BAB DUA PULUH DELAPAN

542 62 8
                                    

"Hyun, berhenti. Dengarkan dulu penjelasanku. Tolong." Ucapnya setelah berhasil menarik tangan kekasihnya yang berlari menuju pintu keluar rumahnya.

"apa lagi? Apa aku harus mendengar bahwa kau memeluknya seakan kau menemukan keluarga kecil mu kembali? Katakan yoona...katakan" ucapnya memukul dada yoona dengan sekuat tenaganya

"seharusnya kau tahu, hyun. Semalam aku menemukan kepastian dari pertanyaan yang selama ini selalu mengusikku" ucapnya menggenggam tangan seohyun. "mungkin aku memang laki-laki brengsek di matamu, dan maaf hyun, kita harus mengakhiri hubungan ini" ucapnya yoona tertunduk.

"yoona" ucap seohyun dengan tatapan tak percaya "aku tau. Cepat atau lama kau akan mengatakan itu. Maka jauh sebelumnya aku sudah menyiapkan hatiku untuk mendengarnya. Tapi...tapi kenapa masih terasa menyakitkan? Hmmm...jawab yoona...jawab" ucap seohyun tertunduk menahan air matanya.

"maaf" ucap yoona lirih

"bahagiakan mereka, jangan buat membuat mereka kehilangan kepala keluarga yoona." Ucap seohyun sambil mengelus pipi kekasih nya terakhir kali.

"seohyun-ah" lirih yoona

"aku pamit, yoona. Terima kasih untuk segalanya." Ucap seohyun yang berbalik dengan menguatkan hati, dia meninggalkan yoona, namun cintanya selalu berdetak bersama detak jantungnya, kemanapun kaki cantik itu melangkah.

****

"kau memutuskan seohyun" ucap yuri yang menelpon yoona saat kabar itu masuk ketelinganya.

"bagaiamana bisa aku menahannya saat aku yakin bahwa tiffany adalah satu-satunya bagiku" ucap yoona di balik seberang telpon.

"tapi terlalu cepat yoona, dan kenapa melepas satu jika kau sanggup untuk mendua" ucap yuri santai dan tertawa kecil membayangkan adiknya yang naif itu mendua. Ckck

"HYUNG!!!!" bentak yoona tertahan

"oke oke...sekarang kau dimana?" tanya yuri

"bersiap ke rumah tiffany, irene menelfonku, dan ingin bertemu denganku." Ucap yoona

"baiklah..jangan lupa, kapan rencana pernikahan kalian akan dimulai." Perintah yuri

"baiklah...aku akan membicarakannya. Aku tutup ya" ucap yoona

"baiklah, hati hati" ucap yuri sebelum memutus sambungan telepon.

Aku sampai di depan rumah bewarna putih berpagar abu-abu, rumah lama tiffany, rumah tempat aku membangun kenangan kenangan bersama anak-anak dan juga tiffany, dua tahun lalu. Iya..dua tahun lalu. Naif memang mengingat bahwa wanita yang kini berdiri dihadapanku adalah yang menipuku, namun, aku mengingat detak jantungku yang memompa cepat kala aku melihat fotonya saat aku mencari tahu apa yang terjadi dua tahun yang lalu. Seperti pertama kali bertemu dengannya, aku jatuh berkali-kali untuknya seperti saat ini.

Kami sama-sama membeku, bukan karna udara yang dingin. Melainkan rindu yang tiba tiba membuncah dan merambat secara cepat sehingga membuat degupan jantung memompa dengan cepat.

"hai" suara ku tertahan, parau. Seperti orang sakit saja.

Dia hanya tersenyum, mungkin lucu mendengar suaraku yang seperti orang sakit. Kemudian dia hanya menatapku.

Apa ini? Aku tidak boleh masuk? Berbulan bulan mencarinya hanya ini yang kudapat? Apa dia tidak tau kalau selama ini setengah mati menahan sesak karena rindu yang aku pun tak mengerti mengapa menekan sehingga terasa sesak.

