Seorang gadis munggil sedang berlari di koridor sekolah, setelah mendengar bel istirahat ia langsung keluar kelas meninggalkan guru dan siswa siswi yang berada di kelasnya. Tidak peduli di bilang tidak sopan.
Gadis itu Nadila, ia sedang mencari keberadaan Kakaknya. Sejak seminggu yang lalu Nabila jemput Meka dan anak-anak yang ia tidak tahu siapa, Nabila tidak kembali ke rumah. Ia sudah melempar pertanyaan kepada Nabila saat ia berpapasan di koridor sekolah, tapi bukan Nabila yang dengan gampang menjawab pertanyaan seseorang. Dan sekarang harus menemui Nabila dan menanyakan lagi, karna Mamanya malam ini pulang.
Saat sudah hampir masuk kantin, Nadila menabrak dada bidang seorang cowo. Lalu ia merasa dingin di bagian perutnya, Nadila menundukan kepalanya melihat bajunya terkena noda coklat.
"Baju gue," ucapnya lirih.
"eh, sorry gue ga sengaja," Nadila mendongakan kepalanya berniat mengomelin cowok tersebut. Detik berikutnya sebuah senyuman manis terbit di bibir Nadila. Hilang semua niatan untuk mengomelinya.
"Kak Elang, gapapa kok,"
"Nadila? Baju lo?" tanyanya terkejut. Sekarang Elang sudah bisa sedikit-sedikit membedakan Nabila dan Nadila. Nabila jarang sekali senyum- ralat tidak pernah senyum, kalau Nadila sellu tersenyum dimanapun dia berada.
"Gapapa kokk kak," jawab Nadila.
"Oh iya, sorry gue ga sempet jenguk waktu itu lagi banyak banget tugas terus rapat osis mulu," ucapnya yang di balas anggukan oleh Nadila.
"Slaw aja Kak, tapi makasih loh, Kakak udah bawa aku ke rumah sakit,"
"Iya sama-sama itu juga kembaran lo yang nyuruh,"
"Nabila?" Elang mengangguk lalu tatapannya beralih ke baju Nadila yang tadi terkena minuman coklatnya.
"Dil Baju lo kotor, ganti punya gue aja ya?" tawar Elang.
"Ga usah kak, dikit doang ini mah kotornya, yang banyak mah rasa sayang aku ke kakak," ucapnya dengan nada pelan. Elang yang tidak mendengarnya mengeritkan dahi.
"Hah? Ngomong apa Dil?
"Eh? Ga ngomong apa-apa kok, yaudah aku ke kantin dulu ya," Belum saja ia berlari menghindar dari Elang karna pipinya tiba-tiba memanas, tangannya udah di cekal oleh Elang. Nadila menunduk menatap pergelangan tangannya yang di sentuh oleh Elang
Demi Tayo main bersama Thomas, untuk pertama kalinya Elang menyentuhnya, ia harus menandai di tanggal. Jika ini mimpi jangan pernah bangunin Nadila.
"Dil? Lo gapapa?" tanya Elang merasa aneh pada Nadila.
"Aduh plis jangan bangunin mimpi gue,"
"Dil?"
"Ah yampun suaranya seksi banget,"
"Dila lo gapapa?"
"Kayanya gue punya sakit jantung deh, kok jantung gue berdebar gini ya?"
"Nadila Aletta are you oke?" Nadila tersentak saat seseorang memanggil dengan nama lengkapmya. Yampun, memalukan kenapa ia bisa ngomong seperti tadi dihadapan Elang?
"Hah? I'm good, maaf kak aku permisi,"
Dengan rasa malu Nadila berjalan melewati Elang, tapi lagi, lagi Elang menarik tangan Nadila. Lalu di bawa pergi entah Nadila juga tidak tahu. Tatapannya tidak beralih sedikitpun dari pergelangan tangannya yang sedang di tarik oleh Elang. Bahagia, satu kata mewakili semuanya.
Langkah kaki Nadila berhenti di depan sebuah loker. Ia mengangkat wajahnya menatap Elang dengan tatapan bertanya. Elang tidak menghiraukan tatapan itu, ia langsung membuka loker tersebut dan mengambil sebuah jaket.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Teen FictionKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...