"Ehh kebo!"
Suara ketus nan nyebelin milik Antares memasuki telinganya membuat Nadila dengan kesal membuka kedua matanya. Sebenarnya ia belum tidur sejak tadi malem, bukan hanya dirinya Antares, Arga, Raka, dan Meka juga tidak tidur hingga detik ini, maka dari itu setelah selesai menemani Arga Terapi jalan bersama Meka, Nadila langsung meninggalkan kamar Arga dan berniat tidur sebentar di sofa ruang tamu.
Pagi tadi jam setengah delapan, sebelum Arga melalukan Terapi. Raka meminta Antares untuk mengantarkan cowok itu pulang dan sekalian Antares pulang. Tapi mengapa cowok nyebelin itu sudah ada dirumah tantenya lagi siang ini?
"Apaan si lo! Dateng dateng bukannya ngucapin salam."
"Kalo ada orang baru gue ngucapin salam, lah ini? Orang kagak ada, bayi plankton yang ada."
Tanpa menghiraukan Antares yang mengejeknya, Nadila bangun dari sofa ruang tamu. Mengubah posisi tidur menjadi duduk. Gadis itu menatap Antares lalu menatap sofa, mengisyaratkan untuk duduk disebelahnya.
"Kenapa lo? Lemes banget, terus kenapa ada disini bukan nemenin Arga? Meka juga mana?" tanya Antares saat sudah duduk disebelah Nadila.
"Meka yang nemenin Arga, gue ngantuk tapi ga bisa tidur gara-gara laper. Tante Rika ga masak, tadi dia buru-buru ada seminar yang harus dia hadirin. Yaampun cacing diperut udah berubah jadi naga nih," eluh Nabila dengan nada yang menggemaskan. Antares tanpa sadar tersenyum gemas atas nada bicara Nadila.
"Nih gue bawa nasi padang, tadi Meka minta tolong gue buat beliin lo makan disuruh sama Tante lo."
"Beli berapa? Meka juga belom makan tau,"
"gue beli tiga,"
"tiga? Lo juga belom makan?"
"Gue udah, siapa tau Arga mau?"
"Ih Arga ga doyan makanan yang bersanten tau."
"Yaa mana gue tau, Mumun!" kesal Arga sambil menoyor kepala Nadila.
"Ih ga usah noyor! Pala gue dikambingin."
"ngomul! Makan dah mending biar diem. Nih gue ada coklat, puding, sama marshmallow. Makan dah makan," suruh Antares pada Nadila yang sudah tidak tahan dengan cerewetbya gadis itu.
"WAH!!! DILA SUKAAA MARSH---" tiga marshmallow tiba-tiba masuk kedalam mulut Nadila dengan paksa oleh Antares. Jika menculik orang dibolehkan di negara ini, Antares bakal menculik Nadila dan membuang gadis itu di tengah hutan. Tempat yang cocok buat orang yang suka teriak-teriak bukankah dihutan?
"Ada apaan si? Ribut mulu lo berdua." ucap Meka yang baru saja keluar dari kamar Arga dengan membawa anduk basah di tangannya.
"Siapa yang ribut? Sini Ka, ada nasi padang nih. Biasa babu bawain,"
"Gua botakin pala lo bener-bener Dil,"
"Nihh botakin nihhh, gc botakin!" tantang Nadila dengan wajah songong andalannya. Meka sendiri masih berdiri di dekat sofa sambil memperhatikan dua manusia yang hari-harinya ribut mulu itu.
"Jangan deh, nnti malah kaya orang penyakitan kasian."
"SIALAN LO ARES!"
"berisik Dil, ga laper lo?" sela Meka yang tak tahan mendengar teriakan Nadila. Sepertinya dirinya tidak separah Nadila kalau teriak.
"Laper lah, ayok makan." Bukannya ikut Nadila makan, Meka malah membalikkan badan dan berjalan menuju kamar mandi.
"Gue mandi dulu, duluan aja makannya."
"Arga lagi ngapain Ka?" tanya Nadila agak mengeraskan suaranya karna Meka sudah di dalam kamar mandi.
"Tidur dia, capek abis Terapi katanya." sahut Meka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Ficção AdolescenteKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...