Orbit

9.1K 1.3K 33
                                    

"Oke. Latihan hari ini cukup. Sekarang saya akan memberikan pertanyaan." Kalimat Bima barusan langsung membuat seisi ruangan hening seketika. "Asa, jika prjalanan waktu itu tidak  mungkin, apa itu fotografi?"

Mendengar namanya disebut pertama kali, gadis itu tentu saja kebingungan karena belum mempersiapkan jawaban. "Eh? Menurut saya, perjalanan waktu itu ada. Mungkin arahnya menua, eh, bertambah, bisa juga ke depan sih." Sesungguhnya Asa gugup sekali saat menjawab, tapi untungnya Bima hanya mengangguk dan melemparkan pertanyaan itu ke lainnya.

"Kalau menurut lo gimana, Sam?"

Samudra berdeham. "Fotografi semata hanyalah tangkapan cahaya dari titik waktu tertentu yang kemudian dicetak atau ditampilkan seperti pameran. Tentu saja secara metaforis kita bisa mengatakan bahwa melihat sebuah foto di masa lalu adalah perjalanan waktu. Tapi sebetulnya itu hanya ilusi yang diciptakan otak kita yang sedang merasa nostalgia dan mengembalikan semua memori yang terhubung dengan foto itu. Dalam segala aspek lain, tubuh kita tetap berjalan seperti biasa menuju masa depan."

Semua orang langsung bertepuk tangan saat Samudra selesai menjawab. Selama empat bulan bergabung dengan klub fotografi, baru kali ini Asa mendengar seorang Samudra bicara sepanjang itu. Hal ini membuat Asa semakin penasaran dengan isi otak pemuda itu.

Bima menarik sedikit ujung bibirnya. "Bagus. Ada pertanyaan lain?"

Dengan cepat Asa mengangkat tangannya. "Ya, Asa, silakan bertanya."

Asa tersenyum sekilas lalu berdiri. "Saya ingin bertanya, jika jarak antar planet yang ada di tata surya berjarak ribuan hingga ratusan than cahaya, bagaimana cara para ilmuwan mengambil gambar planet-planet lain yang sangat jauh? Apakah kamera yang digunakan mampu memperbesar sampai sejauh itu?"

Hening.

Tak ada satu pun yang berminat menjawab pertanyaan Asa. Sementara Asa merutuki kebodohannya sendiri. Dia hanya ingin mengetes Samudra saja, tapi malah berujung mempermalukan dirinya sendiri.

"Baik. Mungkin pertanyaan ini ki-"

"Saya akan mencoba menjawab." Samudra memotong ucapan Bima dengan cepat. "Dalam hitungan cahaya, jarak Matahari dengan Merkurius adalah 3,2 menit, sementara dengan Pluto adalah 5,5 jam. Mengenai cara para ilmuwan mengambil gambar, selain menggunakan teleskop, manusia juga telah menciptakan metode deteksi jarak jauh dengan gelombang infra merah, ultra violet, radio, x-ray, gamma ray, dan sebagainya."

Asa melongo dibuatnya. Benar-benar menakjubkan. Mau tak mau, Asa langsung berdiri dan bertepuk tangan heboh. Seperti langsung tersadar, teman-teman yang lainnya pun berdiri dan ikut bertepuk tangan heboh.

Selama empat bulan ini juga akhirnya Asa mengetahui beberapa informasi tentang Samudra maupun Bima. Samudra Rahardian, fakultas MIPA jurusan fisika, semester empat, tinggi 186 cm, lebih suka memakai pakai berwarna gelap, dan irit bicara.

Sementara Galaksi Bimasakti, atau yang lebih dikenal sebagai Bima adalah anak fakultas ilmu politik, semester enam, ketua UKM fotografi angkatan 2016, memiliki motto hidup YOLO, friendly tapi playboy, tampan, dan berani. Ashiap.

Setelah ruangan dibubarkan, Asa buru-buru berlari mengejar Samudra yang sudah berjalan lebih dulu.

"Sam!"

"Ada apa?"

Asa mengelap keringat di dahinya sambil menetralkan degup jantungnya yang berdetak sangat cepat akibat berlari mengejar Samudra barusan.

"Gue mau minta tolong sama lo."

Samudra menatap Asa meminta penjelasan dan Asa langsung menjelaskan permintaannya itu dengan sedikit memohon.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang