8. confused (lagi)

11.2K 1.7K 475
                                        

Tamvannnn 😍 eike ga bisa ngucap apa2 lagi uncle Ben, you tamvan sangat lahhh

Nb: walopun klo di perhatiin, eta jenggot ma kumisnya kok kaya bulu sikat kamar mandi yg udah jarang2 gitu yakkk 😆😅

Ben POV

Riri tersenyum tipis sambil tangannya mengulur memberikan skateboard pemberianku.

"Kenapa?" Tanyaku.

Padahal aku sudah bisa menebak, Gita pasti melarangnya untuk menerima barang pemberianku.

Seperti topi kemarin.

Aku melirik Gita sekilas.

Kulihat wajahnya meringis lalu menunduk.

"Mama dari kemarin marahin Riri, katanya gak boleh nerima barang-barang dari orang yang gak di kenal" Jawab Riri dengan wajah merengut.

Gita menyenggol lengan Riri.

Tanganku mengerat memegang papan skateboard berwarna kuning itu, memandang mereka bergantian.

Gita masih menunduk.

Melihat mereka berdiri bersampingan dengan perbedaan tinggi badan yang tidak terlalu mencolok, mereka terlihat seperti adik dan kakak.

Lihat saja fisik mereka berdua, sama-sama memiliki tulang wajah yang panjang, rambutnya sama-sama panjang tergerai, sama-sama memiliki paras wajah yang cantik.

Riri mewariskan fisik Gita, mini Gita.

Cantik.

"Om Ben, makasih ya" Suara dan tarikan tangan di ujung kaus membuatku berjengit kaget.

Riri mendongak menatapku, sesaat aku terdiam melihat caranya menatapku, apa aku tidak salah lihat? Sinar matanya terlihat sedih.

"Makasih om udah baik mau ngasih Riri papan skateboardnya, Riri selalu di ajarin untuk ngucapin terima kasih, walaupun Riri gak pernah di ajarin untuk ngembaliin barang pemberian orang yang udah ngasih barangnya" Riri menarik nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.

"Mama sekarang mendadak jadi pendiam, padahal seharian kemarin mama marahin Riri habis-habisan, pas di depan orangnya malah diam aja" Bibir bawahnya mencibir sorot matanya melirik Gita tajam.

Gita kembali menyenggol lengan Riri.

Lalu tubuhnya memutar dan menarik pergelangan tangan Riri.

"Kamu nikah lagi Git?" Tanyaku dengan suara lumayan kencang karena mereka berjalan dengan cepat meninggalkanku yang berdiri mematung.

Langkah Gita berhenti. Lalu dia kembali melangkah.

Darn!

Pertanyaan yang bermunculan di benakku harus segera ada jawabannya, sebelum kakiku mengayun ke depan, tepukan di pundak membuatku menoleh ke samping, Sam menyuruhku untuk mengejar Gita.

"Tanpa lu suruh juga gue mau nyusulin Gita bro" Aku meringis, dengan langkah lebar aku menyusul mereka. Walaupun bingung juga kenapa Sam bisa berada di taman ini.

"Git" Panggilku.

Riri menoleh ke belakang.

"Ma, om Ben manggil" Kata Riri.

"Biarin aja" Sahut Gita masih melangkah.

Aku menarik lengan Gita yang terasa dingin dan tegang.

"Gita, we need to talk" Kataku.

Langkahnya terhenti, Gita memutar tubuhnya menghadap diriku dengan mendongak.

"Om kenal mama?" Tanya Riri ragu.

back for goodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang