BAB EMPAT

765 74 9
                                    

Lima belas menit berlalu, suasana di café itu cukup ramai, penuh dengan pekerja kantoran yang menyantap makan siang mereka ataupun anak sekolah yang sekedar "nongkrong" membicarakan yang pasti sekitaran tentang gosip atau apapun itu kecuali pembelajaran.

Namun, berbeda dengan suasana di ruangan VIP itu terasa hampa, kosong, dan ketegangan terasa mengelilingi rungan itu. Sekitar ada 5 orang termasuk yuri di daftar itu.

" jadi," kata yuri dengan tangan yang memegang pegangan cangkir coffee yang dipesannya tadi, dia menyeruputnya sebentar dan lalu melanjutkan, " ini hanya permainan mu bukan? Aku hanya berharap tidak akan ada yang terluka disini. Aku akan membicarakan kepada kekasihnya nanti. Ingat tiffany-si, hanya sampai ingatannya kembali dan kau akan mengehentikan semua ini. Aku tidak peduli jika saat itu kau sudah atau belum menemukan suami yang cocok untuk dirimu."

Tiffany tidak segera menjawab. Ia menahan rasa malu dan berusaha untuk tidak menampakkannya. Ia membutuhkan orang yang bernama kwon yoona itu. Hanya sekedar untuk mengalihkan daddy nya yang terus bertanya siapa ayah dari calon bayi ini.

" aku akan menepati janji itu, semua itu sudah ku atur, bahkan surat pernikahan palsu itu juga ditandatangani oleh ku, hanya tanda tangan kwon yoona-si dan walinya saja." ucap tiffany..

Yuri hanya menganggukkan kepalanya perlahan, dia melirik temannya, choi sooyoung. " ku harap kau tak membuatku kecewa soo. Ku harap kau bisa menjaga yoona selama dia tidak berada di jangkauanku."

" aku janji, tenang saja. tinggal kita membicarakan kepada orang tua tiffany, dan maaf kalau kami akan memakai nama yoona yang telah menodai tiffany. Kuharap kau paham situasinya."

" adikku yang malang." Ucap yuri dengan senyum miringnya. "Hubungi aku jika kalian sudah membicarakan ini kepada orang tuanya. Aku pamit duluan" ucap yuri yang bangkit untuk keluar dari ruang VIP itu. Ini hanya permainan. Tidak ada yang mengharapkan ada yang terluka di permainan ini.

" kuharap benar-benar tidak ada yang terluka untuk kedepannya" batinnya yuri yang menatap pintu ruangan VIP tadi.

Ditangannya terdapat biodata tiffany yang akan diserahkan ke adiknya nanti. Bagaimana nasib buruk terus menimpa adiknya. Apa salah adiknya terdahulu. Bagaimanapun dia sudah menyetujui permintaan temannya itu. Kini tinggal adiknya yang akan memerankan peran penting, seorang suami yang tidak akan lama lagi akan menjadi seorang ayah..

****

" jadi? Kau sudah mengetahui siapa orang itu?" ucap daddy setelah aku menutup pintu utama.

Mereka sedang menonton TV bersama. Mereka berubah, mereka lebih sering dirumah dan lebih ketat menjagaku, tadi siang saja, harus choi sooyoung dulu yang menjemputku, membantu aku di ijinkan keluar rumah dengan alasan sudah mengetahui keberadaan ayah dari calon bayi.

" aku sudah mengetahuinya. Namun..."

"namun..? apa..?" Tanya daddy seperti polisi yang menginterogasi pelaku pembunuhan..

" dia mengalami kecelakaan dan juga amnesia sementara terjadi kepadanya. Dia tidak mengingatku.."

" dimana rumah sakitnya? Kita datangi dia besok. Aku akan meinta pertanggung jawaban perilakunya terhadap anakku" ucap daddy berang "sekarang pergi masuk kamar. Dan bawa kami ke rumah sakit tempat dia dirawat. Besok!"

Tidak ada daddy yang ku kenal dulu dengan kasih sayangnya. Sekarang dia hanya menganggapku sampah dalam keluarga. Namun Ada rasa penasaran dengan apa yang terjadi besok. "bagaimanapun kwon yoona-si, mian. Aku akan memperlakukanmu dengan baik selama kau menjadi suami palsu ku nanti." Batinnya.

****

Pagi ini kami dalam perjalanan ke rumah sakit tempat yoona di rawat, aku tidak tahu harus bagaimana aku bersikap nanti, aku merasa tertekan mengingat aku akan mengunjunginya. Sebenarnya ini bukanlah hal yang buruk, setelah aku meminta kepadanya untuk menjadi calon suami walau tak secara langsung di perbincangkan dengannya.

"kamar VIP nomor 01 lantai 2, letaknya dekat dengan lift" ucap suster yang berjaga di resepsionis ketika aku bertanya letak kamar kwon yoona-si.

Ketika sampai di depan pintu kamar yang kami tuju, daddy langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kamar rawat yoona-si, pertama mataku melihat yuri yang duduk di sofa yang terdapat didalam kamar tersebut. Kemudian aku mengalihkan pandangan mataku melihat seseorang yang terbaring tak bergerak di ranjang, lalu berbagai selang dan kabel yang menghubungkan tubuhnya kesemua mesin dan peralatan yang ada disekitar ranjang. aku melihat mesin-mesin itu. Aku tidak memahami sebagian besar mesin itu, hanya saja mataku terpaku terhadap pada mesin yang menampilkan garis yang tak beraturan.

" malam tadi, dia mengalami drop. Karena mencoba mengingat seorang yang bernama tiffany hwang." Ucap yuri ketika daddy menghampiri yoona. " dia merasa bersalah bahwa ternyata dirinya telah menodai anak anda. Maka dari itu dia mencoba mengingat seorang yang bernama tiffany hwang, dan menyebabkan dirinya pingsan dan sepertinya anda lihat, dia belum sadar sampai sekarang."

Daddy diam, ingin mengatakan semua yang ada dibenaknya, namun langit berkehendak lain. Anak ini akan menjadi menantunya. Bagaimanapun dia juga mengalami hal yang menyakitkan seperti ini. Lumpuh dan amnesia, sekarang bahkan tidak berdaya karna mencoba mengingat putrinya, lelaki yang malang.

" setelah dia sadar, tolong kabari aku.."

Lalu daddy terdiam mendengar bunyi panjang dan datar yang membuatnya menghentikan ucapannya. Ia menatap seorang yang terbaring itu dan matanya menatap monitor penunjuk detak jantung. Aku juga melihatnya, hanya ada garis lurus yang terlihat disana, dan bunyi panjang dan monoton itu...

Ini seperti dalam gerakan lambat, aku melihat wajah laki-laki itu yang masih tenang seperti sebelumnya. Sebelum tiffany sempat berfikir, pintu kamar terbuka dan orang-orang berpakaian putih menerobos masuk. Ia tidak menyadari dirinya ditarik menjauh dari ranjang tempat laki-laki itu berbaring. Sosoknya telah ditelan menghilang dalam kerumunan orang berbaju putih.

Dan kita masih bisa bersyukur, kenyataannya usaha dokter dan perawat yang mengelilingi ranjang laki-laki itu dapat membuahkan hasil. Mereka perlahan mendekati yuri " untuk saat ini dia sudah melewati masa kritis, jika langit mengijinkan dia akan sadar sebentar..."

"hyung."

"yoona? Yoona? Kau mengenaliku?" ucap yuri yang dengan nada khawatirnya..

"ini menyakitkan. Kaki ku dan juga kepalaku. Ini menyakitkan" ucap yoona lemah.

"gwenchana....gwenchana....ini akan segera berakhir kau akan sembuh dan pulang kerumah" ucap yuri dengan linangan dimatanya.

"dan tiffany, bagaimana dengannya? Aku memang.."

"pikirkan itu nanti"

"anda siapa? Anda mengenalku?" Tanya yoona yang bingung melihat pria paruh baya mendekatinya.

"aku daddy dari tiffany, ayah yang putrinya kau nodai" ucap daddy pelan. " dan kuharap setelah ini, kau bisa menjaga putriku dengan baik, jangan sampai aku melihat dia terluka lagi." Ucap daddy lagi yang kini tangannya menggenggam tangan yoona.

about you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang