Pagi ini Nadila, berangkat kesekolah dengan pakaian sangat rapih. Tidak hanya itu, Nadila tampak beda hari ini, gadis itu memakai perlengkapan sekolah bahkan ia pakai sepatu hitam hari ini. Entah dapat ultimatum dari siapa, hari ini gadis bernama Nadila Aletta tidak terlihat jika sebenarnya dia gadis bar bar.
Baru saja ia memasuki kelasnya, sebuah tarikan di tasnya membuat Nadila mundur beberapa langkah.
"Anak baru yaa?" ledek Antares membuat Nadila cemberut.
"Iss Ares apa si."
"Tumben lo rapih gini, make sepatu item lagi. Kesambet apaan lo?"
"Terserah gue mau rapih kek, mau engga kek. Bukan urusan lo!"
"Yaudah! Noh rambut rapihin juga, apa coba warna ijo. Macem tai kuda," Nadila melotot mendengar rambutnya di hina oleh Antares. Enak aja rambutnya yang badai ini di samain tai kuda.
"Sialan lo Ares jelek kaya bebek! Mulutnya rombeng!"
"Lo tuh jelek!"
"Dih orang kaya princess gini dikatain jelek,"
"MANA CESS?" Teriak Antares tepat di depan wajah Nadila.
"Sialan lo Madroni!"
"Maimunah dasar."
Setelah selesai berantem dengan Antares, Nadila duduk di bangkunya. Ia menoleh ke belakang di mana Antares duduk sambil membaca buku kimianya, musuh bebuyutannya itu jika sudah berhadapan dengan buku sudah lupa dengan sekitar. Seperti Nabila dulu, ahh kakaknya itu kemana dia sekarang? Sudah lima hari kakaknya menghilang tanpa kabar, bahkan orang-orang suruhan eyang tidak dapat menemukan Nabila.
Pelajaran pertama selesai, Nadila yang biasanya tidak pernah mendengarkan guru menerangkan hari ini gadis itu memperhatikan sampai selesai. Dirinya sendiri juga tidak tahu kenapa ia bisa melakakukan hal ini, yang Nadila tahu, ia sedang bahagia dan ingin melakukan hal baik hari ini. Bahagia karna apa? Nadila juga tidak tahu.
Malas menunggu guru pelajaran kedua datang, Nadila diam-diam pindah tempat duduk di samping Antares. Cowok itu tidak menyadari jika ia sudah berada di samping, terlalu fokus dengan soal yang seharusnya di kerjakan dirumah jadi seperti itu.
"Ares!!!" teriak Nadila mengejutkan Antares.
"Gila lo! Ga tau suara ancur banget apa? Make teriak-teriakan lagi." gerutu Antares.
"Iya maaf, udah lanjutin nanti liat yaa Ares."
"Mikirr, kasian tuh otak lo berdebu ga pernah dipake."
"Dihh, dipake sii. Buat mikirin Ares,"
"Dihh jayus lo!"
Malas mempedulikan Nadila yang mengganggunya, Antares melanjutkan mengerjakan soal yang seharus ia kerjakan dirumah itu. Hanya tinggal beberapa soal, tapi Antares ingin lama-lamain agar bayi plankton disebelah ini jenuh dan pindah tempat.
Lima menit sudah berlalu, Antares menoleh ke arah Nadila yang sedang memperhatikan Liza dan Nazwa yang sedang bercanda, diam-diam Nadila juga ikut tersenyum geli jika Liza dan Nazwa bertingkah konyol. Sampai beberapa detik kemudian Liza dan Nazwa beranjak dari bangkunya berjalan keluar, bertepatan Nadila menoleh ke arah Antares yang sedang memperhatikan dirinya.
"Dih Ares ngeliatin gue, naksir yaa?" ledek Nadila.
"Lo kenapa ga maen sama Liza sama Nazwa lagi? Kan lo udah keluar dari geng laknat itu," tanya Antares pada Nadila.
"Gue ga mau disangka, kalo lagi susah ke mereka Res. Biarin aja kaya gini gue bahagia kok,"
"Gue yang ga bahagia lo buntutin mulu. Capekkk gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Novela JuvenilKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...