Eike ngapa lsg nge-zoom ke bagian ketek yakkk, coba dah klo di zoom pas sama bagian pundaknya kok malah kliatan kek apa gitu 😂😅😆
Ben POV
Sudah 5 hari berlalu sejak kepulangan kami dari Bali.
Intensitas pertemuanku dengan Gita semakin bertambah.
Kami layaknya seperti sepasang manusia yang baru saja bertemu dan menjalin kasih untuk pertama kalinya.
Apa saja yang membuat kami bersentuhan pasti berakhir dengan pertemuan bibir dan desahan-desahan yang membakar gairah kami.
Butuh pengendalian diri yang sangat besar untuk tidak melakukan sesuatu yang telah kami sepakati.
Aku dan Gita ingin lebih saling mengenal lagi, tidak ingin melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.
Menjalin hubungan lagi, artinya kami harus saling mengenal karakter masing-masing.
Aku baru tahu kalau ternyata Gita itu sangat rapi dan telaten.
Bisa kulihat memang, rumahnya tertata rapi, jejeran koleksiannya yang dulu sangat mengganggu pandangan mataku, ternyata tidak lagi kurasakan.
Gita memperlakukan dan memprioritaskanku setelah dia selesai dengan segala kebutuhan Riri.
Aku tidak mempermasalahkannya, Gita sedang berusaha untuk menjadi ibu yang baik dan calon istri idaman untukku.
Jam 4 sore aku sudah berada di rumahnya, setelah menemani Riri bermain skateboard dan sekarang duduk berselonjor di atas karpet di ruang TV sambil menikmati pijatan tangan Riri di pundakku.
"Enak yah?" Tanya Riri.
"Hmm... O iya enak Ri, enak" Mataku yang hampir terpejam menikmati pijatannya kembali terbuka.
Terdengar suara mesin mobil yang berhenti di depan rumah Gita dan tidak lama suara mesinnya mati.
"Mama pulanggg!!" Teriak Riri lalu berlarian ke arah ruang tamu.
Aku meliriknya sekilas lalu meraih pillow cushion dan merebahkan tubuhku menyamping sambil mendekap pillow bercorak surfboard.
Aku terkekeh, Gita sedang belajar untuk menyenangkan hatiku. Contoh kecilnya ya sarung dari bantal sofa ini, coraknya sampai bergambar surfboard, entah dari mana Gita mendapatkan corak seperti ini.
Mungkin Gita mencari-cari bahannya di pasar Mayestik atau sampai ke Tanah Abang, entahlah, yang pasti poinnya semakin bertambah di mataku.
Aku mendekap pillow cushion dan menciuminya, membayangkan wajah Gita yang tersenyum dengan wajah memerah.
"Ayah, ke sini yahh" Panggilan suara Riri kembali membuatku membuka mata.
Riri menatapku tidak sabar dari tempatnya berdiri, tangannya melambai-lambai menyuruhku untuk segera mendatanginya.
"Ayah, cepetannn" Katanya gemas.
Aku duduk dan berdiri, dengan langkah pelan aku mendekat ke arahnya yang berdiri di jendela melihat ke luar dengan pandangan tajam.
Tanpa berkata-kata Riri bergeser memberiku ruang.
Aku menyibak sedikit kain gorden, mundur beberapa langkah, dan aku baru menyadari lagi kalau ternyata bahan gordennya pun bercorak surfboard juga.
Aku kembali tersenyum.
Gita benar-benar sedang berusaha.
Tarikan tangan Riri membuatku tersadar.

KAMU SEDANG MEMBACA
back for good
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 13/5/18 - 7/7/18