BAB SATU

1.9K 113 1
                                    

Ini dunianya. Dunia yang penuh dengan hingar-bingar di sebuah tempat. Tempat dengan cahaya lampu yang berkelap-kelip membuat mata menjadi pening melihatnya. Dentuman music yang keras memekikkan telinga bagi siapapun yang tidak terbiasa mendengarnya. Namun, baginya dentuman music itu hanyalah sebuah melodi yang mengantarnya kedalam kehanyutan dunia malam. Bisa dibilang, kebahagiaannya.

Kini dirinya bergabung dengan teman-temannya yang sudah duduk menikmati minuman yang memabukkan. Duduk menyilangkan kaki menampakkan paha mulus dengan tangan memegang gelas kecil yang berisi beer tersebut.

" sudah bosan menari nya?" Tanya Jessica yang melihat tiffany meneguk minumannya itu.

" aku tidak pernah bosan, sica. Hanya istirahat untuk mempersiapkan tenaga nanti malam" tiffany menjawab dengan tangan yang menuangkan lagi beer kedalam gelasnya.

" kau ternyata makin menggila. Jika terjadi sesuatu, kami tidak akan bertanggung jawab, kau tahu itu kan?" Tanya sunny yang ikut bergabung menghampiri kedua wanita tersebut.

"well, ini menyenangkan bunny, hidup hanya sekali dan kau harus menikmati hidupmu itu dengan caramu sendiri." Ucap tiffany yang mulai mabuk dengan gelas kosong di tangannya. " aku akan turun lagi. Jika kalian ingin pulang, jangan lupa siapakan taksi untukku" ucapnya lagi sebelum turun ke lantai dansa dan meliuk-liukkan tubuhnya dengan sexy.

Tidak terlalu lama untuk tiffany mendapatkan lelaki yang diinginkannya untuk malam ini, lelaki yang ditatap olehnya segera menghampirinya dan menari mengikuti keinginan tubuhnya. Tentu saja itu membuat lelaki itu semakin bergairah untuk memakan mangsanya. Tangan nakal mulai menyentuh pungguh tiffany yang terbuka. Tiffany yang sudah diluar kesadaran hanya mengikuti ajakan lelaki itu dan mulai meliukkan tubuhnya itu dengan tangan mengalung di leher lelaki tersebut. Sepert mendapat lampu hijau dari sang wanita, lelaki itu mulai menjelajah dengan tangannya dan tiffany membiarkan itu.

Tiffany diam saja saat lengan kekar itu menarik tubuhnya ke sebuah ruangan. Tiffany yang sudah mabuk berat hanya mengikuti arah dari lelaki yang membawanya. Lelaki itu mengunci kamar yang dipesannya dan memulai aksinya dengan tiffany. Suara dentuman yang memekakkan telinga menutupi lenguhan dan desahan di balik pintu beberapa kamar yang terdapat di club itu. Dan salah satunya ialah tempat tiffany bermain cinta dengan seseorang yang tak dikenalnya.

****

" kau belum tidur?" ucap seseorang di balik pintu.

"belum. Banyak tugas yang harus ku kerjakan." Ucap seseorang di balik laptopnya.

" tugas? Tugas apa?"

"aku kemarin menyerahkan proposal tesis ku dan tadi sudah deal untuk ke bagian selanjutnya, kurasa aku akan sibuk untuk hari-hari selanjutnya" jawab seseorang yang berada di balik layar laptop.

Sedangkan yang berada di dekat pintu hanya membentuk mulutnya menjadi huruf "O".  "kau akan sangat sibuk untuk selanjutnya, apa ada yang bisa hyung banting?" Tanya nya dengan sedikit bercanda.

Sukses. Candaan tadi membuat seorang itu mengangkat kepalanya disertai dengan tatapan tajamnya " hyung. Ini sudah malam, dan jangan bercanda. Lebih baik kau buatkan kopi untukku malam ini" ucapnya dan sedetik kemudian matanya tertuju lagi kearah layar laptop, tempat semua kata-kata yang dia susun untuk kelanjutan pendidikannya.

"arasseo...arasseo. Hyung yang baik ini akan membuat kopi untuk adiknya yang rajin mengerjakan tugasnya" ucap hyung itu yang kemudian pergi membuat pesanan sang adik.

"ini coffee expresso ala hyung yang keren ini untuk adiknya yang paling ganteng" ucap hyung itu setelah membuat dan mengantar minuman pesanan sang adik.

"thanks hyung. Apa tae hyung sudah pulang? Apa dia ke club lagi?" Tanya sang adik menanyakan teman hyung nya itu.

"kurasa iya, biarkan saja. lebih baik kau focus ke tesis mu dan dapatkan gelar yang kau inginkan. Hyung akan ke kamar. Ngantuk, mau tidur" ucap hyung yang sudah berjalan kea rah pintu.

"yul hyung, thanks atas coffeenya." Ucapnya yang mendapat senyuman sebagai balasannya. " cah...sampai mana tadi? Ah....tinggal menghitung angket untuk statistic nya. Ok...kwon yoonan, fighting." Ucapnya memberi semangat kepada dirinya sendiri.

****

Ruangan itu terasa sepi sejak satu jam yang lalu. Semua lampu sudah dimatikan kecuali lampu belajar yang terdapat di atas meja belajar di kamar itu. Lelaki yang duduk di belakang meja belajar itu sebenarnya tidak benar-benar membutuhkan penerangan karena sepertinya ia sedang tidak bekerja atau melakukan sesuatu.

Kwon seulgi duduk sambil menatap selembar foto di tangannya. Keningnya berkerut dan matanya terpejam jika ia mengingat catatan yang ditinggalkan oleh seorang yang sudah menjadi panutan dirinya selama hidupnya. Ia berpikir kenapa harus dia? Orang yang menjadi dambaanya yang tersangkut paut dengan orang yang menjadi panutannya? Kenapa dia?!

Ia memutar kursi menghadap jendela besar dan memandang kebawah, memerhatikan mobil-mobil yang berlalu-lalang di jalan raya kota seoul dengan tatpan menerawang. Langit sudah gelap. Ia melirik jam tangan dan mendesah. Jam tujuh lewat dan sekali sentakan ia memutar kembali kursinya menghadap meja belajarnya.

"bagaiman ini bisa terjadi?" gumam seulgi sambil menutup matanya dengan kedua tangannya di meja.

"ada masalah?"

Seulgi mengangkat wajahnya dan menoleh. Park soo young atau yang biasa di panggil joy baru masuk ke kamar dan tersenyum kepadanya. Joy manis dengan rambut hitam legam se-dada, bermata hitam, dan berhidung mancung itu berusia 21 tahun , beberapa tahun lebih muda dari padanya.

" baru pulang kuliah?" Tanya seulgi sambil melipat tangan kirinya di atas meja dan tangan kanannya digunakan untuk menopang dagu.

joy mengangguk dan berjalan ke tempat tidur seulgi yang persis di depan meja belajarnya.            "oppa, apa kau ada masalah? Apa tidak ada deadline untuk sekarang? Apa sudah siap mengetiknya?" Tanya joy dengan kepala yang dimiringkan, menambah kesan imut kepada wanita itu.

Seulgi mendesah. " memang" jawabnya lemas. Ia menunduk dan menyandarkan keningnya di meja, lalu mendesah kasar dengan keras.

Mereka berdua jelas bukanlah saudara kandung, namun seseorang yang menjadi panutan seulgi yang menjadikan mereka seperti saudara pada umumnya. Bedanya jika seulgi dirawat langsung oleh orang tersebut, tapi tidak dengan joy. Dia hanya sebentar dirawat olehnya sebelum kepergiannya untuk selamanya.

"oppa? Kenapa lesu begitu?" Tanya joy sambil mengetuk meja dengan bolpoin. " bukankah biasanya oppa paling suka kalau lagi menulis?"

Seulgi mengangkat kepala dan tersenyum muram. Menulis adalah hal yang paling disukainya, dengan menulis dia bisa menggambarkan perasaannya saat ini, lewat tulisan itu dia tahu apa yang sedang dirasakannya. Tapi hari ini jadi pengecualian. Ia sedang tidak bersemangat, apalagi jika mengingat tulisan sang panutan tadi siang, ah....itu membuat mood nya turun drsatis.

"oh...aku mengerti." Kata joy tiba-tiba dan tersenyum " belum ada inspirasi rupanya"

Seulgi hanya meng-iya kan jawaban joy yang sebenarnya salah. Namun di berpikir, bahwa joy tidak harus tahu masalah yang menimpa dirinya. Itu akan membuatnya sedih.

"ayo, berdiri. Kita akan jalan-jalan malam ini" katanya. " duduk di belakang meja seperti ini tidak akan menghasilkan ide apapun"

Seulgi menatap bingung kearah adiknya tersebut. Dan akhirnya menganggukkan kepalanya dengan lambat. " toh dia butuh refreshing" batinnya. 

about you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang