Pandora

5.1K 802 37
                                    

Hari kedua...

Halo, perkenalkan namaku adalah Saturnus. Mungkin kalian sudah mengenalku atau belum? Baiklah, aku adalah planet terbesar kedua setelah Jupiter. Meskipun tidak secantik Venus, setidaknya aku bercincin. Ah mengingat siapa yang memberiku cincin waktu itu aku jadi ingin menangis lagi. Lain kali saja ya aku ceritakan.

Sekarang aku sedang berada di pesta ulang tahun loh. Apakah kalian penasaran siapa yang berulang tahun hari ini?

"Selamat ulang tahun, Bumi." ucapku saat aku berhasil mendekat.

Hari ini Bumi berulang tahun, maka jangan heran jika seluruh semesta sedang merayakan pesta ulang tahunnya secara besar-besaran ini. Sejujurnya aku malah prihatin dengan keadaannya. Semakin bertambah usia, makin pudar juga warna hijau di badannya tergantikan dengan warna cokelat gersang.

Bumi membalasku dengan senyuman yang lebar. Dari sekian banyak sahabatku, beliau merupakan sahabat yang paling sering mengeluh karena anak-anaknya selalu yang berulah.

"Terima kasih Saturnus." Dia menyalamiku dengan tangannya yang dingin.

"Selamat ulang tahun, kakak!" Teriak sebuah suara yang familiar di telinga kananku. Gadis yang hampir saja menjatuhkan tubuh kakaknya itu karena pelukannya yang sangat heboh.

"Bulan, kenapa kamu selalu heboh sih?" Aku berkecak pinggang saat melihatnya.

Mendengar itu Bulan hanya memutar kedua bola matanya dan menatapku malas. "Sensi banget sih kak Saturn, gara-gara belum bisa move on?"

Tentu saja aku sangat paham kemana arah pembicaraan ini. Ah lagi-lagi Bulan mengingatkanku pada planet yang sedang ku rindukan itu.

"Hei Bulan, jaga sikapmu itu. Jangan sampai Saturn melemparmu ke dalam black hole." Bintang tiba-tiba merangkul pundakku dari sebelah kiri.

Aku menonjok pelan bahunya. "Terima kasih Bintang, akan kubuat Pandora merasa beruntung karena dicintai olehmu."

Dengan raut bahagia yang menurutku dibuat-buat, Bintang seakan mengucapkan rasa terima kasih yang begitu besar kepadaku. Bahkan seluruh tata surya tahu bahwa pemuda itu menyukai adikku, Pandora. Meskipun begitu, aku tak merasa Bintang benar-benar menyukai adikku. Awas saja Bintang sampai kau macam-macam dengan adikku, akan kumasukkan kau ke dalam black hole.

Tapi tentu saja itu bukan pilihan yang tepat karena adik-adikku menentang perasaan Bintang, terutama Titan. Sebagai anak kedua, dia sangat over protective sekali kepada adik-adiknya. Jika kalian belum tahu, aku mempunyai 56 adik. Namun, hanya sepuluh diantaranya yang sangat terkenal.

Yaampun masa kalian belum tahu? Sepuluh adikku itu memilih menjadi selebgram tata surya daripada harus bekerja seperti yang kami lakukan, mengorbit setiap tahun. Mereka adalah Titan, Enceladus, Dione, Mimas, Lapetus, Phoebe, Rhea, Tethys, Hyperion, dan Pandora.

Aku berjalan menjauhi Bulan dan Bintang. Aku bahkan sempat melihat Bumi dan Venus saling bercipika-cipiki. Aku yakin sebentar lagi Bumi pasti akan mengeluh tentang anak-anaknya kepada Venus. Ah, planet itu memang lebih suka bergosip.

Sebetulnya aku sangat sedih mendengar Indonesia, anak ketiga Bumi yang sedang terkena masalah. Kemarin Surabaya berulah lagi, entah apa yang dimainkannya sehingga suara dari sana begitu nyaring sampai terdengar ke planetku.

"Sedang memikirkan apa, anakku?"

Aku terkejut saat melihat pria paruh baya di depanku ini.

"Ayah! Kok ayah bisa disini?" Ah aku lupa, Uranus, ayahku itu pasti diundang ke pesta Bumi ini. Ayah memang selalu menjalin relasi yang kuat antar planet. Hubungan kami tidak begitu Bagus karena kami jarang bertemu. Tapi tetap saja, aku menghormati pria itu.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang