Kwon yoona duduk tertegun menatap sarapan yang sedang disiapkan tiffany untuknya. Hari ini tiffany sengaja menjenguk kwon yoona untuk mengakrabkan dirinya kepada laki-laki itu.
"terima kasih. Kau tidak harus membawakan makanan untukku." Ucap yoona tulus. Dan mulai mengambil makanan untuk dimasukkan kedalam mulutnya.
Tiffany hanya memandangi yoona yang sedang lahap memakan makanan pemberiannya. Dia hanya ingin melihat wajah laki-laki itu. Tidak lebih. Dan wajahnya cukup tampan. Itu point plus nya.
"jangan memandangiku terus. Kau bisa jatuh cinta kepadaku" ucap yoona ditengah-tengah kegiatan makannya. " aku sudah selesai, terima kasih atas makanannya. Ini sangat enak" ucapnya dengan senyum lebar.
Tiffany tersenyum kecil mendengar pujian untuk makanannya. Ia mengambil tempat untuk makanan yang dimakan yoona tadi dan menyimpannya kembali. Lalu duduk kembali disamping yoona.
"aku minta maaf. Mungkin karena bejat nya prilaku diriku membuat dirimu menderita selama ini." Ucap yoona tiba-tiba. "dan juga aku akan bertanggung jawab dengan bayi itu. Meski aku harus menahan sakit untuk terapi, namun aku akan berusaha untuk bisa berjalan di altar, dan tidak membuatmu malu..ah..saat ini saja aku sudah membuatmu malu dengan kehamilanmu itu."
Sama sekali tidak tersinggung karena tiffany tidak menjawab, yoona mendesah dan berkata, "seandainya saja kecelakaan ini tidak tejadi. Seandainya aku tidak mengalami amnesia. Seandainya saja aku saat ini bisa berjalan. Maka aku bisa mengingatmu dan tidak melakukan kebejatan itu. Sungguh seandainya aku tidak mengalami semua ini, aku pasti akan..."
Tiba-tiba yoona menghentikan aliran kata-katanya dan tertegun. Tiffany menggenggam tangannya dan menatap dirinya dengan air mata yang jatuh, "hentikan, jangan seolah-olah kau saja yang menderita" aktingmu sangat bagus fany-ah.
yoona mengerjap satu kali, lalu menoleh kearah tangan yang kini terjalin dan tersenyum lebar "karena itu, kuharap kau bisa menerima semua penderitaan ku ini, walaupun aku yang pertama membuatmu menderita dan..."
Sebelum yoona sempat berkata lagi, yoona terkejut dengan tindakan tiffany selanjutnya. Benda kenyal namun tipis itu sanggup menghentikan kata-kata yang akan keluar dari mulut yoona, dan sangat memabukkan bagi yoona. Sangat-sangat bagus fany-ah, acting yang bagus.
****
"kita pulang saja?"
Wanita itu tersentak dan mengalihkan pandangannya dari pemandangan yang membuatnya sakit. Lelaki yang dicintainya kini yang sedang ditipu habis-habisan oleh seorang wanita hamil dan kembali menatap lelaki disampingnya. "ku kira aku bisa menemuinya hari ini, namun tidak"
"aku sudah mengatakan bahwa dia akan datang hari ini. Saat ini aku tidak bisa menghentikannya. Janji itu sudah kutanda tangani. Kontrak sudah berjalan sampai dia mengingat kembali."
"aku mengetahuinya, namun aku masih tidak merelakannya jika dia menyentuh yoona" ucap wanita itu dengan nada kebencian.
"seohyun-ah, lebih baik kita pulang sekarang. Kita akan menemui yoona besok siang. Dia tidak datang untuk besok siang"
" baiklah. Kajja yuri oppa, kita pulang sekarang"
****
Yoona sebenarnya tidak ingin mengingat kejadian tadi siang bagaimana ketika perasaannya ketika tiffany menciumnya dengan lembut. Rasa panas yang menjalari tubuhnya saat itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan udara dingin didalam ruangan itu. Menyenangkan, menggairahkan, dan rasa manis bibir itu bercampur baur dalam pikirannya. Dan tiffany langsung pamit pulang setelah mengambil ciuman yoona, dengan pipi merahnya dia pergi dan membuat yoona tersenyum sendiri di dalam kamarnya.
" kau terlihat senang malam ini" ucap yuri yang datang malam itu. "apa kau mengalami sesuatu yang menyenangkan?" Tanya nya lagi.
"tidak ada" ucap yoona ringan. "aku sudah bosan hyung. Aku ingin pulang." Ucap yoona yang merengek kepada yuri. "aku sudah merasa sehat" gerutu yoona sambil melihat yuri yang memilah-milah obat yang akan diminumnya mala mini.
Yuri menyiangkan tangannya didepan dada,"hyung tidak mau berdebat denganmu soal itu lagi." Katanya tegas " tidak ada pulang sebelum kau berjalan tanpa terjatuh lagi."
Yoona menelan obatnya satu persatu, lalu melotot kepada yuri yang membalasnya dengan senyum lebar. Kalau adiknya itu sudah bisa marah seperti ini berarti ia sudah merasa cukup sehat, namun kakinya harus menerima terapi untuk kekuatan kakinya.
" hyung sudah mengurus pernikahanmu dengan tiffany. Tidak ada yang perlu kau urus. Urusan fitting baju sudah dikur dengan jas barumu yang ada dirumah, tempat dan undangan sudah selesai disewa dan disebarkan, kau hanya perlu menjalaninya. Itu saja"
"apa? Setidaknya hyung mengatakan kepadaku."
Yuri mengangkat bahu. "aku sudah mengatakannya tadi. Percayalah, tapi kau harus menjalaninya dengan baik saat hari itu tiba." Katanya.
Yoona menunduk dan mengusap wajahnya dengan kasar. "saat perencanaan hyung. Setidaknya aku harus ikut ambil bagian dalam perencanaan pernikahanku." Gumamnya kesal.
"berjalan saja belum benar, bagaimana kau bisa mengurus yang lain jika berjalan saja kau belum bisa." Ucap yuri " kehamilan tiffany sudah memasuki umur 1 bulan, dan perutnya semakin membesar, dan pernikahan kalian harus dipercepat."
Yoona baru menyadari itu. Benar, perut tiffany akan semakin membesar. Setidaknya dia harus berjuang untuk bisa berdiri dialtar tanpa dibantu dengan tongkat.
" berapa lama lagi aku harus mengikuti terappi itu hyung? Dan kapan pernikahanku dilaksanakan?"
"yuri menatap yoona, lalu tersenyum kecil dan berkata, "dua minggu lagi, dan pernikahanmu akhir bulan ini. Hanya berjarak dua minggu setelah kau menyiapkan masa terapimu."
Yoona mengangkat wajahnya dan menatap yuri dngan alis terangkat, lalu menunduk lagi menatap kaki yang sudah tidak tertutupi lagi dengan gips yang dulu melekat di kakinya. Kemudian ia kembali menatap yuri sambil menggeluarkan senyum lebar "baiklah. Aku akan berusaha untuk itu. Aku sudah bisa berjalan walaupun masih terasa sakit" katanya sambil menatap kembali kakinya dan membaringkan tubuhnya untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
about you [✔]
Fanfictionsemua penuh kepalsuan. cinta? lupakan itu. berapa yang kau mau? berapa yang harus kusiapkan untuk semuanya. karena ada saatnya kita akan saling melepaskan, karena ada saatnya janji tak ditepati, dan juga, ada saatnya perasaan itu membuatnya merasak...