamba.. rasanya aku ingin menghempaskan diri, rasanya dadaku terasa begitu sesak, hingga aku sulit bernapas, aku seperti kehilangan keseimbangan tubuhku. Penumpang di angkot ini hanya sedikit dan sepertinya mereka memperhatikanku. Aku tidak memperdulikannya.
Jadi, tadi pagi adalah pertemuan terakhirku dengan Galang? Dan baju ini adalah pemberian terakhir dari Galang? Ya Allah lapangkanlah dada hamba...
Tanpa terasa air mataku mulai menetes. Tidak! Aku tidak boleh menangis, apalagi di tempat umum.
"Qonita? Kamu masih di situ?"
Suara ayah mertuaku kembali terdengar. Aku sudah tidak sanggup untuk bicara, aku masih tidak percaya dengan semua ini. Galang...
"Iya, pah..."
"Pulang ya, hati-hati di jalan, papa yang akan mengurus semuanya di sini." Ayahku langsung menutup sambungan teleponnya.
Tanganku sudah terasa begitu lemas memegang ponsel ini. Apakah ini nyata? Atau? Konspirasi? Kusuma jaya! Mungkin saja ini ulahnya. Aku harus mencari tahu dan sekarang aku tidak bisa pulang begitu saja. Aku harus benar-benar ke hotel Orchid untuk memastikannya sendiri.
Aku tak mengindahkan perintah ayahku, aku akan tetap menuju hotel Orchid apapun yang terjadi. Jalanan begitu macaet, bahkan mobil yang aku tumpangi terus saja bergeming. Sebelum semuanya hilang dan terlambat aku harus segera sampai di hotel Orchid. Mungkin jika aku berjalan atau berlari, aku akan lebih cepat sampai daripada hanya menunggu mobil ini.
Yah benar! Aku segera turun dan membayar ongkos pada supir angkot. Kemudian aku menuju trotoar dan berlari di sana menuju hotel Orchid. Aku harap masih ada sesuatu yang bisa aku selidiki. Galang tidak mungkin melakukan hal itu. Galang yang ku kenal jauh dari apa yang dikatakan berita tadi. Bukan aku ingin menentang takdir Allah, tapi aku belum yakin kalau Galang sudah mati, sebelum aku benar-benar memastikannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓
Mystery / Thriller(completed) (sudah terbit ) Sekuel dari school scandal Edisi Galang dan Qonita mengungkap kebenaran. {Thriller, spiritual, romance} Awal Penulisan 24-03-2018 Selesai 04-08-2018 Kusuma jaya seorang direktur yang diam-diam ternyata seorang yang senang...