T3-19. bujukan.

11.1K 555 21
                                    

Pagi hari ini, seorang gadis sedang berlari ceria menyusuri koridor sekolahnya. Walau ia tahu ini sudah masuk pelajaran pertama, tapi tidak ada guratan cemas diwajah cantiknya itu.

Perlahan tapi pasti, Nadila membuka pintu kelasnya yang sudah ada guru yang mengabsen. Dan bertepatan namanya yang di panggil.

"Nadila Aletta,"

"Saya Bu!!!!!!!" seru Nadila langsung menghampiri guru tersebut dan menyaliminya.

"Selamat pagi ibu yang cantik tapi masih di bawah kecantikan saya,"

"Telat lagi Nadila?"

"Tidakk dong bu, ini namanya tepat waktu bu! Kalo telat itu berapa 5 menit dari ibu absen ga datang, itu baru telat,"

"Ngeles aja kamu kaya bajai, pipi kamu kenapa tuh merah? Teruss itu bulu mata lentik banget, itu juga ada apa tuh garis-garis di atas bulu mata kamu?" tanya guru tersebut membuat Nadila memutar bola matanya malas.

"Satu-satu apa bu kalo nanya, saya tetep stay di samping ibu kok. Jadi jangan takut kehilangan saya gitu," sahut Nadila membuat seisi kelas tertawa. Liza dan Nazwa yang menyaksikannya tertawa sambil geleng-geleng kepala.

"Baper lo!!!" teriak Liza.

"Keseringan ditinggalin tuhhh," ejek Nazwa yang disahuti sorakan dari teman-temannya.

"Diam kalian semua! Nadila kamu jawab pertanyaan ibu,"

"Iya iya bawel, pipi saya merah tadi abis di gampar sama mama saya bu, dan bulu mata saya lentik emang dari lahir, dan garis? Garis apaan bu di atas bulu mata saya?" jawab Nadila asal dan bertanya balik pada guru geografi itu.

"Apus deh make-up kamu itu, dan duduk sekarang. Malas ibu debat sama kamu lama-lama," Nadila cekikikan sendiri dan langsung duduk di bangkunya.

Baru saja bernapas lega karna tidak dapat hukuman dari guru piket, ada sebuah botol yang menimpuknya hingga terkena kepalanya.

"Adohh!" teriak Nadila reflek membuat guru geografi yang sedang memanggil anak untuk presentasi pun menoleh kesal.

"Kenapa lagi si Nadila?"

"Ada yang nimpuk bu, pala saya yang aduhay ini kan sakit jadinya." rengek Nadila. Guru itu tak menghiraukan dan langsung memanggil kelompok untuk presentasi.

"Antares kelompok kamu," Nadila menelan salivahnya susah. Kelompok Antares berarti kelompok dia juga? Dan dia belum membaca ulang materi yang di beri guru itu.

"Bu! Kelompok Antares terakhir aja bu, Antares katanya kebelet buang air besar," Sela Nadila yang melihat Antares ingin berdiri.

"Dih?! Eh buntut kadal! Kalo ngomong enak banget, gue ud--"

"udah sampe ujung? Yaudah gc sana deh, oh iyaa yukk gue anterin." Tanpa aba-aba Nadila sudah menarik tangan Antares menuju luar kelas. Guru itu pun hanya menatap heran, yang sebenarnya kebelet itu Nadila atau Antares si? Kenapa yang keluar keringat dingin Nadila?

Di sisi lain Nadila menggandeng Antares menuju perpustakaan. Dalam hati ia meruntuki dirinya sendiri, kenapa juga harus lupa membaca ulang materi tersebut, kan kalau nanti di tanya Nadila tidak tahu. Mau di taro dimana muka cantik Nadila ini?

"Lepas," ucap Antares dingin dan penuh tekanan. Tapi Nadila tidak menghiraukan perintah tersebut. Nadila tetap menggandeng tangan Antares.

"GUE BILANG LEPAS!" bentak Antares serta menepis kasar tangan Nadila hingga gadis itu tersungkur di lantai sekolahnya.

"Sejak awal gue males sekelompok sama lo! Nyusahin doang tau ga, otak isinya cuman tutorial make-up sama ngabisin uang orang tua kaya lo bisa apaan si?! Liat penampilan lo?! Lo lebih cocok di katain ondel-ondel! Norak!"

The twins troublemaker [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang