Chapter 6

1.6K 190 3
                                    

Sosok pemuda yang sedang bergulung di selimut itu pun terganggu dari tidurnya karena suara petir. Ia mengerjapkan matanya berulang kali sambil menguceknya. Ia melihat sekitar dengan tatapan bingung.

Kenapa sekarang ia sudah ada di rumah? Siapa yang membawanya kesini? Seingatnya kemarin, ia sedang berada di rumah sakit, menjenguk Yansyah.

Diraba nya sekitar meja, ia mengambil benda pipih itu lalu membukanya.

"Mampus udah jam segini." Matanya membulat. Ia seketika terbangun dari tidurnya.

Jam sudah mengarah di pukul 10 pagi. Reyhan sudah telat, sangat telat. Ia langsung merebahkan tubuhnya kembali sembari menatap ke atap kamarnya.

Reyhan menguap, ia tidur sangat nyenyak semalam. Tak seperti biasanya. Tubuh Reyhan juga sudah lumayan membaik.

Saat menaruh ponselnya di meja, ia tidak sengaja memegang sebuah benda lembek, disaat ia hendak meraba nya, netra Reyhan langsung membulat. Ia segera menjauhkan tangannya.

"Anjing! Kenapa ada bubur disini?!" teriaknya.

Percuma, tidak akan ada yang menjawab. Reyhan pun mendengus kesal, ia melihat ada sebuah note di sana.

Di makan! Jangan dibuang.

Itu saja.

"Tumben ada yang peduli."

Reyhan lagi-lagi mendengus, ia menaruh note itu lalu mengambil mangkuk berisi bubur tersebut.

Berhubung Reyhan lapar, ia pun langsung melahap bubur itu hingga tandas. Ia melirik keluar jendela, awan mendung menghiasi langit.

Tumben, hari tak secerah biasanya.

Rintikan hujan pun mulai turun disertai gemuruh petir. Ia memejamkan matanya, menikmati terpaan angin yang menyejukkan.

Suasana hati Reyhan seketika berubah tenang. Ia mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya pelan, berulang kali.

"Gila sih, betah gue di rumah kalo gini," gumamnya.

Sekitar beberapa menit kemudian, Reyhan mengambil ponselnya. Ia duduk di atas kasur dan menutup jendelanya karena sudah merasa kedinginan.

"Nih anak kenapa nelpon gue sebanyak ini?" Ia bermonolog.

Dilihatnya, ada 20 kali lebih Shaka dan juga Chandra menelponnya bahkan sampai beberapa ratus pesan dikirimkan oleh keduanya.

Reyhan meringis, ia pun mulai membuka satu-persatu pesan mereka.

"Mampus. Diteror gue."

Setelah selesai, Reyhan dapat menyimpulkan bahwa keduanya panik karena ia tidak ada kabar sama sekali dan kemarin kan ia memang sakit, mereka takutnya ada hal buruk yang terjadi pada Reyhan.

Jemari Reyhan mengetik sesuatu di ponselnya. Ia terkekeh pelan saat membayangkan betapa paniknya wajah keduanya saat tidak diberi kabar apapun olehnya.

'Gue baik-baik aja. Ini baru bangun tidur. Gak usah khawatir! Belajar yg bener! Jgn main HP mulu!'
Send.

Setelah mengetik pesan itu, ia melemparkan ponselnya ke kasur lalu berbaring kembali.

"Masih di tolongin gue?" Ia berdecih. "Kirain dibiarin sampe mati."

Reyhan masih mengingat jelas apa saja yang diucapkan Theo padanya semalam. Ia akan terus mengingatnya. Sebegitu tak di inginkah kehadirannya?

Leave Me Alone | Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang