T3-10. Argani

11.3K 561 7
                                    

Suara mesin pendeteksi detak jantung dengan konstan berbunyi di ruangan sunyi. Menandakan bahwa di dalam ruangan ini ada makhluk hidup. Yang masih berfungsi jantung dan paru-parunya, hanya saja tidurnya terlalu nyenyak atau mimpinya terlalu indah jadi ia enggan untuk membuka matanya.

Banyak sekali selang-selang yang membantunya bertahan hingga saat ini. Walau entah akan membantu atau tidak, jika pada akhirnya ia hanya mengulur waktu.

Sekian lama tidak bertemu wajahnya nampak sama tidak ada yang berubah. Hanya saja rambut sedikit memanjang. Andai saja ia tidak ceroboh mungkin orang ini tidak berada disini, andai saja ia bisa mencegahnya mungkin orang ini sedang berada di sampingnya, andai saja. Ah tidak baik berandai dengan yang sudah terjadi.

"Ga, Nabil disini maaf baru bisa jenguk Arga sekarang," ucapnya.

Dengan memakai baju steril gadis ini sudah berada di samping brankar seseorang yang berhasil merubah semua kehidupannya. Seseorang yang sangat amat berarti dibanding nyawanya sendiri.

Orang itu adalah, Argani Ananta Adyatama. Anak pertama dari Hadi dan Tyas, Mereka kembar tiga. Arga dan Nabila banyak kesamaan, dibanding dengan Nadila. Arga selalu merasa dirinya dan Nabila seperti cermin, hanya saja perbedaannya lelaki dan perempuan.

Maka dari itu, seluruh waktu yang Nabila punya ia habiskan bersama Arga. Sebelum kejadian tragis yang membuat Arga terbaring lemah di rumah sakit ini. Mungkin menurut kalian semua cinta pertama seorang wanita adalah ayahnya, tapi bagi Nabila tidak. Cinta pertamanya adalah Arga- abangnya yang selalu melindunginya dari apapun.

Mengapa? Karna sejak kecil Nabila tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, sejak kecil Nabila selalu di singkirkan. Yang di utamakan hanya Arga dan Nadila. Nabila anak yang tidak di inginkan, ia sadar itu. Tapi ia juga ingin merasakan kasih sayang seorang ayah.

Hadi- Papanya hanya memenuhi keinginan Nabila, uang, fasilitas, atau sebagainya tanpa menyertai perhatian dan kasih sayang. Tapi Beda dengan Arga dan Nadila, mereka selalu dapat perhatian dan kasih sayang Papanya. Nabila tidak menginginkan uang atau fasilitas yang diberikan oleh Papanya. Nabila hanya ingin perhatian dan kasih sayang seorang ayah pada anaknya.

Setetes air mata jatuh di pipi mulus Nabila, memori bersama orang ini terputar jelas di pikirannya. Ia genggam tangan orang yang sedang terbaring lemah ini, lalu mendekatkan ke pipinya.

"Bangun Ga, cukup tidurnya tiga tahun ini, lo ga mau bikin ulah lagi bareng gue sama Meka?" tanyanya sendiri tanpa ada sahutan.

"Ga, Meka udah balik, lo pasti tambah suka, dia tambah cantik sekarang Ga, mumpung belom ada yang suka sama Meka lo harus gerak cepat," sambungnya dengan air mata yang selalu mengalir.

Sentuhan di bahunya membuat Nabila menoleh. Ia melihat Tyas sedang tersenyum dengan sisa air mata di sudut matanya.

"Mama harus berangkat ke london sekarang, Nenek kamu sakit dan tidak ada yang jagain, Mama akan lama di sana hanya kamu harapan Mama untuk ngejagain Dila, Mama minta maaf atas perlakuan Mama dulu sama kamu, seharusnya Mama sadar kamu ngelakuin ini semua karna ngelindungi kita semua, jangan diam aja saat ada masalah ya Kak, Jangan kaya dulu. Kamu ga bisa melindungi semua orang Kak, Maafin Mama sekali lagi atas perlakuan Mama sama kamu," paparnya lalu memeluk Nabila yang masih diam di tempat.

"Jangan benci sama Papa ya Bil," sambungnya dan kini Nabila membalas pelukan hangat Mamanya.

Nadila yang melihatnya dari kaca besar tersenyum tipis. Harapannya selama ini kenyataan, setidaknya Nabila merasakan kasih sayang Tyas yang tidak sempat ia rasakan selama tiga tahun ini.

***

Sebuah ketukan pintu membuat Nadila yang sedang menonton televisi terganggu. Malam ini ia dirumah sendirian, hal yang biasa menurutnya. Mamanya tadi pamit harus pergi ke london untuk mengurusi Omanya yang sedang sakit, Papanya memang jarang sekali pulang, Nabila? Gadis itu tidak pernah betah di rumah.

The twins troublemaker [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang