Selamat membaca ❤
Jangan dibaca jika tidak suka.
Saya hanya menumpahkan imajinasi saya di tulisan ini.Relax and enjoy reading guys ❤❤
***
Selama tiga hari Nabila tidak pulang dan masuk sekolah. Ia menghabiskan waktunya untuk bekerja, jika Sinoy tidak menegur Nabila agar ia tidak selalu mengabaikan sekolahnya. Nabila tidak akan menginjak sekolahannya hari ini.
Nabila muak dengan semuanya. Muak karna selalu dipandang sebelah mata oleh semua orang. Lelah, kadang ia ingin menyudahi semuanya dan pergi sejauh entah kemana asal bisa melupakan semuanya yang menjadi beban selama ini.
Ia merasa tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Separuh jiwanya hilang dibawa oleh seorang yang sampai saat ini sedang berjuang antara hidup dan mati. Sinoy, hanya cowok itu yang Nabila punya saat ini. Sosok yang sepertinya disuruh oleh separuh jiwanya untuk menjaganya selama ia tidak bisa berada di sisi dirinya.
Nabila sudah berada di depan kelas yang dengan santai membuka pintu kelasnya itu. Guru perempuan yang sedang menulis soal untuk muridnya menoleh ke arah Nabila yang baru saja datang.
"Kamu? Nadila kan?" Tanya guru itu dengan tatapan bingung.
"Nabila," koreksi Nabila tanpa minat. Triana yang memang teman sekelas Nabila membulatkan matanya melihat Nabila yang baru saja masuk. Bagaimana tidak, ia telat satu jam dan dengan tampang tak berdosanya ia masuk kelas.
"Surat izin masuk dari guru piket mana?" Tanya guru itu yang Nabila tidak tahu siapa namanya. Tidak penting juga menurutnya mengenal guru itu.
"Ga ada,"
"Hah? Kenapa ga ada? Kamu sudah telat satu jam, bukan lima menit atau lima belas menit! Memang ini sekolah milik bapa kamu apa!," omel guru perempuan berkaca mata itu.
Emang juga.
"Harus banget ngomel-ngomel? Yaudah si tinggal kasih hukuman, repot banget jadi guru," ucapnya santai. Murid-murid terpaku dengan apa yang Nabila ucapkan. Sepertinya Nabila baru melihatkan sifat aslinya.
"Ngomong apa kamu?!" Bentaknya.
"Repot banget jadi guru,"
"Selesai semua yang ibu tulis di papan tulis, setengah jam harus udah selelai," ucapnya pasrah. Ia tidak ingin menghabiskan waktu mengajarnya hanya untuk mengomeli Nabila. Mungkin.
"Setengah jam?" gumamnya yang masih bisa guru itu dengar.
"Kenapa? kamu bisa ngerjain kurang dari setengah jam? Halah paling satu jam ga cukup," sahutnya meremehkan Nabila, membuat Nabila menaiki kedua alisnya.
Tanpa menyauti ucapan guru itu, Nabila mengambil spidol yang tergeletak di atas meja guru. Ia memandang papan tulis yang menampilkan soal kimia. Nabila dengan santainya mencoret papan tulis itu.
Lima belas menit Nabila selesai mengerjakan soal yang berada di papan tulis itu. Seisi kelas memandang takjub. Nabila yang jarang sekali masuk, dan jika masuk kerjaannya hanya tidur bisa mengerjakan soal di papan tulis dengan cepat?
Nabila melirik guru yang sedang mematung. Ia mengangkat sebelah alisnya.
"Udah kan? Saya mau duduk," ucap Nabila langsung berjalan menuju tempat duduknya.
"Tunggu!" Nabila menghentikan langkahnya dan menoleh. "Apaan lagi?"
"Siapa yang ngasih tau jawaban pada Nabila?" Tanya guru itu pada seisi kelas Nabila. Nabila hanya memandang aneh guru tersebut. Demi Kak Ros nikah sama Bang Salleh, guru ini menjengkelkan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Teen FictionKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...