"Tante!"
"Tante Rika!"
"Om Tio!" seru Nabila seperti orang kesetanan. Orang yang di panggil turun dari lantai dua sambil menggelengkan kepalanya.
"Ga harus teriak-teriak Bila, Yaya baru tidur." tegur Rika pada Nabila.
"Kamu kok keringetan gitu, kesini naik apa?" kini Tio membuka suara.
"Lari,"
"Lari?" beo Rika dan Tio berbarengan dan langsung saling tatap.
"Lari dari mana?" tanya Rika.
"Dari taman, Arga mana? Kata tante tadi tangannya gerak. Pasti udah sadar kan? Aku mau liat, aku kangen." ucap Nabila langsung berlari ke arah kamar yang berada di lantai bawah itu.
Rika dan Tio saling pandang lagi, segitu pentingnya Arga di kehidupan gadis itu hingga ia rela lari dari taman menuju rumahnya. Sebenarnya rumahnya dan taman itu lumayan jauh, kalau naik kendaraan saja butuh waktu dua puluh menit, dan Nabila lari dari sana ke sini?
"Sesayang itu dia Mas sama Arga," cetus Rika membuat suaminya itu memeluk pinggang Rika posesif.
"Bukan sama Arga, sama semuanya dia itu sayang sebenarnya. Yaudah susul Bila yuk," ajak Tio yang langsung diangguki oleh Rika.
Di sisi lain Nabila mendesah kecewa, pasalnya Arga masih betah dengan tidur panjangnya. Tadi di telfon tantenya bilang jika tangan Arga bergerak, mengapa sekarang cowok itu masih tertidur?
"keadaannya masih sama Bil, tapi itu perkembangan yang baik buat Arga. Sepertinya kamu semakin ke sini, kamu mulai membuka hati sama dunia. Di coba Bil, Arga juga bergantung dengan kamu sepertinya." jelas Rika menguatkan keponakannya itu.
"Tante tapi Arga pasti bangunkan?" tanya Nabila lirih.
"Tante akan melakukan yang terbaik Bil, kamu bantu tante yaa." Nabila mengangguk lalu duduk di bangku samping ranjang Arga dan perlahan ia meraih tangan Arga yang pucat.
"Bangun Ga, jahat lo sama gue. Gue udah ngelakuin banyak hal buat lo lohh, gue juga udah nyoba buat balapan. Eh tapi lo ngelarang yaa kalo gue ikut balapan gitu, tapi jujur gue suka, seru ternyata. Lo bangun dong ayo balapan lagi, masa jagoan lemah si. Ga asik ah," oceh Nabila yang berharap cowok yang sedang tidur itu menyautinya.
"Yahh Meka di ambil orang dah kalo lo demen tidur gini. Lo kalo marah sama gue jangan kaya gini apa Ga, gue cuman punya lo. Keluarga satu satunya yang gue punya cuma lo, gue udah ga punya bokap nyokap Ga. Ayoo bangun," lanjut Nabila sambil mengusap air matanya yang entah sejak kapan jatuh.
Nabila menghela napas panjang, lalu berjalan menaiki ranjang berukuran king size itu. Lelah, ia benar-benar lelah. Dengan hati-hati ia memeluk tubuh Arga dan memejamkan matanya.
***
Pagi harinya seorang gadis sudah duduk manis di dalam kelasnya. Entah apa yang membuat datang sepagi ini, yang penting bukan karna ia taat pada peraturan. Ia hanya malas berada di rumah sendiri, sekarang ia seperti anak semata wayang sedangan ia punya dua kakak yang kini tidak di ketahui keberadaannya.
"Tumben lo dateng pagi, biasa buat onar dulu di kantin." ucap cowok yang menendang bangkunya dari belakang.
"Diem lo! Gue cabein nih mulut lo!" ketus Nadila membuat Antares tertawa remeh. "Ga pantes muka lo sangar gitu, jelek jatohnya."
"Bodoamat." Nadila meninggalkan kelas dengan hati dongkol. Sejak kapan coba cowok nyebelin itu datang, kenapa ia tidak menyadarinya juga? Ah masa bodo.
Nadila menyeret kakinya menuju UKS ah tempat ternikmat untuk tidur. Bosan juga ia di kelas ketemunya sama dia lagi dia lagi, rasanya ia ingin sulap aja muka teman-teman kelasnya menjadi wajah member EXO, NCT, BlackPink, Twice.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Novela JuvenilKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...