Sebuah teriakan dari kamar sebelah membuat Nabila terusik dari tidurnya. Ia membuka matanya yang masih sangat berat itu, ia menyapu seluruh ruangan ini. Lalu menyergit.
Kok gue ada di kamar? Batinnya.
Nabila bangun dari tidurnya yang langsung memijit dahinya yang sangat pusing itu. Mungkin efek mabuk semalam. Ia tidak ingat apa-apa tentang kejadian tadi malam. Seingatnya Nabila sedang berada di club, tapi mengapa sekarang ia berada di kasur kesayangannya. Siapa yang membawanya kesini?
Suara seruan lagi membuat Nabila tersentak, membuyarkan lamunannya. Ia tidak menghiraukan teriakan itu, tangannya mengarahkan ke laci nakas samping tempat tidurnya. Lalu mengambil kotak rokok dan pemantik. Ia mengambil satu rokok dan menarunya di sela jari telunjuk dan jari tengah. Lalu mengarahkan rokok itu ke bibirnya dan langsung menyalakannya.
Memang ia sengaja menaru rokok di sana, hanya rokok lah yang menemaninya saat Nabila sedang di rumah sendirian. Bahkan Nadila-adiknya sampai tidak heran jika kamar kakaknya bau rokok. Iya, Nadila tahu jika Nabila merokok sudah berapa kali ia memperingatinya tapi tetap saja peringatannya kalah dengan keras kepalanya Nabila.
Nabila bangkit dari tempat tidurnya, lalu keluar kamar dengan rokok yang masih setia di sela jarinya. Ia berjalan ke arah kamar Nadila yang sekarang sedang sangat berisik hingga mengganggu tidur Nabila.
Tok. Tok
Nadila yang mendengar ketukan langsung berlari ke arah pintu. Saat ia membuka, matanya membulat sempurna lalu terbatuk-batuk. Sebuah asap rokok yang baru saja Nabila keluarkan mengenai wajahnya hingga kehisap membuat dadanya sesak.
"Bila?! Lo ngerokok lagi?!" bentak Nadila spontan. Lalu mengibaskan tangannya di depan wajah Nabila.
"Berisik! Ganggu tidur gue aja lo," ucap Nabila dingin tanpa menjawab pertanyaan Nadila.
"Tadi malem pulang dengan keadaan mabuk sekarang ngerokok! Lo itu ya Bil ga sayang apa sama tubuh lo?!"
"Ngoceh sekali lagi, congor lo gue kasih semen,"
Setelah mengucapkan itu ia pergi meninggalkan Nadila yang sedang menahan amarahnya. Lagi pula mau semarah apapun Nadila, Nabila tidak akan takut toh muka masih sangaran Nabila jika sedang marah.
Nabila mengambil minum di lemari esnya lalu menuangkannya ke gelas. Baru saja ingin meneguknya, sebuah suara dari Nadila membuatnya ia tidak jadi meneguk air putih itu.
"Kenapa ga jadi minum?" tanya Nadila heran.
"Denger suara lo aus gue ilang,"
"Kuping sama tenggorokan jauh banget ya Bil,"
"Yang bilang kuping sama tenggorokan nyatu siapa?"
"Terserah lo aj--"
Sebuah teriakan lagi membuat Nadila menoleh ke belakang dan menemukan Nazwa yang sedang tergopoh-gopoh memakai high heelsnya.
"Nadila gue udah siap ayo berang--"
"Dila! Nih tas lo sama jaket lepis lo keting--"
Liza dan Nazwa yang melihat Nabila sedang menatap mereka tajam pun langsung bungkam. Mereka berdua menelan salivahnya dengan susah payah. Nadila menggelengkan kepalanya yang memang sejak tadi Nazwa dan Liza sangat amat berisik dengan pakaian yang ia kenakan.
Hari minggu ini Nadila sengaja ingin quality time bersama dua sahabatnya- Liza, dan Nazwa. Maka dari itu ia sangat sibuk sejak tadi padahal hanya ke mall.
Nadila kembali menatap Nabila yang sedang meneguk air putihnya. Lalu beralih ke tangan Nabila yang sedang memegang rokok. Hembusan napas kasar membuat Nabila menatap Nadila heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Teen FictionKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...