Procyon

5.7K 968 88
                                    

Mencoba mengabaikan aromamu, berusaha melupakan kebiasaanmu, berharap senyummu pudar dalam kepalaku, adalah kalimat termustahil yang pernah kuucapkan. Percayalah, sekarang saja saya sedang setengah mati ingin jumpa.

-134340

Asa tak bisa menyembunyikan senyumnya lagi saat membaca kertas yang baru saja dia temukan di lokernya.

Tak perlu lagi menebak siapa pengirimnya, Asa dan Samudra memang sudah sepakat soal ini.

Sebelum mereka resmi berpacaran kemarin, Asa meminta Samudra untuk membuatkan puisi untuknya minimal satu selama seminggu, tapi kenyataannya Samudra tetap saja mengirimkannya berkali-kali.

Asa berniat menempelkan semua puisi buatan Samudra di buku yang diberi Samudra waktu itu.

"Awas tuh gigi kering dipake buat nyengir mulu."

Asa menatap Bintang yang sedang mencoret-coret kertas ditangannya.

Yap, Asa akhirnya menerima tawaran Bintang untuk menjadi script writer bersamanya.

"Sirik aja yang patah hati." Asa merebut kertas yang ada di tangan Bintang. "Kayaknya kita bakal susah cari karakter Neptunus."

Nah, ini salah satu syarat yang diberikan Asa pada Bintang. Mereka akan membuat pertunjukan teater dengan sudut pandang Planet tapi diperankan dan dijiwai oleh manusia. Ribet? Ya begitulah Asa dan imajinasinya.

Kalau kalian tanya soal Bintang, pemuda itu sekarang sedang tidak karuan. Kesal tapi tidak bisa berteriak, marah tapi tidak bisa marah, hanya bisa diam menatap Asa yang terasa dekat namun tidak bisa ia gapai juga akhirnya.

"Gue udah baca buku yang lo rekomendasiin."

Asa menoleh pada Bintang, "yang mana?"

"Forever Monday."

"Oh."

Keheningan mulai menyelimuti keduanya. Asa mulai canggung dengan Bintang, sementara Bintang menatap Asa dengan tatapan sendu.

"Besok hari apa sih?"

"Minggu." Jawab Asa cepat.

"Jadi pacar gue yuk."

Kalimat itu sukses membuat kertas yang ada di genggaman Asa meluncur bebas di kepala Bintang. Asa memukul kepala Bintang dengan harapan otaknya bisa lebih waras.

"Gue baca novel itu, dan karakter utamanya jadi pacar hari senin karakter satunya lagi. Lo bisa kok pacaran hari Senin sampai Sabtu sama Samudra, gue cuma butuh satu hari biar lo jadi pacar gue, Asa. Cuma hari Minggu."

"Gue masih waras!"

"Oke, besok kita jalan. Gue jemput jam 10."

Asa sudah memanggil pemuda itu berkali-kali, tapi Bintang sepertinya memilih untuk kabur daripada dibunuh oleh Asa saat ini.

Baru saja Asa ingin mengejar pemuda itu, bunyi notifikasi ponsel Asa ternyata lebih menarik perhatiannya.

From : Samudra

Saya punya rencana jalan-jalan sore ini, apa kamu mau ikut dengan saya?

-PLUTO-

"Samudra!"

Samudra menoleh saat mendengar suara teriakan memanggil namanya.

"Maaf ya telat, tadi ada kelas tambahan."

"Saya juga baru sampai kok."

Bohong.

Samudra bahkan sudah sampai ditempat ini setengah jam lebih cepat dari waktu yang ditentukannya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tiba-tiba pengen ketemu aku?" Asa mulai menjajarkan langkahnya dengan Samudra. Sebenarnya lidahnya juga agak kaku ketika harus memanggil Samudra dengan bahasa aku-kamu things.

"Saya ingin mengatakan sesuatu pada kamu, jadi sa--"

"Sesuatu? Apa itu? Apa sesuatu seperti 'saya rindu kamu' yang lo kirim tadi siang?"

"J-jangan gila!" Jawab Samudra gugup. "Dan lagi saya tidak pernah tulis yang seperti itu."

Asa tertawa terbahak-bahak setelah melihat pipi Samudra yang mulai memerah.

Tak lama kemudian, tawa Asa mereda.

"Saya cuma mau sampaikan yang sudah saya katakan," Samudra menarik nafas sebentar. "Saya tidak ahli dalam berpacaran dan saya juga nggak suka berdekatan dengan orang lain. Saya nggak pernah berpikir itu semua akan berubah dalam waktu singkat ini. Tapi saya ingin mencobanya dan berusaha mengubah sikap ini semampu saya. Dan mungkin saya akan membuat kesalahan selama proses tersebut. Jadi saya mohon bersabarlah dengan saya, karena ini kali pertama untuk saya."

Sejujurnya Asa sempat terpana, bukan karena penjelasannya, tapi karena perubahan muka Samudra saat menjelaskan terlihat seperti anak kecil yang polos.

"Uuuu pacar siapa sih ini?" Asa menangkup kedua pipi Samudra. "Kalau soal itu tenang aja, gue bisa pegang kendalinya HAHAHAHAHA"

"Tolong Kecilkan volume suara kamu, Asa."

-PLUTO-

"Jadi?"

Saat ini mereka berdua baru saja keluar dari restoran dan berjalan menuju taman yang tidak jauh dari tempat itu.

Samudra tidak menjawab pertanyaan Asa. Pemuda itu terus menuntun Asa hingga mereka sampai di kursi taman dekat danau buatan yang menjadi salah satu daya tarik tempat ini.

"Kenapa kamu pake nama Pluto?" Asa kembali bertanya.

"A-apa tadi kamu bilang?"

"Kenapa kamu pake nama Pluto?"  tanya Asa sekali lagi. Melihat ekspresi salah tingkah Samudra membuat Asa gemas setengah mati sekarang.

"Kamu tahu nggak kalau tahun 2012 ada ilmuwan yang menduga bahwa Pluto yang berjarak 7,5 miliar km dari matahari dan besarnya lebih kecil dari bulan itu, dulunya memiliki laut?"

"Terus kamu merasa cocok karena nama kamu Samudra Rahardian?"

Samudra mengangguk ragu. "Lagipula, saya belajar kesunyian dari Pluto. Belajar bagaimana caranya menyimpan sendiri hal-hal yang orang lain susah mengerti. Mungkin kamu berpikir Pluto itu penuh teka-teki, tapi itulah caranya agar ketika saya kecewa, saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa."

"Ah sepertinya sudah malam, saya harus mengantar kamu pulang." Lanjut Samudra kemudian.


Sebelum Samudra berdiri dari duduknya, Asa sudah mencekal pergelangan Samudra sehingga pemuda itu terduduk kembali.

"Besok... aku boleh pergi sama Bintang?"

Samudra terdiam sebentar, "silahkan kalau begitu."

"Kamu nggak marah?"

"Saya percaya kamu tau kemana kamu harus pulang, Asa."

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang