"Lo ngapain si?!"
"Ngapain apanya? Lo ga denger kalo Pak Heri nyuruh duduk sesuai sama kelompok?"
"Lah? Emang gue sekelompok sama lo?"
"Nadila Aletta, mangkanya kalo punya uang tuh pake buat beli korek kuping. Jangan alat make up aja lo perbanyak, pak Heri tadi ngasih tugas kelompok. Berhubung dia ga bisa lama-lama karna ada rapat jadi make kelompok geografi." Nadila mendengarkan penjelasan Antares tanpa minat. Lagi juga dirinya sedang malas ngapa-ngapain hari ini, jadi jangan salahkan Nadila nanti jika tidak mau bantu ngerjain.
"Hai sayang!" teriak seorang cowok dari pintu kelas Nadila. Nadila sendiri yang mendengar suara yang familiar itu langsung menoleh. Ahh ternyata Arka si ketua basket yang sekarang menjadi pacarnya.
"Hai!" sahut Nadila yang langsung menghampiri Arka. Liza dan Nazwa melihat itu memutar bola matanya malas. Jujur saja sudah beberapa hari ini mereka jauh sekali dengan Nadila, ralat bukan jauh sekali lebih tepatnya dijauhi oleh gadis itu. Mungkin karna Nadila sudah memiliki teman-teman baru yang lebih dari mereka berdua.
Sedangkan Antares menatap kepergian Nadila datar, kenapa hatinya merasa kosong tanpa kejahilan gadis itu? Kenapa juga ia merasa kesal saat Nadila bersentuhan dengan cowok? Ngga mungkinkan jika dirinya jatuh cinta dengan gadis yang jauh dari tipenya? Gadis barbar seperti Nadila itu tidak pantas dapat cowok sekalem dirinya.
Di lain tempat, Nadila dengan ogah-ogahan membalas genggaman Arka. Sampai di depan kantin Strameis sudah berkumpul, Nadila melepas genggaman Arka dan langsung bergabung dengan geng barunya itu.
"Hai!" seru Nadila yang dibalas senyuman oleh anggota lain. Setelah merasa lengkap, Mereka semua memasuki kantin. Bukannya mencari tempat duduk, Selvi— si ketua geng itu menghampiri dua manusia berbeda kelamin yang sedang sibuk dengan makanannya.
"Hai Raka!" sapa Selvi centil sambil duduk di samping Raka. Nadila yang tahu dengan siapa Raka sedang makanpun membuang muka ke arah lain.
"Hmmm," Dehem Raka malas sambil melanjutkan makannya.
"Lo harus dateng, ini undangan sweetseventin dari bawan kita." Raka menatap undangan ulang tahun dengan alis terangkat sebelah. "Alasan gue harus dateng?"
"Kita akan bersenang-senang,"
Tanpa sadar Nabila memutar bola matanya malas, kenapa orang nyebelin seperti Raka banyak penggemarnya? Padahal muka tidak ganteng-ganteng amat, yaa ga bisa di pungkiri juga si kalau cowok itu memiliki senyum yang manis.
"Bill?" Nabila yang merasa namanya dipanggil menoleh ke asal suara. Ternyata Elang, oh yampun dia lupa tugasnya untuk mengajarkan Elang, tinggal dua hari lagi Elang olimpiadenya.
"Oh iyaa, sorry gue lupa. Sekarang?" tanya Nabila to the point.
"Gue kira lo ga mau ngajarin gue," sahut Elang.
"Ayo sekarang,"
Nabila dan Elang meninggalkan kantin, Nadila dan Raka melihatnya panas sendiri. Walau Nadila sudah memiliki cowok sekarang, tapi hatinya masih untuk Elang. Lagi juga kenapa harus Nabila yang mengajarkan Elang? Bukannya dia masih dibawahnya Elang? Ah tau lahh.
"Raka, jangan lupa datang yaa." Raka menoleh ke arah Selvi tanpa minat, lalu beranjak dari duduknya.
"Ga penting."
***
Malam harinya, Vigo dengan sabar menunggu Nabila yang sudah terlambat lima belas menit. Ponsel gadis itu tidak aktif, lalu siapa lagi yang harus ia hubungkan? Nabila orang yang sangat tertutup, pasti tidak akan ada yang tahu dimana gadis itu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Genç KurguKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...