"sampai kapan kamu akan berdiri disitu?" tanya tiffany membuka suara.

Masih terasa gugup sehingga tak mampu melangkah, aku dikejutkan dengan hangat tubuhnya yang memeluk tubuhku. Hangat tubuhnya yang melenyapkan suasana dingin yang melingkupiku, mencair berganti menjadi suasana cerah plus dengan senyuman manisnya ketika menatap ku. Tolong ini author bayanginnya astgkfhks, hiksss.....

"irene dan seulgi sedang bermain ditaman belakang bersama bibi" ucapnya sambil menarikku kedalam, masih sama didalam ingatanku dan tidak ada yang berubah, bahkan foto besar di tengah masih terletak disana, menampilkan senyum cerah diwajah kami.

"fany-ah"ucapku menahannya

"ya?" tanyanya mungkin heran dengan aku yang tiba tiba menhentikannya

Aku melangkahkan kakiku perlahan kearahnya. Sehingga membuat refleksi dari tubuh tiffany membuatnya memundurkan tubuhnya sedikit.

"bisa kita bermain dengan anak-anak nanti sore, saat ini, aku hanya ingin bersamamu" ucapku berbisik ditelinganya.

Akh...teriaknya tertahan ketika kugendong dia dan menaiki tangga menuju kamar kita berdua dulu.

"tapi yoona" ucapnya

"ssttt" ucapku mengisyaratkan untuknya berhenti bicara. Mengerti apa yang ku maksud tiffany hanya diam dan mulai menyamankan dirinya di gendonganku.

Sesampainya dikamar, aku meletakkannya di kasur dan aku juga ikut berbaring disisinya.

"ada apa?hmm?" tanyanya setelah dia menyamankan dirinya di pelukanku

"hanya merindukan saat saat seperti ini" ucapku menatap wajahnya, yang hanya dibalas senyuman olehnya. Aku menatapnya dan menemukan yang membuatku sedikit kecewa dengan diriku.

"mulai besok, kau harus perawatan dengan anak-anak. apalagi seulgi tahun depan sudah mulai sekolah, bagaimana bisa mengantarnya dengan wajah kusam seperti ini" ucapku sambil menegelus pipi tirusnya.

"apasih" ucapnya sambil berusaha membalikkan tubuhnya, menutupi wajahnya yang kataku kusam tadi.

"hey..tak apa walaupun begitu, kau masih terlihat cantik. Seperti biasa." Ucapku berbisik ditelinganya, kulihat kupingnya mulai memerah, mungkin dia malu.

"fan" panggilku dengan sedikit nada serius. Mendengar nadaku yang seperti itu membuatnya berbalik

" ada apa?" ucapnya yang mengelu pipiku dengan perlahan

"aku sudah memutuskan hubunganku dengan seohyun"laporku, kulihat wajahnya sedikit terkejut sebelum membuatnya seperti biasa lagi

"lalu? Kau menyakitinya?" tanya tiffany

"aku tidak bermaksud" ucapku lirih, kulihat dia bangun untuk duduk, akupun mengikutinya. Namun dia memelukku dan berkata "bagaiaman bisa kau menyakiti wanita sebaik dia? Hmm? Apa kau menyesalinya?" tanyanya dengan menangkup pipiku

Aku hanya menggeleng untuk jawabanku. "bagaimana bisa aku mencintai dua wanita sedangkan aku hanya memiliki satu hati" ucapku sambil memeluknya. "tenangkan hati ini fan, kuharap hanya aku yang bisa membuatmu betah untuk menaruh hatimu di hatiku" ucapku sebelum mencium keningnya.

"dan aku akan mengurus surat pernikahan kita" ucapku tiba-tiba yang membuatnya membulatkan matanya yang sipit itu, lucu sekali melihatnya.

about you [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang