"APA-APAAN NIH?!" teriakan Nabila menggema di seluruh ruangan yang sudah porak poranda. Penjaga yang biasanya menjaga clubnya pun sudah babak belur. Entah apa yang terlewat hingga club pemberian Sinoy hancur seperti ini.
Sepulang sekolah tadi Nabila dapat telfon dari Dara jika club pemberian Sinoy di ombrak ambrik dengan orang berbadan besar. Dara tahu sebab ia tinggal di salah satu kamar yang ada di club ini.
Kini otak Nabila masih memikirkan siapa dalang dari semua ini. Yang pasti, orang yang melakukan semua ini sangat membenci dirinya.
"Aghat..."
"Ga usah keluarin suara kalo kata-kata lo itu ngga sama sekali membantu." ucap Nabila dingin.
"Gue tau siapa dalang dari semua ini Taa." ujar Dara tegas membuat Nabila menoleh cepat ke arahnya.
"Kenapa lo diem dari tadi?!!!!" bentak Nabila.
"KARNA LO LAGI EMOSI, AGHATA." teriak Dara yang sudah kelewat kesal pada Nabila yang sejak tadi emosinya tidak reda-reda.
"Lo bentak gue?"
"Papa lo." ucap Dara cepat membuat Nabila menatapnya tajam, seakan memberi kode untuk memperjelas ucapannya.
"Papa lo Taa, orang tadi suruhan Papa lo. Tadi gue denger salah satu lelaki itu telfonan sama papa lo." sahut John dari belakang Nabila.
Rahang Nabila mengeras, tangannya mengepal kuat. Ini sudah kelewatan, apa yang di inginkan oleh Papany itu? Dirinya hancur? Tapi apakah harus dengan cara licik seperti ini?
"Bawa penjaga ke rumah sakit Adyatama," suruh Nabila langsung meninggalkan club menuju kediaman rumahnya dulu.
Setelah setengah jam ia mengayuh sepedanya, sampai juga ia di kediaman rumahnya dulu. Dengan cepat ia membuka gerbang dan berlari ke arah pintu masuk membiarkan sepedanya bergeletak di depan rumahnya itu.
Brukkkk.
Suara pintu terbuka dengan kencang membuat sang empunya menoleh terkejut ke arah Nabila. Di sana, ada Mama, Papa, dan Nadila keluarga itu sangat bahagia setelah apa yang mereka lakukan dengan dirinya. Sepertinya juga, hubungan Papa dan Mamanya sudah mulai membaik terlihat dari mereka bersama saat ini.
Tanpa memikirkan apa-apa lagi Nabila berjalan ke arah mereka bertiga.
"Apa anda puas tuan Hadi?" tanya Nabila dengan nada formal.
"Apa-apaan kamu?! Masuk ke rumah orang tidak mengucapkan salam, dan dengan tak punya sopan santunnya langsung bertanya dengan nada formal." bentak Hadi sambil beranjak dari duduknya di ikuti oleh Tyas dan Nadila.
"APA ANDA PUAS TUAN HADI?!" teriak Nabila mengulangi pertanyaannya tepat di depan papanya.
"Puas? Jika ada kata yang lebih dari puas, saya pilih kata itu!" sahut Papanya dengan senyum miringnya. Nadila dan Mamanya menatap Nabila tanpa ekpresi, mereka yang sempat membelanya kini sudah tidak lagi. Nadila dan Mamanya kembali membenci dirinya.
Tiba-tiba Hadi meninggalkan ruang tamu, berjalan menuju ruang kerjanya yang berada di lantai dua. Tak lama kemudia, turun kembali membawa amplop yang entah apa isinya.
Sampai di depan Nabila, Hadi membuka amplop tersebut dan melemparnya isi amplop ke wajah Nabila dengan kasar
"selain ga tau diri, nyusahin, dan pembawa sial keluarga, sekarang kamu mau bikin malu keluarga?! Dapat dari mana uang sebanyak itu? Jadi jalang di club yang saya ancurin itu?"
Seperti ribuan belati yang menancap tepat di dadanya, itu yang Nabila rasakan. Serendahan itu kah papanya menilainya? Apakah ia sadar dengan semua ucapannya? Sungguh Nabila sudah tidak kuat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The twins troublemaker [Lengkap] ✔
Teen FictionKisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yang membuat keluarganya hancur dan kedua orang tuanya membenci dirinya. Diam, salah satu cara Nabila...