Klo kata Pak Tino Sidin, yakkk gambarnya bagus, nilainya 90.
Nah klo kata tante Lane, yakkk, bodynya cucokkk cynnn, bikin eike klepek2, nilainya 95 😆😄
Nb: anak2 zaman now pasti nanya, sapa lagi eta Pak Tino Sidin, tante Lane kasih tau yaaa, beliau itu sosok legend di zamannya, walopun dpt kiriman gambar gunung yg sama setiap minggunya dari anak2 seumuran tante Lane dulu, tetap aja blg eta gambar bagus, bagus 😅😅
Ben POV
"Ha?" Tanyaku bingung.
Riri mengangguk, kulihat matanya berbinar, tetapi binarannya terlihat berbeda, seperti ada maksud terselubung.
"Iya, ayah mau berbaikan sama mama gak?" Ulangnya lagi.
Bukannya aku tidak mendengar perkataannya yang pertama, tapi kaget karena Riri mengatakan hal yang tidak pernah aku pikirkan.
Berbaikan dengan perempuan maniak tuppy itu?
Tanpa sadar aku mendengus.
Sama sekali tidak pernah terpikirkan.
Untuk saat ini, aku sudah cukup senang dengan kehadiran Riri yang selalu datang tiap sore hari ke apartmentku.
Aku sampai sengaja pulang kantor langsung ke apartment, tidak lagi meleburkan diri tertumpuk dengan pekerjaan. Dan aku juga memangkas waktu jogging soreku demi bisa bercengkrama dengan anak perempuanku yang mempesona ini.
Aku benar-benar tidak memikirkan untuk berbaikan kembali dengan Gita, sampai saat ini saja, aku tidak pernah menanyakan kabarnya melalui Riri.
Nop, never.
"Ayahhh!!" Riri menarik-narik lenganku.
Aku meringis.
"Mau gak?" Tanyanya lagi.
Kepalaku langsung menggeleng.
Kulihat raut wajahnya berubah kecewa.
Riri menunduk.
"Ayah waktu dulu ngerasa di cuekin sama mama ya?" Tanya Riri kemudian.
Keningku mengernyit.
Riri tersenyum tipis, tangannya memainkan jemariku, aku senang dengan caranya melakukan itu, telapak tangan kami bertaut, terkadang Riri menempelkan telapak tangan kami sehingga membuatnya terkikik melihat perbedaan besar telapak tangan kami.
Hal kecil seperti ini bagiku sangat sayang untuk dilewatkan. Rasanya semakin nyata kalau aku mempunyai seorang anak.
"Ya kan yah? Ayah dulu ngerasa gak di sayang sama mama, karena mama lebih sayang sama tuppynya kan?"
Deg, mataku mengerjap mendengar perkataannya barusan.
Punggungku otomatis menegak.
Riri lebih pintar dari yang kuduga.
"Kok kamu bisa bilang begitu?" Tanyaku, sekedar mencari tahu pendapatnya sebagai anak yang 9 tahun hidup dengan Gita.
Selama setahun pernikahan kami saja aku muak dengan tingkah lakunya yang lebih fokus dengan koleksiannya.
Bagaimana kabarnya Riri yang 9 tahun lamanya hidup bersama Gita dan koleksiannya itu?
Riri tersenyum, tangannya menempel di telapak tanganku lalu terkikik.
"Ya kalo ayah ngerasa kaya gitu, ayah gak sendirian, selama ini Riri ngerasa mama lebih sayang sama tuppynya, lebih peduli kalo botolnya ilang, daripada Riri yang ilang" Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
back for good
ComédieWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 13/5/18 - 7/7/18