19. Fitnah

19.9K 1.5K 111
                                    

Galang POV

Hari ini hari terakhirku di SMA Kusuma jaya, setelah aku mengucapkan salam perpisahan pada semua  teman sekalas, juga pada semua guru yang mengajar di kelasku, aku pergi lebih awal sebelum jam pulang sekolah.

Aku berjalan menuju tempat parkir, baru saja aku mengambil helm ku, tiba-tiba Rival muncul, sepertinya dia mengikutiku sejak tadi.

"Lang, gue mau ngomong dulu bisa?" Tanyanya.

Aku menyimpan kembali helm ku di kaca spion. "Ngomong apa?"

"Masalah yang lo omongin kemarin ke gue," jawabnya. Apakah tentang amanah yang kuberikan padanya kemarin?

Aku mengiyakan permintaan Rival, kami mencari tempat yang kondusif untuk berbicara, halaman belakang sekolah lah yang kami tuju, seperti kemarin kami duduk di bawah pohon besar dan menjulang tinggi.

"Jadi apa yang mau lo omongin?" Tanyaku.

"Gue penasaran sama apa yang lo ucapin kemarin," jawabnya.

"Yang mana?"

"Tentang Islam."

Rival penasaran tentang Islam? Alhamdulillaah... Rival ternyata mau berpikir.

"Ada yang mau lo tanyain? Kalau gue bisa jawab, insya Allah gue jawab."

Rival menatapku intens. Angin berhembus pelan, menyapu tiap daun yang berguguran di tanah, menggoyangkan rerumputan dan dedaunan yang masih menyatu dengan tangkainya, beberapa daun terjatuh dari atas pohon, berterbangan dimana-mana.

"Gue baru tahu dari lo tentang Islam. Dulu gue mengira Islam ya Islam aja, sebatas ritual udah semuanya selesai dan gue malas melaksanakan ritual itu. Gue kira mereka yang melaksanakan Islam lebih dari ritual itu adalah para teroris," ucap Rival.

Aku menghela napasku panjang. "Makannya lo jangan mengenal Islam lewat berita, lo baca biografi Nabi Muhammad, baca juga pola perjuangan Rasulullah. Apakah pernah Rasulullah berdakwah dengan cara ngebom? Atau pernah nggak Rasulullah menyerang musuh tanpa sebab?" Tanyaku. Rival hanya diam menyimak. "Enggak!" Jawabku tegas.

"Terus mereka kayak gitu darimana sumbernya?" Rival bertanya serius.

"Ini itu fitnah, bukan Islam yang melakukan teror, itu ulah dari orang-orang yang membenci Islam, yang mengatasnamakan Islam. Makanya lo jangan makan berita secara mentah-mentah. Selidiki dulu semuanya."

"Gue nggak kepikiran ke sana Lang."

Aku menghembuskan napasku kasar. "Lo tahu, orang-orang Amerika yang bukan Islam aja, ketika dikasih isu Islam sebagai pelaku terorisme, mereka mencari tahu kebenarannya. Masa lo yang ngakunya Islam diem aja Islam terus dipojokkan? Allah kasih kita akal itu untuk berpikir, pake otak lo buat berpikir, coba berpikir kritis jangan iya-iya aja. Kalau lo dikasih makan racun, lo mau langsung dimakan juga?" Tanyaku. Rival hanya menggeleng. "Pesan gue, jangan membangun mental terjajah yang kerjaannya nyari aman, iya-iya aja. Aman itu racun!"

Rival masih terdiam menyimak, aku mengeluarkan ponselku dari kantong celanaku, aku akan memperlihatkan salah satu video pada Rival untuk lebih menyakinkan dia kalau yang aku katakan bukanlah karangan bebas.

"Nih lihat video dari salah satu acara di salah satu stasiun televisi, ini cuma referensi aja," ucapku. Mata Rival bergerak mengikuti arah layar ponselku. Kemudian aku mulai menyalakan videonya.

The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang