Kluster

5.8K 991 47
                                    

Seperti ucapannya, Bintang datang lima belas menit kemudian. Pemuda itu bahkan melajukan mobilnya dengan kencang setelah menelepon Asa. Dirinya hanya takut Asa bertindak macam-macam.

Nyatanya, Bintang lupa kalau Asa adalah mahluk teraneh di Bumi. Asa keluar dari rumahnya dengan tenang, seolah tidak pernah mendengarkan berita itu.

Gadis itu masuk ke dalam mobil Bintang lalu terduduk dengan tenang. Bahkan Asa masih sempat memutar radio sambil bernyanyi tidak karuan.

Melihat Itu, Bintang berusaha paham. Jadi pemuda itu hanya melajukan mobilnya menuju rumah sakit tanpa bertanya apa pun pada Asa.

"Nanti depan belok kiri."

"Kalau mau ke rumah sakit kan lurus, mau ngapain?." sahut Bintang sambil membelokkan kemudi mobilnya, mengikuti perintah Asa untuk berbelok ke kiri.

Beberapa menit kemudian, Asa memberhentikan mobil Bintang tepat di depan McDonald's.

"Pesenin gue dua paket double cheese burger, kentang sama lemon tea nya di up size terus McFlurry oreo ekstra oreo." Ucap Asa sebelum memasang headset di telinganya lalu memejamkan mata.

Mengurungkan niatnya untuk bertanya, Bintang masuk ke area drive thru untuk memesan semua pesanan Asa.

Bintang masih berusaha berpikir positif, mungkin gadis itu belum makan, tapi Asa tidak kelihatan lapar saat ini.

Menyerah, Bintang menjambak rambutnya kasar. Dia pikir Asa akan menangis meraung-raung seperti kesetanan, nyatanya gadis itu memilih cara yang paling mengerikan. Tidak peduli.

Demi jigong naga, Bintang lebih baik dihina seharian oleh Asa daripada bingung dengan tingkah Asa hari ini.

"Anterin gue ke puncak." Ucap Asa saat melihat Bintang sudah selesai membayar tiket parkir.

"Hah?"

Kalimat itu berhasil membuat kepala Asa terbentur, Bintang mengerem mendadak. "Kita mau rumah sakit, Asa. Samudra kecelakaan!"

"ANTER GUE KE PUNCAK SEKARANG!!" Asa memekik kencang.

Pada akhirnya Bintang melajukan mobilnya dengan kencang menuju Puncak. Tidak ada tangisan yang jatuh dari mata gadis itu, namun suara teriakannya masih terasa bersaut-sautan di dalam mobil Bintang.

- PLUTO -

Sesampainya di puncak, Asa keluar dari mobil dan langsung duduk di atas kap mobil. Bintang menatap Asa dengan penuh selidik. Pasalnya, perempuan ini masih saja diam. Bahkan tidak menyentuh sedikit pun makanan yang tadi dipesannya.

Bintang akhirnya ikut juga naik ke kap mobilnya dan masih menatap Asa dalam diam.

"Jangan natap gue kayak gitu." Asa akhirnya bersuara. Gadis itu tampak mencari sesuatu dalam kantong celananya. Tak lama kemudian benda berbentuk persegi panjang itu berhasil di tariknya keluar.

Asa menyalakan rokoknya dan menghisapnya kuat-kuat. Matanya terpejam, mengijinkan angin malam menyentuh kulitnya yang pucat.

Perlahan, Asa mendapati ketenangan itu dalam dirinya. Sebenarnya, sudah lama Asa tidak menyentuh benda ini lagi. Dia memang bukan perokok aktif, dia hanya merokok disaat dirinya merasa butuh mencari ketenangan.

Bintang terperanjat melihat apa yang dilakukan Asa. Rupanya, beginilah cara Asa menangis. Ditatapnya lama wajah gadis itu dan Bintang baru menyadari satu hal. Asa bukan hanya berantakan hari ini. Dia tampak bukan seperti seorang Asa. Rambutnya berantakan. Sepatu Converse-nya kotor dan diinjak dibagian belakangnya.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang