Ben POV
Mungkin orang akan menganggapku gila apabila mengetahui soal hobiku ini.
I don't really care.
Hobiku bercengkrama dengan ombak, menari-nari meliukkan badan di atas ombak yang menerjang sampai bibir pantai, rasanya amazing ketika wajah ini bertabrakan dengan ombak yang kencang.
Belum lagi kalau ombaknya bergulung-gulung melewati tubuh kita atau berdiri di atasnya sampai ombak itu bergulung menjadi kecil, rasanya luar biasa.
Sulit dijelaskan perasaanku ketika berdiri di atas gulungan ombak yang tinggi, rasanya seperti penakluk lautan.
Berselancar adalah hidupku.
"Ben, bangun! Ombak menanti" Suara gedoran di pintu kamar langsung membuatku bangkit dari ranjang.
Ombak menanti, kata-kata itu terdengar seperti menunggu untuk bertemu dengan kekasih yang sudah lama tidak berjumpa.
Tanpa perlu membasuh muka atau pun sekedar membersihkan diri, aku langsung melangkah keluar dari kamar dan menyambar surfboardku yang tertata rapi di ruang penyimpanan di kamar yang kami sewa, hanya bercelanakan pendek aku melangkah melewati pintu, aku terbiasa tidur tanpa memakai atasan.
Perlu diketahui aku selalu memakai boardshort (celana khusus peselancar) sepanjang hari. Jadi tidak perlu repot-repot untuk berganti celana apabila ombak sudah menanti untuk aku taklukkan.
Aku mengusap rail (bagian kanan kiri papan) dan deck (bagian atas tempat untuk peselancar berdiri) yang sudah aku wax (perekat yang di olesi di atas deck agar tidak licin) kemarin sore.
Mengecup bagian nose (bagian ujung papan) dengan mata terpejam untuk sekedar jimat, ritual yang selalu aku lakukan sebelum kami melebur dengan ombak.
Aku mengedarkan pandanganku begitu aku berada di luar penginapan yang berada di pesisir pantai ke arah lautan berwarna biru, udara sangat segar, masih sedikit gelap karena baru pukul 6 pagi.
Seseorang menepuk pundakku.
"Let's rock and roll bro"
Aku tersenyum ke arahnya yang berlari kecil melewatiku sambil menenteng surfboard berwarna maroon bercorak sunset.
"Mari bersenang-senang babe" Aku kembali mencium nose surfboardku dengan penuh perasaan.
Surfboardku ini adalah kekasih abadiku.
Sambil menyampirkan papan selancarku di atas kepala, aku berlari menyusul Sam yang sudah berenang ke arah air.
•••
"These bread sucks!" Sam melempar 2 tangkup roti berisikan selai kacang ke atas piring di hadapannya.
Aku terkekeh.
"Apa yang elu harapkan dari penginapan seharga 300 ribu semalam Sam? Scrambled eggs?Breakfast salad? Beef steak sandwich? Dapet kopi aja udah lumayan" Kataku mendengus setelah menyesap kopi hitam paling encer yang pernah aku minum seumur hidupku.
Kami berada di teras penginapan setelah hampir 2 jam bertempur dengan ombak.
Sam tersenyum sinis.
"Setidaknya mereka bisa beli kopi dari biji pilihan, bukannya kopi yang gue rasa bekas di seduh sampe 10x kaya begini, gak ada rasanya"
Aku tergelak melihat wajahnya yang meringis, pria itu lalu menggeser cangkir kopi miliknya jauh-jauh dari depan hidungnya.
"Bro, kita di sini cuma buat tidur, bukan buat mengeluh apa yang penginapan ini berikan" Kataku sok bijak.
Sam mendelik menatapku.
"Well, setidaknya ombak di sini bagus" Sam berkata sambil mengusap rahangnya.
"Elu kapan balik ke Jakarta?" Lanjutnya setelah terdiam beberapa saat, matanya memandang ke arah lautan.
Di sini kami menghabiskan waktu hanya untuk berselancar, mencari ombak yang memacu adrenalin.
Ombak di pantai Seminyak tidak sebagus di pantai Medewi. Seharusnya kami pergi ke pantai Medewi, tetapi karena Sam belum pernah surfing di pantai ini, jadi kami menghabiskan waktu selama 2 hari di sini.
"Mungkin lusa, di kantor gak terlalu hectic, gue bisa handle kerjaan dari sini" Jawabku sambil meraih surfboardku dan memoles deck dengan wax.
Sam hanya mengangguk menanggapi perkataanku.
"Lu jadi balik besok?" Tanyaku, tanganku bergerak memutar-mutar di deck dengan gerakan yang mungkin di lihat orang seperti gerakan sensual.
Seperti inilah salah satu kegilaan dalam hobiku, aku sangat telaten dalam merawat surfboardku, kalau perlu papan selancarku ini sudah mandi, wangi dan terlihat licin di bandingkan aku yang masih kucel atau tidak mandi sampai malam tiba.
Sam kembali mengangguk.
Pria yang masih memandang ke arah lautan itu adalah pria yang paling irit mengeluarkan suara, aku pernah berkelakar soal iritnya Sam dalam berkata-kata, mungkin kita harus memasukkan koin senilai seribu rupiah ke dalam mulutnya apabila menginginkan Sam berbicara selama 3 menit penuh.
Saat itu Sam hanya terkekeh mendengar kelakarku.
Kami bersahabat dari kecil.
Aku adalah anak hasil tanpa ikatan pernikahan, ibuku berasal dari Bali, dad berasal dari Wollongong, Australia. Kota indah yang memiliki ombak stabil, dad adalah peselancar. Jadi hobiku ini diturunkan oleh dad.
Sedangkan Sam, dia murni Caucasian. Orang tuanya berasal dari salah satu kota di Scotland, tepatnya Aberdeen. Orang tuanya menetap di Wollongong setelah Sam lahir, kami bertetangga sejak aku di asuh oleh dad ketika berumur 9 tahun.
Perbedaan umur kami hanya terpaut beberapa bulan, Sam lebih tua dariku.
"Ntar siang gue mau ke toko perlengkapan surfing, wax gue udah abis, lu mau nitip apa?" Tanya Sam tiba-tiba, pria berambut sedikit gondrong itu berdiri sambil berkacak pinggang.
"Gak ada, gue masih punya persediaan wax banyak tuh, lu mau?" Tawarku.
Sam menggeleng.
"Tawaran elu itu biasanya harus timbal balik, bulan kemarin gue udah tukeran wax sama leash (tali kaki yang menghubungkan ke surfboard)" Sam masih berkacak pinggang menatapku tajam.
"Gue heran, elu tuh hobi banget ngilangin leash, gue jadi keinget sama ibu-ibu di kantor gue, bagusnya elu bukan ngilangin Tupperware, karena bisa aja nama elu di coret dari kartu keluarga karena keseringan ngilangin benda keramat bagi ibu-ibu itu"
Aku terkekeh mendengar perkataannya yang lumayan panjang.
Lalu tiba-tiba termenung karena mendengar kata 'tupperware'.
Senyuman kecut terbit di wajahku.
Tupperware.
Tbc
Awalnya mau angkat Satrio jadiin cerita, ga jadi krn blom dpt feel.
Trs mau angkat Bryan, ga jadi juga krn aku memutuskan utk bikin cerita yg pemeran2nya baru, gak berhubungan sama cerita2 ku sebelumnya.
Tapi, castnya pemeran Ben ini, aku make si kece Daniel Garofali yg jadi cast si David aka Dave di cerita 'time wasted' sama 'she belongs to me' 😆😆Enjoy reading yaaaa, semoga suka sama ide cerita baru ini.
Mudah2n sama edunnya ma cerita2 sebelumnya.😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
back for good
ЮморWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 13/5/18 - 7/7/18