2. aku, Gita

16.2K 1.5K 392
                                        

Muka si emak2 👆 pengumpul tup2 😅😄

Gita POV

Dengan panik aku kembali menghitung jumlah botol Tupperware isi kapasitas 750ml di atas meja yang sengaja aku jejerkan.

Kurang satu, aku memijat keningku mencoba mengingat warna apa yang tidak ada.

"Ririiii!" Teriakku ke arah lantai atas di mana anak perempuan ku yang berumur 9 tahun berada.

Suara pintu terbuka dan menutup terdengar. Di ikuti suara langkah seseorang menuruni tangga.

"Ya ma" Anak perempuanku itu melongokkan lehernya di ambang pintu dapur.

"Ke sini sebentar" Kataku sambil melambaikan tanganku ke arahnya untuk mendekat.

"Mama mau tanya sama kamu, kamu pakai botol minuman mama gak?" Tanyaku memulai interogasi.

Aku berlutut menghadap ke arahnya. Menatap manik matanya yang berwarna coklat keemasan.

Riri menggeleng pelan. Rambutnya yang di kuncir kuda bergerak seiring dengan gelengannya.

"Riri gak mau kena omelan mama seharian lagi karena ngilangin botol kaya bulan lalu" Jawabnya dengan suara datar. Wajah polosnya terlihat menggemaskan.

Rasanya ingin mencubit pipinya yang membulat dengan semburat merah, ciri-ciri anak sehat, tetapi aku mengurungkan niat mengulurkan tanganku untuk mencubit pipinya, ada masalah genting yang harus di selesaikan.

Aku menghirup nafas panjang lalu kembali memijat keningku.

Kalian mungkin menganggapku gila apabila mengetahui soal hobiku ini.

Mengumpulkan Tupperware sejak waktu duduk di bangku sekolah, hobiku ini di turuni oleh ibuku.

Bukan tanpa alasan kenapa aku jadi mengoleksi botol-botol ataupun wadah berbagai bentuk karena dulu ibuku melarangku memakai wadah tempat makanan atau minuman miliknya.

Alasannya satu, ibuku takut aku akan menghilangkan salah satu koleksian miliknya.

Kalaupun aku diperbolehkan memakai botol atau tempat makanan untuk bekalku, ibu akan menempelkan banyak stiker agar tidak tertukar dengan milik teman-teman sekolahku.

Sekarang aku bisa merasakan hal yang sama, kehilangan satu koleksian itu rasanya seperti kehilangan harta benda berharga.

Terlihat lebay, tetapi memang seperti ini kenyataannya, hilang satu botol saja dapat membuat kepalaku pusing.

Warnanya kan kurang 1, jadi kurang greget di lihatnya.

Aku berdiri lalu kembali menghitung jejeran botol di depanku.

"Ilang kemana sih itu botol?" Gumamku.

Kudengar suara helaan nafas di belakangku.

"Ma" Riri menarik-narik lenganku.

Aku menoleh ke belakang, telunjuknya mengarah ke atas melewati puncak kepalaku.

Dengan cepat aku memutar tubuhku menghadap ke arah yang di tunjuknya.

Tepatnya ke arah atas kulkas, tanganku menepuk keningku dengan helaan nafas lega.

"Ya ampun di sini ternyata dirimu nakkk" Tanganku meraih botol berwarna hijau mint yang terisi teh setengah.

Aku mencoba mengingat-ingat kapan aku meletakkan botol ini di sana.

Meringis setelah berhasil mengingatnya, kemarin pagi aku meletakkan botol ini setelah selesai melakukan lari beberapa putaran mengelilingi komplek perumahan.

back for goodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang