Uranus dan Bumi

5.6K 846 46
                                    

Menyebalkan bukan?
Atas semua yang terjadi, dia hanya bangun dan memutuskan untuk tidak berjalan denganmu lagi.
Tanpa alasan, tanpa penjelasan, tanpa kata-kata.
Dia meninggalkanmu seperti kamu tidak pernah berarti untuknya.
Dan yang paling menyakitkan, dia melakukannya dengan mudah.

Asa menjalani hidupnya seperti biasa.  Yang berbeda hanyalah hubungannya dengan Samudra. Akhir-akhir ini gadis itu disibukan dengan mempersiapkan acara teater yang dibuat tergesa-gesa. Tapi malamnya, gadis itu lebih sering menghabiskan waktunya dengan duduk di balkon kamarnya sambil merokok tanpa henti.

Sedangkan Bintang, bertahan di tempatnya. Menjadi kokoh. Tempat bersandar sekaligus benteng perlindungan Asa.

Samudra pun menjalani kehidupannya seperti biasa. Tanpa perlu memerdulikan orang-orang di sekitarnya. Yang berbeda adalah sikapnya yang semakin dingin pada orang-orang, seakan membatasi dinding itu dengan kuat.

Begitulah yang terjadi selama dua bulan berlalu. Berjalan dan hilang.

"Asa, fokus."

Bintang menyerahkan kertas naskahnya pada Asa. Saat ini dia sudah berada di belakang panggung. Projek yang dia buat akhir-akhir ini pun sampai pada puncaknya.

Acaranya dibagi menjadi dua hari. Hari pertama bercerita tentang bagaimana terciptanya semesta, sementara hari kedua adalah cerita dari para planet itu sendiri. Meskipun tidak begitu sinkron, tapi masih ada benang merah dari keduanya. Sehingga para penonton bisa hanya menonton satu pertunjukan, lebih bagus kalau dua-duanya.

Meskipun mereka semua sudah mempersiapkan secara matang, masih saja rasa gugup merambat di tubuhnya. Terlebih Asa, ini kali pertama untuknya.

Asa mengangguk pada Bintang, sekali lagi dia mengintip dari tirai belakang panggung. Sudah banyak penonton yang hadir dan acaranya akan dimulai sepuluh menit lagi. Tapi yang menjadi fokus utama gadis itu bukan lah banyak penonton yang hadir, tetapi pemuda yang sedang berada di ujung panggung sambil memegang kamera disamping Bima.

Melihat pemuda itu, membuka kembali bayangan-bayangan masa lalunya. Sebenarnya, acara ini adalah persembahan terakhir dari Asa untuk Samudra.

Jangan tanya betapa marahnya Bintang saat itu ketika Asa memohon mengganti sedikit jalan ceritanya padahal acaranya tinggal sebulan lagi dan latihan sudah berjalan.

Tapi Bintang tetaplah menjadi Bintang yang menjadi cahaya harapan Asa dalam kegelapan.

"Ladies and gentleman..."

Suara itu menarik Asa kembali ke realita. Ternyata acaranya sudah mau dimulai, tetapi gadis itu masih betah di tempatnya. Mengintip di balik tirai belakang panggung sambil menatapi Samudra, hal yang sering dilakukannya selama ini. Bedanya, selama ini dia harus mencari tempat yang pas agar bisa melihat Samudra tanpa ketahuan oleh pemuda itu.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang