Chapter 4

1.7K 201 5
                                    

Terbangun di malam hari adalah mimpi buruk bagi sebagian orang karena biasanya, tidak akan mudah untuk tertidur kembali atau mungkin akan terjaga sampai menjelang pagi.

Reyhan, pemuda itu mencoba menggerakkan tubuhnya yang sedikit ngilu. Ia bersandar dengan menggunakan bantal.

Netranya melirik sekitar, berharap ada orang yang bisa ia minta tolong. Tapi ya pastinya tidak akan ada. Dini hari, siapa yang masih terjaga?

Orang rumah juga mungkin tidak ada di rumah, barangkali menjenguk Yansyah yang katanya tadi sekarat.

Bibir Reyhan membentuk senyum, sendu.

Apakah tidak ada yang sadar bahwa anak ini juga sakit? Atau mungkin tau, tapi bertingkah seakan bukan hal yang harus diperhatikan.

Miris.

Soal Theo tadi, ia juga tau kalau percuma menjelaskan panjang lebar pada kakaknya tersebut. Ujung-ujungnya, Reyhan lah yang akan selalu di salahkan.

Tapi entahlah. Reyhan tidak akan terima bila di fitnah seperti ini. Ia akan melawan kalau benar-benar tidak melakukan hal itu.

"Haus."

Kerongkongan Reyhan kering, ia diam sebentar. Detik kemudian berdiri secara perlahan, mengambil langkah kecil menuju pintu.

Setelah berhasil memegang knop pintu, Reyhan menghela nafas lega. Ia bersandar sejenak di pintu itu.

Butuh effort yang lebih untuk turun ke bawah mengambil minum dan sekalian mengisi perutnya.

Langkah demi langkah terus Reyhan jalani hingga ia telah sampai di dapur. Anak itu melangkah pelan kearah kulkas, ia mencoba mencari roti yang tersisa.

Gelap, ia sengaja tak menyalakan lampunya karena terlalu susah untuk berjalan mencari saklar yang letaknya lumayan jauh dari tempat ia berdiri.

Tangannya meraih pegangan kulkas, dibukanya lalu mencari bahan makanan yang ada di sana.

Mata Reyhan seketika berbinar saat melihat adanya mie instan kesukaannya yang telah lama tak ia makan karena larangan Bundanya.

Karena akan kesulitan untuk memasak, Reyhan pun melangkahkan kaki menuju ke saklar yang ada di dekat meja makan.

Tak butuh waktu lama, Reyhan kembali dan segera memasak mie itu dengan girangnya. Ia bersenandung ria seperti biasanya.

"Udah lama banget gue ga sendirian kayak gini di rumah." Ia melirik sekitar tiba-tiba merinding.

Sepi, rumah ini memancarkan aura yang menakutkan. Nyali Reyhan jadi ciut, ia memilih untuk tetap melihat masakannya daripada melihat hal yang tak kasat mata, bukan?

"Wah, enak nih pasti." Ia berseru seraya membawa mienya ke meja makan.

Sakit yang Reyhan rasakan tadi seolah hilang dalam sekejap. Bahagia Reyhan emang semudah ini.

Selagi mengambil nasi, Reyhan mencoba mencium aroma wangi dari masakan simple nya itu.

"Anjing, wangi banget!" serunya.

Leave Me Alone | Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang