Cakepnyaaaa 😍
ini Riri lho ya yg cakep, jangan salah bukan tante Lane 😂🏃Gita POV
"Kenapa pulangnya telat? Terus itu topinya siapa? Kamu boleh ngambil topi punya orang ya Ri? Mama kan selalu ngajarin kamu, jangan pernah ngambil milik orang lain, dosa!" Aku mencecar Riri dengan banyak pertanyaan begitu melihat anak perempuanku melangkah masuk ke dalam ruang tamu.
Riri menghentikan langkahnya lalu berdiri di depanku yang duduk di sofa.
"Jawab salam Riri dong ma, kan mama sendiri yang ngajarin harus menjawab salam" Katanya dengan wajah datar.
Dalam hati aku membatin, Riri ini bisa di bilang anak yang kritis di umurnya sekarang ini, sering sekali dia membalas ucapanku dan sangat mengena.
Ya contohnya seperti sekarang ini, bukannya menjawab rentetan pertanyaan yang keluar dari mulutku tapi malah memintaku menjawab salam yang memang tadi dia ucapkan begitu masuk ke dalam rumah.
Biar feel wibawaku terjaga, aku berdeham dan menegakkan punggungku.
"Tadi mama udah jawab dalam hati, kamu aja yang gak denger. Coba sekarang jawab pertanyaan mama, kenapa pulangnya telat? Itu satu, kedua, itu topinya siapa yang kamu pake? Mama gak pernah beliin topi mahal kaya gitu, sayang uangnya, mending beli tuppy, buat nambahin koleksian mama"
Kulihat Riri membuka topinya sambil menghela nafas lewat mulut lalu sebelah tangannya menyerahkan botol minumannya ke depan hidungku.
"Telat karena keenakan main ma, mama kan tau kalo Riri main skateboardnya suka lama, itu satu, yang kedua kalo soal topi, tadi ada om-om yang ngasih ke Riri" Jawabnya sambil menunduk.
Aku tahu, anakku ini sedang berbohong, Riri kalau sedang berbicara jujur pasti tidak menunduk seperti sekarang ini. Sepertinya dia sedang menutupi sesuatu.
"Om-om ngasih topi itu ke kamu? Riri..." Aku mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan perkataanku untuk memberinya wejangan khas orang tua.
Riri mendongak menatapku takut.
"Mama kan udah sering bilang, jangan pernah mau di ajak ngobrol sama orang yang gak di kenal, terus om-om itu gak minta apa-apa kan ke kamu?" Tanyaku was-was.
Zaman sekarang semua-muanya harus waspada, aku sudah sering berpesan kepada Riri kalau di luar rumah jangan mau di ajak ngobrol dengan orang yang tidak di kenal.
Bisa saja itu modus penculikan. Penculik zaman sekarang kan nekat-nekat, melebihi kenekatan seorang vokalis sebuah band yang sudah tahu gak pantes rambutnya berponi, tapi masih aja nekat punya potongan rambut kaya begitu.
Duh, aku kok malah ngelantur ke babang tamvan yang mantan-mantannya kebanyakan perempuan-perempuan ketceh itu ya? Lagian juga sekarang gaya rambutnya sudah gak berponi macam Naruto lagi.
"Gak minta apa-apa ma, cuma ngajak Riri ngobrol aja" Jawaban Riri membuyarkan lamunan absurdku.
Aku menatap wajahnya lama.
"Lain kali jangan di jawab kalo om itu ngajak kamu ngobrol, kalo nanti ketemu lagi, kamu cuekin aja" Kataku kemudian.
"Om nya orang baik kok ma" Jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Penjahat mana ada yang ngaku Ri, mereka awalnya pura-pura baik, ngasih ini ngasih itu, kaya sekarang, baru ketemu, ngajakin ngobrol, terus langsung ngasih topi mahal kaya gitu" Sahutku sambil mengarahkan daguku ke topi yang dipegangnya.
"Pokoknya lain kali kamu musti berhati-hati, jangan mau nerima apa pun dari orang yang baru kenal" Lanjutku lagi.
"Kalo om itu nawarin beliin tuppy gimana ma?" Tanya Riri.
Mataku langsung berbinar mendengar perkataannya.
Beliin tuppy.
"Masa? Beneran? Ya udah gak apa-apa, ihh kok om nya baik banget ya Ri, nawarin beliin tuppy" Kataku antusias hampir menepuk-nepuk tanganku sendiri.
Kulihat pundaknya merosot, dengan raut wajah malas.
"Mama tuh kelemahannya gampang di tebak lah, udah dulu ya ma, Riri mau mandi" Riri berjalan melangkah menuju tangga meninggalkanku yang bengong.
Eh? Tadi itu beneran gak?
•••
Aku membuka pintu kamar Riri, kulihat dia sudah tertidur sambil memeluk topi pemberian orang yang baru di kenalnya.
Aku menghembuskan nafas panjang.
Salahku juga sudah beberapa hari belakang ini tidak menemaninya bermain skateboard, pekerjaan di kantor sangat menyita waktu karena sedang ada audit.
Jadi tidak bisa mengawasinya bermain, syukur-syukur kalau orang yang memberikan topi itu tidak ada niat jahat.
Aku melangkah masuk dan mengambil topi dari tangannya lalu membenarkan bed cover menutupi dadanya dan menunduk untuk mengecup keningnya.
Riri beranjak dewasa tanpa merasakan kasih sayang seorang ayah, syukurnya Riri mempunyai sifat yang tidak manja. Dia cenderung mandiri.
Tapi yang kulihat sekarang, aku rasa dia merindukan sosok figur seorang ayah, mendapatkan sesuatu dari seseorang yang baru dikenalnya bisa membuat Riri memeluk benda tersebut sampai jatuh tertidur.
Aku menatapnya dalam diam.
Katakanlah aku seorang ibu yang egois, tidak mengenalkan anak sendiri siapa ayah kandungnya, tapi apa yang harus aku lakukan? Kalau ayahnya saja....
Ahh, sudahlah, buat apa aku pikirkan, toh kami sekarang bahagia tanpa hadirnya 'dia'.
Aku melangkah keluar dari kamar Riri menuju ruang makan, duduk sambil menutupi wajahku.
Apalagi yang aku cari?
Semuanya sudah ku miliki, anak yang cantik dan pintar, mempunyai pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak koleksian tuppy, cicilan rumah tinggal 2 tahun lagi lunas, mobil walaupun second tapi sudah lunas.
Apalagi?
Pria?
Aku mendengus.
Cukup pria itu saja yang pernah memilikiku.
Bagiku sekarang adalah...
Mataku memicing melihat ke arah botol minuman yang tadi Riri pakai, tadi ketika mencucinya aku tidak menyadari kalau stikernya copot.
Aku berdiri dan membuka laci tempat aku menyimpan stiker-stiker bertuliskan 'jangan ambil botol ini, Gita' lalu kembali menempelkan di sisi botol yang kosong.
Hmm... Besok harus nelpon ke temanku yang bikin stiker itu, mau komplain kalau stikernya gampang copot, batinku lalu meletakkan kembali botol berwarna abu-abu itu ke atas rak piring.
Time to sleep.
Tbc
Emak2 yaa apaan aja di komplain 😅😄
Masih pada melek ga ya jam segini? Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
back for good
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 13/5/18 - 7/7/18