Chapter 8

1.5K 193 3
                                    

Ketukan brutal dari pintu, menyadarkan sosok pemuda yang tengah terlelap di atas lantai dengan wajah pucat nya.

Pemuda itu membuka matanya perlahan, ia menoleh kearah pintu hendak berdiri namun, pintu lebih dulu di dobrak oleh orang yang ada diluar.

Reyhan, ia meringis saat pusing melandai kepalanya.

"Reyhan! Lo mau apa, hah?! Jangan macem-macem!" ujarnya sambil menarik tangan Reyhan untuk berdiri.

"Bisa santai gak, sih?! Maksud lo apa?! Gue gak ngapa-ngapain! Kalo lo mau marah soal Yansyah, mending nanti aja! Kepala gue pusing!" Ia melepaskan tangan Theo lalu berusaha sendiri untuk berdiri.

"Lo tadi ngapain hah?! Mau bunuh diri?!"

Spontan Reyhan melirik Theo tajam. Ia berdecih, sungguh menguras emosi.

"Gue masih mau hidup! Gila lo!"

"Ini apa?! Lo ngapain ngurung diri disini! Mana basah gini badan lo. Apa lagi kalau bukan mau bunuh diri?!"

Reyhan mendengus, ia memutar bola matanya malas. "Minggir! Gue mau lewat."

Jelas Theo tidak akan semudah itu melepaskan Reyhan. Ia mencekal lengan Reyhan agar ia tidak kemana-mana.

"Mau kemana lagi lo?!"

Mata Reyhan terkatup, ia menghela nafas kasar. "Singkirin pikiran buruk lo itu sama gue!"

Tangan Reyhan ditarik paksa oleh Theo supaya berbalik menatapnya.

"Lo ikut gue, sekarang!" ujar Theo penuh penekanan.

Saat itu juga Reyhan menepis tangan Theo. Ia menatapnya sinis, sangat malas bila harus berhadapan pada sosok Theo yang selalu memancing amarahnya.

Mana kepalanya tambah pusing, tubuhnya juga kian melemah. Tidakkah Theo menyadari hal itu.

"Gue capek kak! Mau istirahat."

"Gak! Lo harus ikut gue!"

Reyhan memijat pangkal hidungnya, pandangannya sudah mulai memburam. Ia melirik Theo sejenak, meminta agar sang kakak luluh hatinya untuk melepaskan dirinya.

"Kepala gue pusing, kak! Bisa besok aja gak?!"

"Itulah makanya gue ajak lo ke rumah sa--- Reyhan!"

Itu kalimat terakhir yang Reyhan dengar sebelum semuanya mengelap. Tubuhnya ditangkap oleh Theo, beruntung kakaknya itu langsung sigap menahan tubuhnya agar tidak jatuh membentur lantai.

"Rey, bangun! Reyhan!" Ia menepuk pipi Reyhan pelan, berharap akan direspon anak itu.

Percuma, kesadaran Reyhan sudah benar-benar direnggut. Ia terlelap damai di pelukan Theo.

"Sial!"

_________

"Gak ada yang nyuruh lo untuk khawatir sama gue, kak! Stop bilang seperti itu! Gue muak!"

"Apa mau lo, Reyhan?! Gue udah baik buat nganterin lo ke rumah sakit, tapi lo malah gak ada teri----"

"Gak ada yang nyuruh lo buat bawa gue ke sini, kak! Lo bisa tadi tinggalin gue aja di sana!" ujar Reyhan menggebu-gebu.

Posisi Reyhan duduk, ia menyingkap selimut lalu berusaha berdiri. Ia menatap Theo sekilas dengan tatapan sinis.

Bagaimana Reyhan tak marah, bila Theo mengungkit masalah bunuh diri dan jasanya dalam mengantar Reyhan kesini. Apa perlu masalah itu diungkit kembali? Tidak bukan.

Leave Me Alone | Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang