Bintang Timur

4.8K 770 22
                                    

They would yell, they would scream, they were fighting it out.
She would hope, she would pray, she was waiting it out.
Holding on to a dream,
While she watches these walls fall down.

Asa menatap wanita di depannya meminta penjelasan. Sudah lima belas menit mereka duduk di bangku taman rumah sakit ini tanpa ada yang berniat membuka suara.

Tak ada yang dilakukan Asa lagi selain memperhatikan wanita di sebelahnya dalam diam. Kulitnya kuning pucat dan sudah mulai mengkerut dibagian telapak tangan. Punggungnya juga sudah mulai membungkuk sedikit. Tak lupa tatapannya yang selalu sendu meskipun ia sedang berbahagia.

Sharp words like knives, they were cutting her down.
Shattered glass like the past, it's a memory now.
Holding on to a dream.
While she watches these walls fall down.

"Salah aku apa tante sampai aku dibuang?"

Asa akhirnya membuka suara. Masih belum mau menyebut wanita disebelahnya itu 'ibu'.

Wanita yang bernama Tari itu membuang mukanya ke arah lain. Jantungnya seakan memompa dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Kini kepalanya dipaksa mendongak ke arah langit, mencoba membuka lagi ingatan-ingatan masa lalunya yang kelam.

"Maafkan ibu, Asa."

Asa tertawa meledek, kini ia pun ikut mendongak ke arah langit. "Maaf ya? Tapi kenapa Tante? Kenapa aku dibuang?"

"Waktu itu ibu sangat marah. Marah pada diri ibu sendiri. Jadi ibu pikir kamu lebih baik tinggal di panti asuhan. Jangan merasa dibuang Asa, setiap bulan ibu pasti mengunjungi kamu. Tapi saat ada yang mau mengadopsi kamu, bukan kah terlalu egois kalau ibu masih terus datang di hadapan kamu?"

Asa menghela nafas panjang. "Terus kenapa sekarang Tante muncul lagi di depan aku?"

Hey mom, hey dad.
When did this end?
Where did you lose your happiness?
I'm here alone inside of this broken home.
Who's right, who's wrong.
Who really cares?
The fault, the blame, the pain's still there.
I'm here alone inside of this broken. home, this broken home.

Tari menatap anaknya. Melihat Asa membuat dirinya merasa bercermin. Matanya, hidungnya, bentuk wajahnya, persis seperti miliknya.

"Ibu cuma gak mau kamu terus-terusan merasa dibuang, Asa. Bagaimana pun saya ini ibu kamu Asa. Meskipun tubuh ibu tidak suci, seenggaknya kasih sayang ibu ke kamu itu suci, kasih sayang ini tulus, Asa."

"Dimana Tante saat aku dibuang? Dimana Tante saat aku disiksa? Dimana Tante waktu aku menangis menahan rasa sakit atas semua ketidakadilan ini? Dimana Tante saat aku hampir menyerah pada dunia? Bagi aku, ibu itu gak pernah ada."

Wrote it down on the walls, she was screaming it out.
Made it clear, she’s still here, are you listening now?
Just a ghost in the halls.
Feeling empty, they’re vacant now.
All the battles, all the wars, all the times that you’ve fought.

Tangan Tari gemetar mendengarnya, hatinya juga bergemuruh hebat. Dia tidak akan menyalahkan Asa jika gadis itu tidak mau mengakui dirinya sebagai ibu. Ini memang balasan dari semesta untuknya. Dosanya terlalu besar pada Asa.

Setelah ditinggalkan berkali-kali, akhirnya Asa berpikir semua orang disekitarnya suatu saat pasti akan pergi meninggalkannya.

She’s a scar, she’s the bruising, she’s the pain that you brought.
There was life, there was love.
Like a light and it’s fading out.

Karena Asa berpikir, mereka tidak akan sungguh-sungguh mencintai orang seperti dirinya. Bahkan kalau ada yang bilang suka padanya, dia tidak akan merasakan apapun.

Asa tidak tahu caranya mencintai karena dia tidak pernah tau rasanya dicintai. Seperti itulah, makanya dia selalu ditinggal sendirian.

You've gotta let it go, you’re losing all your hope.
Nothing left to hold, locked out in the cold.
Your painted memories that washed out all the seas.
I'm stuck in between a nightmare and lost dreams.

Setelah Asa bertemu ibunya, dia merasa mirip sekali dengannya.

Mereka berdua sama-sama melarikan diri satu sama lain karena takut terluka. Tapi sekarang dia sadar, hal yang Asa dambakan selama ini bukan lah ibunya, tapi perasaan dicintai olehnya.

Hey mum, hey dad.
When did this end?
When did you lose your happiness?
I'm here alone inside of this broken home.
This broken home.

"Kenapa dipaksa memperpanjang kebahagiaan sih Tante kalau tujuannya menunda kesedihan?"

Tari terdiam cukup lama.

"Ibu merasa kamu selalu ceria dan positif. Ibu pikir kamu tumbuh dengan cinta, tanpa tau rasanya sakit atau menderita. Tapi kemudian ibu mengetahui bahwa kamu terbiasa menderita dan kesepian.  Selama ini, ibu baru sadar kalau kamu selalu ceria untuk menyembunyikan penderitaan itu."

"Ibu..."

Tari terperanjat mendengar kata itu keluar dari mulut Asa.

"Semua yang terjadi pada kita sudah ada jalannya. Mau bagaimana pun, tante adalah orang yang melahirkan aku. Tapi maaf, aku masih belum bisa terbiasa dengan kehadiran Tante, jadi," Asa mengedik tak tahu bagaimana melanjutkan kalimatnya.

"Gak apa-apa, ibu mengerti." Ucap Tari sambil tersenyum paham. "Lebih baik kita masuk ke dalam, Samudra membutuhkan kita."

Asa mengangguk. Tapi baru saja Tari berjalan, gadis itu mencekal tangannya.

"Ta- eh ib- eh tante aja kali ya." Tanya Asa sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Boleh gak aku tau nama aku yang tante kasih?"

"Stareast Wulandari." Jawab Tari cepat sambil tersenyum lebar.

"Staris?"

"Ya. Bintang timur. Stareast Wulandari."

Tante Tari, maaf. Tapi untuk saat ini tante belum bisa jadi Mentari untuk aku. Gimana caranya tante bisa jadi Mentari lagi di hidupku kalau selama ini ternyata cahaya Mentari itu sudah mati sejak lama dalam hidupku?

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang