Di sebuah rumah sakit sekarang Nabila berada. Kini ia benar-benar di buat naik pitam oleh korban yang Sinoy tabrak tadi. Sudah dua jam ia beradu argumen yang tidak ada henti-hentinya. Sinoy pun sudah memijat pangkal hidungnya karna pusing mendengarkan keduanya yang tidak ada habisnya bertengkar.
"Dia yang nabrak ngapa jadi gue yang tanggung jawab?!" Kesal Nabila.
"Udah turutin aja apa Bil daripada kita di laporin polisi," kata Sinoy yang baru mulai membuka suara sejak melihat orang yang dia tabrak tadi.
"Laporin dah! Dari pada gue berurusan sama nih orang, mending gue di penjara,"
Masalahnya di sini adalah dengan siapa yang sekarang ia hadapi. Nabila tidak masalah jika orang yang ia tidak kenal, tapi ini? Raka, cowok yang harus ia singkirkan dalam hidupnya.
Sejak tadi Nabila tidak berhenti berdebat dengan Raka yang sedang terbaring lemah, dengan kaki dan tangan di pasang gips. Kaki kiri dan tangan kanannya patah, dan mengalami goresan di sekitar wajah dan di sekitar tubuh lainnya. Karena itu Raka harus di rawat agar mempercepat penyembuhan.
"Oh lo ga mau?" Tanya Raka pada Nabila.
"Mau lo apaan si?! Ogah, males banget gue, ngapa tadi lo ga langsung mati sekalian si biar ga ngerepotin orang," ketus Nabila langsung dapat toyoran oleh Sinoy. "Lo! Pedes banget kalo ngomong!"
"Yaudah gue yang bakal ngurus lo," lanjut Sinoy menatap Raka.
"Ogah," sahut Raka dengan wajah tengilnya.
"Apa-apaan lo! Kita udah tanggung jawab, motor lo udah di taro bengkel, biaya rumah sakit udah bang Sinoy yang nanggung, dan lo minta tanggung jawab lagi dengan jadiin gue babu lo gitu?!"
Sinoy mendengar omelan Nabila hanya pasrah, tatapannya beralih pada sosok yang sedang terbaring lemah itu. Sebenci itu ia pada dirinya?
"Emang kata lo dengan keadaan gue seperti ini, gue bisa beraktivitas seperti biasa? Mikir! tangan gue aja kaya gini kalo mau makan gimana? Kaki gue juga, kalo mau kencing gimana?" Nabila diam memikirkan ucapan Raka. Ada benarnya juga, tapi kan? Ah yasudah lah.
"Jangan diem aja lo! Mau ga?!" sentak Raka.
"Udah Bil gue mohon iyain," mohon Sinoy membuat Nabila menghela napas dalam dan menghembuskan dengan kasar.
"Iyaiya! Puas lo!" Raka menampilkan senyum kemenangannya. Kesal, itu yang Nabila rasakan. Bagaimana tidak seorang cowo yang seharusnya ia hindari, malah harus bersamanya selama penyembuhan tulang-tulangnya yang patah.
"Udah sana lo pulang aja, males banget gue liat muka lo, " usir Raka membuat Sinoy memencingkan matanya.
"sebenci itu lo sama gue?" Tanya Sinoy pada Raka.
"Harus gue jawab? Kalo lo udah tau jawabannya?"
Nabila melihat keduanya secara bergantian. Ada apa sebenarnya? Sinoy mengenal Raka? Kenapa keduanya seperti menyimpan dendam tersendiri, terlihat dari tatapan keduanya.
"Yaudah gue balik," pamit Sinoy.
"Gue ikut, besok sekolah."
Langkah Nabila terhenti ketika seseorang masuk keruangan rawat inap Raka. Abay dengan wajah bodohnya menyodorkan paper bag ke arah Nabila.
"Baju sekolah dan buku pelajaran," ucapnya membuat Nabila menatapnya tajam.
"Siapa yang ngijinin masuk kamar gue?!" Bentak Nabila. Ia paling tidak suka kamarnya dimasuki oleh orang lain. Maupun itu sahabatnya atau kembarannya sendiri. Banyak sesuatu yang Nabila simpan di kamarnya. Dan Nabila harap tidak ada yang mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Fiksi RemajaKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...