Rintikan hujan menghiasi langit Bandung sekarang padahal ini masih sangat pagi untuk turunnya hujan.
Seorang pemuda yang ada di ruangan ini sibuk memperhatikan rintik hujan dari balik jendela dengan tatapan kosong.
Punggung tangannya sedikit mengeluarkan darah akibat tadi ia menarik paksa jarum infus.
Pemuda itu adalah Reyhan. Ia terlihat sangat kacau, selimut yang harusnya melindungi diri dari dingin pun telah ia jatuhkan dengan sengaja di lantai.
Dingin pastinya. Reyhan sudah berada di sana sekitar 2 jam lebih. Dengan menghiraukan dingin dan rasa sakit di tubuhnya, ia seakan tak peduli.
Saat ia sibuk menatap keluar, tiba-tiba bahunya ditepuk oleh seseorang. Reyhan tersentak, lumayan terkejut dengan tindakan yang orang itu lakukan.
"Mas nya kenapa ngelamun?" tanya wanita yang berpakaian putih rapi.
"Gapapa," jawab Reyhan seadanya.
Perawat itu tersenyum tipis, detik kemudian ia membelalakkan matanya. Terkejut melihat tangan Reyhan yang telah berdarah.
"Ini kenapa dicabut mas?"
Reyhan melirik perawat itu sebentar lalu dengan santai menunjuk kearah tangannya. "Ini? Mau pulang ya di lepas."
"Loh? Udah dikasih izin sama dokter?"
"Sus, jangan ganggu saya dulu ya. Maaf, suster boleh keluar ga? Saya mau istirahat," ujar Reyhan sebisa mungkin sopan.
Perawat itu mengangguk, ia mengerti kalau Reyhan sedang tidak mau diganggu. Terlihat jelas dari raut wajah kusutnya.
"Yaudah, saya permisi mas."
Reyhan mengangguk, ia melirik sekitar lalu menghela nafas berat. Disaat sakit seperti ini pun, ia masih sendirian. Tanpa siapapun disisinya.
Emang se-menyedihkan itu hidup Reyhan.
Bibir Reyhan membentuk senyum, sendu. Ia menundukkan kepala sambil meremat sprei, menyalurkan amarah yang ada di dirinya.
"Apa yang gue harapin?" Setelah berujar, ia terkekeh pelan.
Keadaan ini menjelaskan padanya bahwa ia kesepian. Meskipun ada beberapa orang yang berada disisinya. Mereka tidak tau jelas apa yang Reyhan rasakan, se-hancur dan se-sedih apakah dirinya ini.
Ada banyak hal yang menganggu pikirannya, tapi ia tidak bisa memberitahu kepada siapapun. Itu lumayan menyiksa dirinya.
"Gak ada gunanya gue ngeluh, semuanya akan tetap kayak gini."
Tak lama dari itu, Reyhan bangkit. Ia mengambil langkah demi langkah, keluar dari rumah sakit.
Tatapan mata Reyhan kosong seperti tak ada kehidupan. Terlalu menyesakkan apabila mengingat semua hal yang terjadi padanya akhir-akhir ini.
Ia terus berjalan tanpa tujuan, langkah kaki Reyhan membawanya ke sebuah parkiran. Ia menghela nafas berat lalu melirik sekitar hingga matanya tak sengaja menangkap sosok yang juga tengah menatap kearahnya.
"Reyhan? Lo kenapa ada disini?" tanya pemuda itu, ia menatap tubuh Reyhan dari atas sampai bawah, memastikan kalau anak itu baik-baik saja.
Respon Reyhan hanya menggelengkan kepala, pikirannya sekarang melayang entah kemana. Disini hanya ada raganya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone | Huang Renjun ✔️
Teen FictionDON'T COPY MY STORY. Tentang dia yang menginginkan keutuhan, di tengah jahatnya takdir. Tentang semesta yang tak pernah memihak nya. Dipaksa menyerah disaat masih ingin bertahan. Lucu memang hidupnya. Lika-liku kehidupan yang memuakkan dengan ras...