T3-2.Dia lagi?

15.9K 669 19
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 3 dini hari. Nabila telah berganti pakaian karna pakaian yang tadi ia kenakan sudah penuh dengan keringat. Nabila memandangi sekitar tempat yang sedang ia kunjungi.

Club ternama di jakarta pusat yang sudah lama menjadi tempatnya. Bukan, Nabila bukan bersenang-senang melainkan menjadi seorang DJ di club tersebut. Sudah sejak kelas 8 SMP ia mulai mencari uang sendiri. Menjadi pelayan cafe, mengisi acara ke tempat-tempat, dan hasil uang itu ia tabung untuk membeli keperluannya, salah satunya ia belikan ponsel. Dari ponsel itu ia mencari aplikasi untuk DJ. Awalnya sulit memang, tapi semakin lama ia semakin mengerti. Dan hingga ia mengisi acara di clup malam seperti ini. Tidak ada yang mengetahui jika Nabila bekerja. Nabila hanya tidak ingin menyusahkan seperti orang tuanya bilang.

Ia tersenyum miris, ini kah jalan hidupnya? Pergi larut malam, pulang menjelang pagi? Terasa perih di hatinya saat mengingat semua yang sulit di artikan. Sebuah tepukan di bahunya membuat Nabila sadar dari lamunannya. Ia menoleh terdapat seorang lelaki pemilik club ini.

"Ngelamunin apaan si lo? Gue manggilin lo dari tadi," ucapnya membuat Nabila menghela nafas berat.

"Sorry bang ga denger,"

"Kuping lo udah berapa lama ga di bersihin? Ampe gue manggil depan kuping lo ampe ga denger juga," keselnya

"Marah-marah mulu dah, cepet tua lo! Udah ah gue balik ya Bang," Nabila berbalik badan dan berjalan meninggalkan Sinoy yang meneriaki namanya.

"Bil, mending lo balik ama gue aja deh, dari pada sendiri naek sepeda lagi, bahaya." ucap Sinoy yang sudah mensejajarkan langkahnya dengan Nabila.

Entah apa yang membuat dirinya dekat pada pemilik club ini. Dekat dengan arti ia seorang abang dan tidak lebih. Sinoy sudah berumur 21 tahun, ia sudah menganggap Nabila sebagai adiknya sendiri. Nabila pun seperti itu, hanya saja Nabila tidak tahu bagaimana menyikapi Sinoy.

"Sepeda gue gimana kalo gue balik ama lo, lagi juga siapa yang berani nganuin gue si? Mau gue keluarin nih jurus bela diri gue," Sinoy tertawa renyah dan menoyor pelan kepala Nabila.

"Iye dah tenaga badak,"

"Sialan lo, udah gue mau balik,"

belum sempat mengambil sepedanya tubuhnya sudah melayang. Sinoy menggendongnya di atas pundaknya, Nabila yang terkejut hanya memukul punggung Sinoy.

"Batu lo di bilanginnya, sepeda lo nanti anak buah gue aja yang nganterin," putusnya membuat Nabila memutar bola matanya malas.

"gue ga suka naik mobil!"

"sukain,"

"ga mau,"

"kalo ga suka jangan dipacarin,"

Nabila menghembuskan nafas kasar. Tidak ada hentinya jika ia terus meladenin Sinoy.

"Anterin gue kerumah eyang gue aja,"

"lah emang ngapa lo ga balik?" Tanyanya sambil menyalakan mobilnya.

"Ga memungkinkan," jawabnya malas. Sinoy hanya mengangguk mengerti.

***

"Loh? Bi, sejak kapan Dila ada disini?" seru Sukma Mbah uti Nabila saat melihat Nabila tertidur di sofa. Ia adalah ibu dari Hadi papa dari Nabila dan Nadila.

"Itu Bila Mbah," teriak pembantu rumah tangganya dari dapur.

"Oh Bila toh, sudah jam 9 Bi kenapa ga di bangunin, emang ga sekolah?" Tanyanya lagi.

"Saya ga tau Mbah, tadi saya udah bangunin tapi tetep ga bangun juga,"

Sukma mendekat dan mengelus pucuk kepala Nabila. Ia selalu seperti ini saat hatinya sedang tidak enak. Sukma tahu jika Hadi dan Tyas tidak pernah memperlakukan adil pada Nabila sejak kejadian masalalunya. Maka dari situ Sukma memperlakukan Nabila seperti layaknya seorang ibu. Ia sangat kasihan pada cucunya ingin sekali ia merawatnya tapi Nabila selalu menolak.

The twins troublemaker [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang