Pluto

5K 804 50
                                    

"Kamu cemburu sama Bintang?"

Samudra terdiam.

"It's fine, Sam. Besok aku jauh-jauh sama dia. Nggak usah putus-putusan kayak gini."

Pemuda itu membuang pandangannya ke arah lain. "Ini bukan tentang Bintang. Ini tentang saya, Asa."

"Kenapa?"

"Saya merasa tidak bisa bersanding dengan kamu."

"Oh c'mon! Ini bukan novel, Samudra!"

"Ini memang kenyataan."

"Tapi kenapa? Kenapa Samudra?"

Hening.

"Jawab Samudra! JAWAB!"

"Saya mencintai perempuan lain." ucap Samudra dengan volume suara yang nyaris tidak terdengar.

"Bohong!"

Otak Asa memanas, seluruh tubuhnya seakan runtuh bersama bangunan disekitarnya. Tidak perlu mengedipkan mata untuk membuat seluruh air mata dalam tubuh Asa tumpah ruah. Gadis itu tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Siapa?" Tanya Asa pada akhirnya setelah berdiam cukup lama.

"Ursa Mayor."

Asa tidak mengerti jawaban Sam. Kepalanya juga sudah mulai pening. Sementara Samudra masih saja diam di tempatnya tanpa penjelasan lagi.

"Terus kenapa waktu itu kamu minta aku jadi pacar kamu?"

"Itu kesalahan terbesar saya."

Asa terdiam.

Mengapa Samudra melakukannya?

Asa punya sejuta pertanyaan lain saat ini. Namun gadis itu tidak bisa berkata apa pun.

Asa juga pasti bisa saja menampar wajah Samudra saat ini atau mencabik-cabik tubuhnya. Namun sekarang, Asa tidak sedang dalam tenaga sekuat itu.

Yang dilakukan Asa sekarang adalah turun dari kap mobil itu dan berjalan dalam langkah yang lemah menuju entah kemana. Yang pasti menjauhi laki-laki yang mungkin kini punya berjuta pikiran yang sama dengannya.

Namun, baru saja ia melangkah, gadis itu teringat satu hal. Ia tidak tahu arah jalan pulang.

"Hei." ucap Asa dengan lemah, berusaha menjaga jarak dan sebisa mungkin tidak menatap mata Samudra. "Bisa nggak kamu kasih tau dimana ini sekarang? Aku mau pesen ojek online. In case, you know, you're not going home right now, I need to, immediately so," Asa mengedik di akhir kalimat. Kata-katanya berbalapan dengan air mata dan air hidung yang keluar tak beraturan.

"Kamu akan pulang dengan saya."

Samudra bahkan tak mengucapkan kata maaf pada gadis itu. Samudra memang menatap Asa, tapi jiwanya tidak disana.

Ini bukan Samudra yang Asa tahu.

Samudra tidak mungkin melakukan ini.

Setelah mengatakan itu, Samudra menuntun Asa masuk ke dalam mobilnya.

Mereka berdua terdiam dalam perjalanan pulang. Asa berusaha menyembunyikan tangis, tapi tidak bisa.

Setelah menempuh perjalanan pulang tanpa kata dari keduanya, mobil Samudra akhirnya sampai di depan rumah Asa tepat pukul 00.00 pada tanggal 29 Juni.

Asa terdiam dan tidak langsung turun dari mobil itu. Gadis itu menatap pemuda yang disampingnya dan mencoba meyakinkan diri untuk pertanyaan yang akan diajukannya.

"Hei Sam, do you love me?" Tanyanya dengan suara parau.

Tiba-tiba saja Samudra tidak bergerak dan tertunduk sebentar. Pemuda itu langsung menatap Asa dengan tatapan berbeda dan tidak ada jawaban.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang