Saat semua orang sibuk di meja makan, Reyhan terlihat buru-buru turun dari tangga. Ia kelihatan panik sekali sehingga tidak menyadari bahwa semua pasang mata menatap kearahnya.
Namun, disaat langkah terakhir di anak tangga, ia mulai menyadari itu dan menoleh kearah pasang mata yang sedang menatapnya.
Langkah Reyhan terhenti, ia tersenyum kikuk saat Wina menatapnya bingung.
Di sana tidak hanya ada Wina, tapi ada Bobby, Theo dan juga Yansyah. Mereka tampak sedang menikmati sarapan pagi yang dibuat oleh Wina.
Dengan ragu Reyhan berjalan mendekat, ia tadi kesiangan padahal mau memasak makanan untuk Wina.
Tapi ternyata ia telat bangun, alhasil Wina sudah masak bahkan semua orang sudah berada di meja makan menikmati makanannya.
Tapi langkah Reyhan kembali terhenti saat melihat apa saja yang Wina masak. Hatinya seketika berdenyut, ia beralih menatap Wina yang mengalihkan pandangannya. Seakan tidak mau bertatapan dengan Reyhan.
Udang, Reyhan alergi terhadap makanan tersebut.
Tumben Wina memasak makanan berat untuk sarapan, biasanya hanya akan ada roti, nasi goreng atau sereal saja. Dan yang lebih mengejutkan yakni, ia memasak makanan yang sudah jelas-jelas Reyhan tak bisa makan.
'Bunda kenapa?' Reyhan membatin.
Niatnya yang tadi hendak ikut sarapan pun diurungkan, ia menunduk sejenak sambil menghela nafas berat.
Perutnya lapar, tapi yasudah lah.
"Eh Reyhan. Gak mau sarapan apa lo?" Panggil Yansyah yang menatapnya dengan tatapan meledek.
Sontak Reyhan mendesis kesal, ia menggeleng tak mau adu mulut di depan Wina.
"Dih, gak ngehargain masakan Bunda banget. Padahal Bunda udah masak pagi-pagi banget tadi, mana Bunda juga baru sembuh," ujar Yansyah.
Reyhan melirik Wina sejenak, ia sebenarnya tidak tega, tapi kalau dimakan pasti badannya akan gatal-gatal nantinya atau paling buruk, ia bisa meninggal.
Entahlah Reyhan bingung, ia melirik kearah Bobby sejenak. Papanya itu nampak tidak terganggu, ia tetap memakan makanannya menghiraukan kedatangan Reyhan.
"Nah, gitu dong! Hargai Bunda udah capek-capek masak," ujar Yansyah sambil tersenyum penuh kemenangan melihat Reyhan yang bergerak mendekat.
Reyhan ingin tau bagaimana respon Wina dan keluarganya kecuali Yansyah. Apakah salah satu dari mereka ada yang akan melarangnya.
Diraihnya piring, ia memasukkan nasi lalu mengambil beberapa udang yang kemudian diletakkan ke dalam piring. Ia sejujurnya ragu saat melihat penampakan udang itu.
Susah payah Reyhan menelan salivanya, ia melirik Wina sejenak sebelum memasukkan udang tersebut ke dalam mulut.
Wina tak merespon apapun, ia tetap melanjutkan makannya. Meskipun raut wajah cemasnya mulai terlihat saat tangan Reyhan mulai mendekat kearah mulutnya.
"Reyhan tunggu!" pekik Wina.
Namun, sayangnya udang itu telah masuk ke dalam mulut Reyhan. Ia hampir tersedak saat Wina memanggil namanya.
"Lepehin cepet!" teriak Wina. Ia bergerak mendekat kearah Reyhan.
Salah satu tangannya di tadahkan tepat di depan mulut Reyhan. Ia tambah khawatir saat Reyhan masih belum mengeluarkan udang itu dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone | Huang Renjun ✔️
Novela JuvenilDON'T COPY MY STORY. Tentang dia yang menginginkan keutuhan, di tengah jahatnya takdir. Tentang semesta yang tak pernah memihak nya. Dipaksa menyerah disaat masih ingin bertahan. Lucu memang hidupnya. Lika-liku kehidupan yang memuakkan dengan ras...