Chapter 5

1.7K 207 11
                                    

Ketukan seseorang dari balik pintu itu, mengalihkan atensi Reyhan. Ia dengan segera menghapus air mata yang tadinya terjatuh tanpa ia duga.

"Rey, gue bawa bubur. Ini dimakan," ujar Shaka dengan memberikan kantong kresek pada Reyhan.

Reyhan melirik sejenak lalu mendengus kesal. "Gue gak mau bubur, Ka. Enek," tolak nya.

Pemuda bernama Shaka itu menghentikan gerakannya, ia menatap Reyhan ketus. "Lo sakit. Harus makan bubur. Gue gak mau tau!"

Lantas, Reyhan memutar bola matanya malas. Ia pun mengambil bubur tersebut cepat, dari tangan Shaka.

Percuma juga ia menolak. Toh, Reyhan benar-benar lapar sekarang. Terakhir ia makan kemarin malam, dan ini sudah siang menjelang sore.

Senyum dibibir Shaka terukir. Ia menatap Reyhan sendu. Setiap melihat luka ataupun lebam di wajah Reyhan, membuat hatinya sakit.

Sebenarnya apa yang dialami anak itu? Apakah ia akan baik-baik saja?

"Jangan ngeliatin gue dengan tatapan gitu. Gue gak suka!" seru nya.

"Khawatir gue sama mental lo," ujarnya.

Lantas Reyhan menghentikan aktivitas makanannya. Ia beralih menatap Shaka sambil tersenyum tipis.

"Gue baik-baik aja, gak usah khawatir."

Shaka tau. Itu hanyalah kalimat palsu yang berusaha menenangkannya. Reyhan pasti tak akan baik-baik saja apabila terus berada di posisi seperti ini.

"Gapapa kok kalo lo lagi ngerasa gak baik-baik aja. Lo cuma manusia biasa, Rey. Adakalanya lo ngerasain itu." Ia menepuk pelan pundak Reyhan, menyalurkan semangat.

Reyhan menunduk, ia mengangguk samar seraya menahan air matanya yang hendak jatuh.

"Kalo lo masih belum mau cerita, it's okay. Gue paham kok."

Sejujurnya, Reyhan bukan tak mau cerita, ia hanya tidak mau menambah beban pikiran kedua temannya itu karena ia tau, mereka pasti juga punya masalah masing-masing.

Daripada ia membagi masalahnya, lebih baik ia hanya jadi pendengar untuk keduanya.

Terkadang Reyhan juga ingin didengar, tapi entah mengapa, susah baginya untuk menceritakan masalahnya pada mereka. Terlebih lagi ia takut akan respon yang mereka keluarkan nanti.

"Chandra mana?"

"Di kelas. Dia titip maaf ke gue, katanya tadi dia ngerasa bersalah udah bentak lo gitu." Shaka membereskan bekas makan Reyhan, ia juga memberikan minum padanya.

"Gue yang harusnya minta maaf karena tadi lampiasin emosi ke dia."

Kepala Reyhan kembali tertunduk, ia menghela nafas berat. "Ka, bilang ke Chandra, gue minta maaf."

"Kenapa gak bilang langsung aja, Rey?"

"Gapapa, gue besok gak masuk soalnya. Hari ini juga dia pasti gak bakalan jengukin gue kesini kan."

Shaka mengangguk, ia menaruh tangannya ke dahi Reyhan, mengecek suhu tubuh anak itu.

"Udah lumayan turun, lo harus istirahat sudah ini. Entar gue antar pulang."

Reyhan mengangguk saja, kepalanya masih pusing. Ia melirik Shaka. "Makasih Ka, maaf gue ngerepotin lo terus."

"Santai. Kita tuh temen, udah seharusnya gue gitu."

Leave Me Alone | Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang