"Wina gak mau ikut Mama!" tolak Wina.
Yuna terdengar mendengus. "Turutin, sebelum Mama sentuh anak menjijikkan itu!"
"Ma! Stop bilang gitu! Reyhan anak Wina, Ma! Cucu Mama juga! Tega Mama bilang git--"
"Dia cuma anak kamu! Bukan cucu saya! Saya tidak punya cucu hasil perselingkuhan!" ujar Yuna dengan nada sinis.
"Ma!" Wina menarik nafas panjang dengan sekali hentak. "Jangan limpahkan kesalahan kami ke Reyhan, Ma! Dia masih kecil, gak salah apa-apa."
Pletak.
"Masih belain dia! Pergi dari rumah sekarang juga! Kamu bukan anak saya lagi!" bentak Yuna.
Tes. Air mata Wina jatuh. Ia menahan tangan ibundanya itu sambil mengangguk ragu.
Wina tidak mau kehilangan orang tuanya. Ia mungkin sedikit egois kalau lebih memilih kedua orang tuanya daripada anak bungsunya, Reyhan.
"Wina bakal ikut Mama, tapi sebulan aja, Wina gak bisa lama, Ma. Wina mohon..."
Mata Yuna tak lagi menatap ke sang putri. Ia menghela nafas lalu mengangguk sambil melepaskan tangan Wina yang melingkar di lengannya.
"Besok siap-siap. Mama gak mau lama."
Setelah berujar tersebut, Yuna pergi. Ia menyeringai saat bisa membujuk anaknya untuk ikut dirinya.
Tujuan mereka pergi, memang untuk berobat kesehatan mental Wina, tapi Yuna ada hal lain yang sedang ia rencanakan untuk seseorang.
"Maafin Bunda, ya nak. Untuk kali ini, Bunda egois," ujarnya sambil menunduk membiarkan air matanya jatuh.
Yuna kalau sudah mengancam seperti itu, Wina tidak bisa berbuat apa-apa karena ia sadar, ibundanya itu tak pernah main-main.
Egois. Wina tidak menyadari bahwa sudah sering ia lebih mementingkan keluarga yang lain dibanding Reyhan.
Padahal karena dirinya lah, anak itu bisa terlahir dengan keadaan seperti ini.
Tersiksa lahir dan batin. Di usia yang sangat muda.
"Oma jahat! Pukul-pukul Bunda cuma karena adek!" ujar sosok anak kecil yang telah menangis.
Sosok anak kecil itu adalah Yansyah. Ia melihat dengan jelas bagaimana neneknya menampar serta membuat Wina menangis karena membicarakan Reyhan.
"Kok adek jadi buat Bunda sama Oma berantem mulu? Papa juga sama, marah-marah terus, hiks."
Kaki Yansyah ia pegang erat. Ia membenamkan kepalanya di sana untuk menyembunyikan dirinya yang sedang menangis sesenggukan.
_________
Alunan musik berdentum mengiringi semua orang yang sedang menari dengan bebas. Mereka terlihat sangat bebas, melepaskan penat akan dunia yang keras ini.
Terlihat dari pojok sana, seorang pemuda melamun menghiraukan alkohol yang ada di depan matanya. Pikirannya tengah melayang ke tempat lain.
Berulang kali dirinya terganggu akan kehadiran sosok wanita penghibur yang sengaja menyenggol lengan Reyhan dengan kepunyaan mereka.
Reyhan membenci itu. Ia tidak segan-segan menampar wanita yang sengaja melakukan itu lagi. Sungguh.
"Rey, lo gak mau minum?" tanya sosok Leo yang sedang berada di angan-angan kesadarannya karena pengaruh alkohol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone | Huang Renjun ✔️
Fiksi RemajaDON'T COPY MY STORY. Tentang dia yang menginginkan keutuhan, di tengah jahatnya takdir. Tentang semesta yang tak pernah memihak nya. Dipaksa menyerah disaat masih ingin bertahan. Lucu memang hidupnya. Lika-liku kehidupan yang memuakkan dengan ras...